Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Lewat Permainan Kreatif, Adit Taklukan Uzair di Babak Kelima
Olahraga
11 jam yang lalu
Lewat Permainan Kreatif, Adit Taklukan Uzair di Babak Kelima
2
KPU DKI Gelar Sayembara Maskot dan Jingle Pemilihan Gubernur Jakarta
Pemerintahan
11 jam yang lalu
KPU DKI Gelar Sayembara Maskot dan Jingle Pemilihan Gubernur Jakarta
3
Jet Pribadi Sandra Dewi Diselidiki Kejagung dalam Kasus Korupsi PT Timah
Hukum
11 jam yang lalu
Jet Pribadi Sandra Dewi Diselidiki Kejagung dalam Kasus Korupsi PT Timah
4
Johnny Depp Berencana Beli Kastil Tua Bersejarah di Italia
Umum
10 jam yang lalu
Johnny Depp Berencana Beli Kastil Tua Bersejarah di Italia
5
Ditanya Kemungkinan Rujuk dengan Farhat Abbas, Nia Daniaty Pilih Bungkam
Umum
11 jam yang lalu
Ditanya Kemungkinan Rujuk dengan Farhat Abbas, Nia Daniaty Pilih Bungkam
6
PJ Gubernur Ribka Haluk Buka UKW Perdana Papua Tengah
Umum
10 jam yang lalu
PJ Gubernur Ribka Haluk Buka UKW Perdana Papua Tengah
Analisis Politik

Dua Pasangan Calon Ini Berpeluang Memenangkan Pemilihan Gubernur Riau 2018

Dua Pasangan Calon Ini Berpeluang Memenangkan Pemilihan Gubernur Riau 2018
Ubedilah Badrun
Sabtu, 24 Februari 2018 11:19 WIB
Penulis: Ubedilah Badrun

KONTESTASI Pilkada Gubernur Riau akan berlangsung sangat ketat karena semua pasangan calon memiliki kombinasi faktor faktor yang menyebabkan kemenangan dalam pilkada. Faktor-faktor tersebut adalah modal finansial, modal mesin politik, modal sosial, dan modal marketing politik.

Jika dianalisis dengan menggunakan empat faktor tersebut dapat dibaca bahwa Paslon Gub Cawagub yang memiliki nilai lebih pada tiga faktor ia akan dengan mudah memenangkan pertarungan, sayangnya pada Pilkada Riau 2018 ini tidak ada pasangan calon yang memiliki keunggulan pada tiga faktor apalagi empat faktor kemenangan.

Pasangan nomor urut 1 (Syamsuar dan Edy Natar Nasution) unggul pada dua faktor yaitu faktor modal mesin politik dan modal marketing politik. Mesin politik pasangan ini dikenal kuat karena ada PKS yang dikenal kadernya gigih, PAN yang   juga mesin politik kulturalnya kuat karena Sumatera memang basis masa Muhammadiyahnya cukup kuat dibanding Nahdhatul Ulama (NU). Partai Nasdem yang juga pendukung pasangan ini dikenal partai menengah yang mampu merawat kader kadernya untuk menjaga integritasnya.

Ada keunggulan dari pasangan ini terkait faktor modal marketing politiknya. Keberadaan Nasdem pada koalisi pasangan calon ini cukup membantu matketing politiknya. Sebab partai Nasdem identik dengan partai yang memiliki jaringan media massa yang kuat.

Sementara modal sosialnya ada di jaringan kultural Syamsuar yang asli melayu Riau dan menjabat Bupati Siak.

Sementara Edy Natar Nasution dengan modal kulturalnya yang Melayu dan Batak tentu tidak sekuat Syamsuar. Namun Edy Nasution karena pengalaman ketentaraanya sampai Komandan Korem Wirabima dengan pangkat Brigjend TNI ia memiliki keunggulan khas tentara dalam leadership dan kemampuan strategisnya.

Jadi dapat disimpulkan pasangan ini lebih dominan unggul karena faktor mesin politik dan marketing politiknya.

Pasangan Lukman Edy - Hardianto hanya unggul di satu faktor kemenangan yaitu modal sosial. Sementara faktor modal finansial, modal mesin politik, dan modal marketing politik cukup masih setara dengan dua pasangan calon lainnya. Karena dukungan kursi DPRD dari PKB dan Gerinda hanya sebesar 13 kursi, sama dengan pasangan Syamsuar - Edi sebesar 13 kursi.

Keunggulan di modal sosial ini terlihat dari latar belakang keduanya yang sama sama putra kelahiran Riau. Dalam budaya politik Melayu seringkali pertimbangan kemelayuan menjadi pertimbangan penting. Selain putra kelahiran Riau, modal sosial lainya pasangan ini disinyalir memiliki jaringan sosial generasi muda yang cukup signifikan. Oleh karenanya pasangan calon ini mengusung tagline Cagub Cawagub 'Zaman Now'.

Pasangan Firdaus ST dan Rusli Efendi yang didukung Partai Demokrat dan PPP memiliki keunggulan di faktor modal sosial, karena keduanya putra asli melayu Riau. Sementara faktor modal finansial, mesin politik dan marketing politik setara dengan dua pasangan lainya.

Faktor modal sosial pasangan Firdaus ST dan Rusli Efendi ini sedikit berbeda dengan pasangan Lukman Edy dan Hardianto. Kalau pasangan LH selain putra kelahiran Riau juga memiliki kelebihan pada jaringan sosial anak muda. Sementara pasangan Firdaus dan Rusli memiliki keunggulan pada jaringan akademik dan segmentasi dakwah Islam model PPP yang dimiliki Rusli Efendi sebagai mantan dosen UIN, pendakwah dan anggota DPRD. Pada saat yang sama jaringan sosial birokrasi masyarakat kota Riau dimiliki oleh Firdaus ST. Pasangan Firdaus ST dan Rusli Efendi mulai menghadapi kritik curi start pada sebuah pembangunan sekolah Madrasah.

Pasangan terakhir nomor urut 4 adalah Arsyadjuliandi Rachman dengan Suyatno. Pasangan yang didukung Golkar, PDIP dan Hanura ini memiliki kekuatan pada dua faktor kemenangan mirip dengan pasangan Syamsuar dan Edi Natar Nasution. Tetapi bedanya kalau pasangan Syamsuar - Edi memiliki dua faktor kemenangan pada faktor mesin politik dan marketing politik. Sementara pasangan Arsyadjuliandi Rachman dengan Suyatno memiliki dua faktor kemenangan utama yaitu faktor modal finansial dan faktor mesin politik. Sebab berdasarkan lampiran kekayaan di KPK, Arsyadjuliandi Rachman adalah Cagub terkaya di Pilkada Riau. Mesin politik pasangan ini juga nampak paling kuat karena didukung oleh partai terbesar perolehan suaranya di DPRD Riau yaitu Golkar 14 kursi, PDIP 9 kursi, ditambah Hanura 2 kursi. Dengan dukungan total 25 kursi dan dengan asumsi mesin partai dan konstituen bergerak maka mesin politik pasangan ini menjadi yang terbesar. Kelebihan mesin politik pasangan ini juga ada pada posisi Arsyadjuliandi Rahman yang saat ini petahana Gubernur Riau.

Dengan menggunakan analisis 4 faktor kemenangan diatas maka persaingan ketat akan terjadi antara pasangan nomor urut 1 dengan pasangan nomor urut 4, yaitu pasangan Syamsuar - Edi Natar Nasution berhadapan dengan pasangan Arsyadjuliandi Rahman dengan Suyatno. Siapa yang akan menjadi pemenang? akan ditentukan oleh faktor kelima, yaitu keberhasilan strategi last minute , saat hari hari terakhir kampanye dan hari tenang. Apakah pada strategi last minute tersebut kedua pasangan sudah bekerja optimal memiliki citra positif atau bahkan justru negatif. Citra di menit menit terakhir dalam politik seringkali menjadi faktor penentu kemenangan atau kekalahan.

* Ubedilah Badrun adalah Analis Sosial Politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ)

Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/