Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Lawan Bali United, Thomas Doll Harapkan Pemain Persija Jakarta Bugar
Olahraga
16 jam yang lalu
Lawan Bali United, Thomas Doll Harapkan Pemain Persija Jakarta Bugar
2
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
Umum
17 jam yang lalu
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
3
Nova Arianto Panggil 36 Pemain untuk Seleksi Timnas U-16 Tahap Kedua
Olahraga
17 jam yang lalu
Nova Arianto Panggil 36 Pemain untuk Seleksi Timnas U-16 Tahap Kedua
4
Persis Solo Pantau Fisik Pemain Selama Ramadan
Olahraga
16 jam yang lalu
Persis Solo Pantau Fisik Pemain Selama Ramadan
5
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
Umum
18 jam yang lalu
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
6
Mahesa Jenar Terlecut Dukungan Panser Biru
Olahraga
16 jam yang lalu
Mahesa Jenar Terlecut Dukungan Panser Biru

Menelisik Iklan Politik Pilkada Riau 2018

Menelisik Iklan Politik Pilkada Riau 2018
Fatmawati
Rabu, 21 Maret 2018 16:59 WIB
Penulis: Dr Fatmawati, SIP MM
PERANG poster, demikianlah yang dapat menggambarkan kondisi di sebagian besar wilayah di Indonesia, terutama pada daerah yang akan menyelenggarakan pemilihan kepala daerah, baik gubernur, wali kota maupun bupati.

Kondisi ini semakin semarak karena penyelenggaraan pemilu dilakukan secara serentak bersamaan dengan pemilihan presiden (pilpres) dan pemilihan anggota legislatif (pilleg). Poster-poster besar kita temui di sepanjang jalan, khususnya pada lokasi-lokasi strategis. Poster tersebut berisi foto-foto bakal calon kandidat peserta pemilu.

Momen Pilkada memang tidak bisa dijauhkan dari fenomena perang poster ini, karena poster dianggap sebagai alat komunikasi dalam menyampaikan pesan kepada masyarakat.

Poster adalah bagian dari iklan politik yang disampaikan melalui media cetak, baik dalam wujud billboard, spanduk, dan selebaran. Kecanggihan teknologi digital membuat perkembangan dunia media cetak ini semakin tinggi, sehingga mampu membuat tampilan iklan politik semakin menarik dan kreatif.

Teknologi ini dapat mengubah seorang kandidat tampil lebih sempurna dari wujud aslinya, sehingga seringkali kita nyaris tidak bisa mengenali kandidat yang terpampang di iklan politik tersebut.

Seorang kandidat yang memiliki kulit coklat sawo matang dapat diubah dengan tampilan kulit yang jauh lebih bersih dan putih. Bahkan figur kandidat yang berusia tua sekalipun, dapat disulap menjadi lebih muda dan gagah dengan polesan teknologi digital tersebut.

Pada dasarnya tidak ada jaminan yang dapat memastikan kemenangan seorang kandidat ditentukan oleh banyaknya iklan politik yang terpampang di sepanjang jalan. Namun iklan politik mampu berperan sebagai sarana sosialisasi kandidat sebagai upaya pengenalan sekaligus alat menarik hati masyarakat melalui ide-ide kreatif yang dituangkan dalam iklan tersebut.

Dalam kajian Ilmu Komunikasi, kegiatan komunikasi meliputi tahap kognisi (pengetahuan), afeksi (keinginan) dan konasi (keputusan). Terpaan iklan politik seringkali hanya sampai pada fungsi kognisi dan afeksi saja. Karena itu perlu pemahaman mendalam bagaimana para kandidat dan tim sukses dalam menuangkan pesan-pesan politik melalui iklan politik yang dibuat. Jangan sampai budget besar yang dialokasikan untuk iklan politik ini menjadi mubadzir karena tidak efektif.

Iklan Politik yang Paritas

Kebanyakan iklan politik yang kita temui di sepanjang jalan berbentuk paritas. Wujudnya nyaris tidak memiliki perbedaan antara iklan politik kandidat satu dengan yang lainnya. Iklan politik itu seringkali hanya menampilkan foto kandidat dengan disertai nama dan slogan singkat.

Bentuk foto yang ditampilkan pun nyaris sama, foto close-up kandidat tersenyum dengan balutan kostum formal yang menampilkan kesan highclass seorang pejabat.

Masyarakat sebagai khalayak yang menerima terpaan iklan tersebut akan merasa bosan dan enggan untuk melihat dan membaca iklan yang terpampang di jalan. Apalagi dengan kondisi mobilitas tinggi dari masyarakat tersebut. Iklan politik harus memiliki cara dan strategi yang unik (eye catching) sehingga mampu membuat masyarakat terhenti untuk melihat, membaca dan bahkan tertarik kepada pesan iklan di dalamnya.

Ada bagian dari iklan yang  memiliki stopping power sehingga masyarakat tertarik. Diferensiasi ini diperlukan agar tujuan yang ingin dicapai melalui iklan politik tercapai dan tidak menghambur-hamburkan dana kampanye. Karena itu membuat iklan politik bukanlah pekerjaan yang mudah dan dapat dilakukan secepat kilat. Iklan politik harus didahului dengan proses perencanaan yang matang.

Proses perencanaan ini tentu saja harus dimulai dengan riset terkait iklan politik: bagaimana iklan politik yang sudah ada, apa pesan politiknya, siapa yang menjadi sasaran target iklan, dimana iklan politik akan diletakkan, dan apa yang menjadi tujuan dari pemasangan iklan politik tersebut.

Pilkada memiliki proses tahapan yang sangat panjang, dimulai dari proses sosialisasi bakal calon, pencalonan dan pendaftaran kandidat, masa kampanye yang ditentukan KPU, masa tenang, pencoblosan, penghitungan suara dan penetapan hasil pemilihan.

Setiap tahapan memerlukan strategi yang berbeda dalam menarik simpati masyarakat. Demikian pula dengan strategi membuat iklan politik. Robert Baukus dalam Combs (1993) membagi iklan politik ke dalam empat macam, yakni: Iklan Serangan, Iklan Argumen, Iklan ID dan Iklan Resolusi.

Keempat kategori tersebut memiliki tujuan yang berbeda disesuaikan dengan kebutuhan dari penyampaian pesan politik kandidat.

Iklan serangan bertujuan untuk mendeskriditkan lawan; iklan argumen memperlihatkan kemampuan kandidat untuk mengatasi masalah; iklan ID memberi pemahaman mengenai siapa sang kandidat kepada pemilih dan iklan resolusi, dimana para kandidat menyimpulkan pemikiran mereka untuk para pemilih. Nah, apakah iklan politik yang ada sudah mengidentifikasi bentuk iklan tersebut?

Iklan Politik yang Kreatif

Proses pendaftaran bakal calon Gubernur Riau 2018 telah selesai dilakukan oleh KPU Riau. Terdapat lima bakal calon yang mendaftar selama periode pendaftaran bakal calon Gubernur Riau 2018, diantaranya: Syamsuar – Edy Natar yang diusung oleh PAN, Nasdem, dan PKS; Arsyadjuliandi Rachman– Suyatno diusung oleh Golkar, PDIP dan Hanura. Pasangan ketiga adalah Lukman Edy – Hardianto yang diusung oleh PKB dan Gerindra; keempat adalah Firdaus – Rusli Effendi diusung oleh Partai Bulan dan Bintang, PPP dan Demokrat. Sedangkan pasangan kelima yang mendaftar pada menit-menit terakhir adalah Syamsuar – Zaini Ismail yang mengklaim mendapatkan parpol yang telah lebih dulu mengusung balon lain, yakni PKB dan Gerindra.

Dari kelima pasangan calon tersebut akhirnya hanya empat pasangan calon yang melakukan maju ke tahap selanjutnya, yakni mengikuti rangkaian tes kesehatan dan psikotest. Keempat pasangan tersebut adalah Syamsuar – Edy Natar, Arsyadjuliandi – Suyatno, Lukman Edy – Hardianto dan Firdaus – Rusli Effendi. Keempat pasangan tersebut telah  siap bergerilya baik melalui perang poster maupun strategi kampanye lain yang dirasa sangat strategis menggaet para calon pemilihnya.

Saat ini memasuki masa kampanye politik, Iklan politik berseliweran di sepanjang jalan, baik di billboard, spanduk maupun poster dengan berbagai kreatifitas didalamnya. Misalnya: Iklan politik incumbent dibuat dengan menonjolkan ilustrasi dalam bentuk foto diri kandidat. Pasangan Andi – Yatno mengenalkan diri dengan panggilan akrab mereka ''AYO'' yang merupakan kepanjangan dari nama kedua pasangan. Iklan politiknya didukung dengan perpaduan warna yang cukup dominan kuning dan merah menggambarkan parpol pendukung kandidat, dan tagline ''Lanjutkan'' menjadi ciri khas yang selalu ada dalam iklan politik pasangan AYO untuk mempertegas posisi sebagai petahana.

Masih dengan gaya yang hampir serupa, iklan politik Lukman Edi – Hardianto juga lebih menonjolkan foto diri kandidat dan nama. Namun versi lain yang dibuat pasangan ini agak berbeda yakni menampilkan gaya humoris dengan foto kandidat mengenakan peci miring, tersenyum santai seolah ingin menyampaikan kepada masyarakat mereka adalah calon gubernur baru yang zaman now.

Sebelum mendapatkan pasangan, Lukman Edy secara kuantitas, termasuk yang cukup banyak mengiklankan diri melalui posternya. Iklan politiknya juga menampilkan foto diri yang sangat besar dengan tulisan di depannya ''InsyaAllah Siap Memimpin Riau'' dan logo LE di atasnya yang tentu ini berarti singkatan namanya Lukman Edy.

Iklan politik Firdaus – Rusli juga hampir tidak berbeda dengan penampilan kedua pasangan lain. Foto diri kandidat mendominasi dengan background warna dari partai pendukung, bahkan ingin menunjukkan kekuatan penuh parpol pendukungnya, pasangan ini juga menggunakan warna baju yang sama dengan partainya. Tampilan ekspresi senyum lebar dan menunjukkan kekompakan dengan saling jabat tangan.

Pasangan terakhir juga melakukan hal yang sama, namun ada pemandangan yang agak berbeda yakni pasangan ini menampilkan latarbelakang purnawirawan prajurit pasangan wakil balon. Kreativitas ini tentu saja sengaja ditampilkan demi tujuan menggaet calon pemilih dari golongan tertentu yang memiliki kedekatan dengan kandidat. 

Secara umum, iklan politik tersebut memiliki keseragaman kreatifitas. Iklan hanya menonjolkan tampilan foto diri dengan ukuran yang cukup besar. Namun jika dilihat pada sisi tahapan Pilkada, Iklan politik kandidat memang ditujukan pada momen sosialisasi bakal calon kandidat. Iklan politik hanya bertujuan untuk menginformasikan kepada masyarakat keikutsertaan kandidat dalam pilkada tahun 2018.

Mestinya ketika tahapan telah berubah, yakni memasuki masa kampanye pemillu, maka strategi yang diterapkan dalam iklan politik juga harus berubah. Masa kampanye adalah fase menyentuh perasaan dan keyakinan masyarakat, karena itu bentuk dan kreatifitasnya juga harus menyesuaikan tahapan tersebut.

Iklan yang kreatif memiliki sudut pandang yang berbeda jika dilihat dari pelaku dan kreator iklan. Bagi pelaku (peserta pemilu), iklan kreatif adalah iklan yang mampu mencapai tujuan yang diinginkan, yakni meraih simpati masyarakat, dan pada akhirnya tertarik dan mencoblosnya.

Sedangkan bagi kreator iklan, iklan kreatif adalah iklan yang memiliki stopping power dari sisi kreativitas, baik layoutnya, pilihan warnanya, tulisan di dalamnya dan ilustrasi yang diambilnya. Slogan iklan menjadi bagian yang cukup penting dari setiap kandidat.

Slogan dalam iklan politik akan mempengaruhi berbagai ornamen yang terdapat dalam iklan politik. Ekspresi kandidat dan ilustrasi yang dipilih harus merepresentasikan makna yang tertuang dalam slogan iklan tersebut.

Mari kita lihat, siapa kandidat yang dapat menampilkan iklan kreatif, baik dilihat dari sisi kreatifitasnya maupun efektifitasnya! ***

Penulis adalah Doktor Komunikasi Politik Universitas Islam Riau

Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/