Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Kalahkan Australia di Piala Asia U 23, Erick Thohir: Luar Biasa Penampilan Indonesia
Olahraga
12 jam yang lalu
Kalahkan Australia di Piala Asia U 23, Erick Thohir: Luar Biasa Penampilan Indonesia
2
Okto Jadi Saksi Sejarah Indonesia Kalahkan Australia di Piala AFC U-23
Olahraga
12 jam yang lalu
Okto Jadi Saksi Sejarah Indonesia Kalahkan Australia di Piala AFC U-23
3
Uruguay Jajaki Kerja Sama Jaminan Produk Halal dengan Indonesia
Pemerintahan
8 jam yang lalu
Uruguay Jajaki Kerja Sama Jaminan Produk Halal dengan Indonesia
4
Hadapi Red Sparks, Agustin Wulandari: Kami Akan Berikan Penampilan Terbaik
Olahraga
6 jam yang lalu
Hadapi Red Sparks, Agustin Wulandari: Kami Akan Berikan Penampilan Terbaik
5
HUT ke-94, PSSI Berbagi Kebahagian dengan Legenda Timnas Indonesia
Olahraga
8 jam yang lalu
HUT ke-94, PSSI Berbagi Kebahagian dengan Legenda Timnas Indonesia
6
Megawati Ungkap Rahasia Kuat Bertahan dan Meraih Sukses di Red Sparks
Olahraga
6 jam yang lalu
Megawati Ungkap Rahasia Kuat Bertahan dan Meraih Sukses di Red Sparks

Maree Naam Sungai Siak.... hay! 

Sabtu, 08 April 2017 00:31 WIB
Penulis: Irving Kahar Arifin
Maree Naam Sungai Siak.... hay! Kadis PU Siak Ir Irving Kahar Arifin
?TUJUH belas tahun lalu, tepatnya tahun 1998 – 2000, saya baru saja selesai mengikuti kuliah setingkat strata dua di India. Negeri terbesar ke dua jumlah penduduknya di dunia, negeri yang memiliki budaya kerja yang tinggi, tercatat sebagai negeri yang penduduknya termasuk dalam sepuluh dunia sebagai pekerja keras (workaholic).

Bangsa India juga umumnya memiliki kemampuan intelektual yang tinggi, terbukti mayoritas karyawan IT Engineer di Microsoft Corporation milik Bill Gates yang berpusat di Washington Amerika Serikat tersebut, merupakan bangsa India.

Selain memiliki sumber daya manusianya yang hebat, India juga memiliki sumber daya alam yang fantastis, seperti Pegunungan Himalaya yang merupakan pegunungan tertinggi di dunia, termasuk juga Sungai Gangga  yang berada di kaki pegunungan tersebut.

Sungai Gangga merupakan salah satu sungai terpanjang di dunia yaitu 2.506 Km, yang mengalir dari bagian utara India, dari kaki pegunungan Himalaya menuju ke arah selatan di Negara Bangladesh.

Potensi gravitasi Sungai Gangga yang mengalir dari ketinggian 14.000 meter di atas permukaan laut, merupakan sumber tenaga air yang dimanfaatkan oleh pemerintah India untuk keperluan pembangkit listrik tenaga air (hydro power) termasuk untuk keperluan irigasi dan air baku untuk sarana dasar masyarakat sebagai pemenuhan keperluan air minum.

India kita kenal sebagai salah satu negara yang mayoritas penduduknya beragama hindu, dengan jumlah penduduknya saat ini mencapai 1,2 milar yang tersebar dari utara ke selatan dan umumnya bertempat tinggal di sepanjang bantaran Sungai Gangga.

Kearifan lokal umat Hindu terhadap Sungai Gangga yang merupakan sungai suci, adalah suatu fenomena yang berkekuatan wawasan lingkungan. Umat Hindu India tidak akan berani membuang kotoran atau sampah ke Sungai Gangga, karena menurut ajaran hindu India, Sungai Gangga merupakan sungai  suci yang dapat menyembuhkan seluruh penyakit.

Salah satu kota di kaki pegunungan Himalaya adalah Hariddwar, kota ini merupakan kota suci umat Hindu dunia yang merupakan awal mata airnya Sungai Gangga. Sepanjang tahun umat Hindu dunia, berdatangan ke kota ini, dengan tujuan  mandi untuk membersihkan diri dari dosa. Air yang bersumber dari mata air Sungai Gangga ini pun terkadang diambil dan dimasukan ke dalam bejana.

Pertanyaannya apa yang dapat diambil dari cerita tentang Sungai Gangga tersebut di atas? Jika kita pelajari secara seksama, kearifan lokal yang tercipta semenjak dahulu kala terhadap perlakuan sebuah sungai oleh masyarakat India, adalah untuk tidak mengotori sungai dan menjadikan sungai sebagai sumber kehidupan berkelanjutan yang harus dijaga dan dilestarikan (sustainable).

Bayangkan seandainya masyarakat India yang hidup di sepanjang bantaran sungai tersebut, membuang kotoran, sampah dan limbah rumah tangga  mereka ke sungai tersebut, maka segala penyakit kulit dan penyakit menular lainnya akan menjangkiti seluruh masyarakat India.

Lalu bagaimana dengan di Indonesia? Khususnya di Provinsi Riau? Seperti kita ketahui di Bumi Lancang Kuning ini terdapat empat sungai besar yang melintasinya, yaitu Sungai Siak, Kampar, Rokan dan Indragiri. Ambil saja contohnya Sungai Siak yang membentang dari Tapung (Rokan Hulu), melintasi Kota Pekanbaru dan Kabupaten Siak dan bermuara di Kabupaten Bengkalis.

Jika kita flash back ke belakang, masyarakat umumnya tinggal di sepanjang bantaran Sungai Siak, karena sungai Siak merupakan sumber kehidupan masyarakat dan juga sebagai sarana transportasi masyarakat. 

Bukti sejarah bercerita bahwa Istana Kerajaan Siak di Kota Siak Sri Indrapura, berdiri di bantaran Sungai Siak, begitu pula cikal bakal Kota Pekanbaru, masyarakatnya berawal dari pinggir bantaran Sungai Siak, di Pasar Bawah, atau Tanjung Rhu.

Sebaliknya saat ini, hampir seluruh bantaran Sungai Siak diokupasi oleh perusahaan-perusahaan industri kayu, industri sawit, dan industri olahan lainnya yang memanfaatkan Sungai Siak sebagai sarana transportasi pengangkutan produk industri mereka dengan biaya angkutan yang relatif murah dan volume yang besar.

Secara ekonomi pesatnya pertumbuhan industri tentu memberikan kontribusi lapangan kerja bagi masyarakat tempatan, akan tetapi menimbulkan persoalan baru terhadap dampak negatif dibangunnya industri-industri tersebut di sepanjang bantaran Sungai Siak, yaitu permasalahan limbah.    

Masih teringat saya bagaimana lezatnya udang galah dari Perawang dan ikan patin  yang berasal dari Siak Sri Indrapura pada tahun1980 an, dan saat ini apa yang dahulu dirasakan, tidak akan pernah lagi dapat dirasakan, karena udang dan ikan patin yang terkenal tersebut sudah tidak pernah ada lagi, alias punah. Termasuklah kebutuhan dasar air baku untuk keperluan  mandi, cuci dan air minum, saat ini seperti api jauh dari panggang. 

Undang-Undang No 7/2004 tentang Sumber Daya Air yang dibatalkan Mahkamah Konstitusi dan kembali kepada UU No11/1974 pasal 5,  menyatakan bahwa "Negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi kebutuhan pokok, minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupannya yang sehat, bersih dan produktif".

Artinya bahwa negara menjamin, air Sungai Siak dapat dikomsumsi oleh masyarakat untuk memenuhi keperluan pokok terhadap air.

Kenyataannya air Sungai Siak saat ini tidak dapat dikomsumsi dan dimanfaatkan masyarakat untuk keperluan air bersih yang sehat. Mengapa ini bisa terjadi? Apakah kewenangan terhadap pengaturan penggunaan air baku dari Sungai Siak sudah tidak berfungsi lagi? Ataukah memang perusahaan yang memanfaatkan Sungai Siak sesukanya saja, tanpa memperhatikan kaidah-kaidah lingkungan hidup  dan selanjutnya apa yang harus diperbuat terhadap kondisi seperti ini, apakah harus dibiarkan terus menerus?

Tentunya hal tersebut harus dicarikan solusinya! Kita berharap pemulihan kualitas air sungai dari hulu sampai hilir dengan pengelolaan “one river one manajemen” harus disegerakan dan dibuatkan action plan  guna menyelamatkan daerah aliran sungai (DAS) Sungai Siak.

Regulasi-regulasi yang dibuat berkaitan dengan pengelolaan daerah aliran sungai dari hulu ke hilir kurang terkoneksi dan cenderung diabaikan oleh pihak-pihak perusahaan. Coba bayangkan seberapa besar dana yang dikeluarkan pemerintah daerah guna memulihkan kualitas air untuk kebutuhan air minum? Dan seberapa besar mata pencaharian yang hilang dari sebuah sungai berikut daerah aliran sungainya akibat limbah yang merusak biota sungai? Seberapa besar biaya yang diperlukan untuk memberikan jaminan kesehatan terhadap masyarakat yang berada di bantaran Sungai Siak? Keseluruhan biaya tersebut tidak akan pernah seimbang dengan penerimaan yang menjadi kontribusi dari perusahaan yang sesukanya memanfaatkan Sungai Siak. Transparasi terhadap pengolahan limbah tidak pernah dilakukan, jika pun dilakukan hanya sebatas formalitas di saat saat adanya audit teknis.

Nasi sudah menjadi bubur, Sungai Siak sudah menjadi tong sampah yang luas, tak kan pernah  ada lagi udang dan patin di Sungai Siak, bicara bisnis akan lebih indah dari pada bicara lingkungan hidup. Meree Naam Sungai Siak hay (Namaku Sungai Siak  hay) Penulis adalah: Kadis PU Siak Ir Irving Kahar Arifin. ***

Editor:Muslikhin Effendy
Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/