Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
Umum
14 jam yang lalu
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
2
Lawan Bali United, Thomas Doll Harapkan Pemain Persija Jakarta Bugar
Olahraga
13 jam yang lalu
Lawan Bali United, Thomas Doll Harapkan Pemain Persija Jakarta Bugar
3
Nova Arianto Panggil 36 Pemain untuk Seleksi Timnas U-16 Tahap Kedua
Olahraga
14 jam yang lalu
Nova Arianto Panggil 36 Pemain untuk Seleksi Timnas U-16 Tahap Kedua
4
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
Umum
15 jam yang lalu
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
5
Persis Solo Pantau Fisik Pemain Selama Ramadan
Olahraga
13 jam yang lalu
Persis Solo Pantau Fisik Pemain Selama Ramadan
6
Langsung Pantau Persiapan, Menpora Dito Ingin Berikan Kado Terbaik buat Presiden Jokowi dari Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
16 jam yang lalu
Langsung Pantau Persiapan, Menpora Dito Ingin Berikan Kado Terbaik buat Presiden Jokowi dari Olimpiade 2024 Paris

Benarkah Hidup Susah Sekarang?

Senin, 30 Juli 2018 22:31 WIB
Penulis: Drs H Iqbal Ali, MM
Benarkah Hidup Susah Sekarang?H Iqbal Ali
PERTANYAAN di atas banyak disebut-sebut saat ini, apakah ada kaitannya dengan tahun politik? Jawabannya bisa iya, bisa tidak.

Mari kita jawab dengan akal sehat dimana perbedaan pendapat tentu boleh-boleh saja. Secara pengamatan dan kasat mata tanpa penelitian dan survey, menurut saya judul diatas jawabannya; Tidak Benar. Coba kita lihat keadaan masyarakat secara umum 15 atau 10 tahun terakhir.

Kita sebut saja indikatornya sebagai berikut. Diawali dengan berobat relatif murah (BPJS). Setiap desa di Indonesia sebagian besar sudah masuk listrik. Transportasi lancar dimana jalan hampir semua diaspal dan malah sudah banyak jalan tol. Di setiap rumah terutama di desa minimal ada 2 sepeda motor walaupun kredit. Pegawai negeri sipil golongan II saja sudah punya mobil. Di kantor-kantor pemerintah berjejer mobil pegawai (banyak yang mahal). Dulu belum punya TV sekarang ada yang 2 di rumahnya.

Dulu belum ada rumah murah, sekarang bak cendawan tumbuh untuk rakyat walaupun kredit. Dulu di desa belum mengenal AC, sekarang sudah banyak yang punya. Dulu belum mengenal bank sekarang berlangganan.

Dulu sering makan dengan pucuk ubi, petai, lontong, sekarang sudah bisa merasakan Pizza dan Burger. Dulu komunikasi belum secanggih sekarang, hitungan detik kita dapat mengetahui kondisi dunia dari rumah. Itulah contoh nikmat Allah dan banyak lagi yang seharusnya wajib kita syukuri.

Makanya sekali lagi judul diatas tidak benar. Yang mengatakan benar tentu banyak pula. Mudah-mudahan saja yang mengatakan benar bukanlah orang-orang masuk kelompok orang-orang: Malas, pilih-pilih kerja, ingin serba instan, suka main sogok.

Selanjutnya orang banyak anak (setiap tahun bertambah). Semakin besar keluarga sedangkan produktivitas tak bertambah, tentu berat menghadapi kehidupan. Yang mengatakan susah adalah orang-orang yang tak terbiasa mensyukuri nikmat Allah dan juga orang -orang pola hidupnya konsumtif (mengutamakan wants daripada needs).

Oleh sebab itu tidak elok jika selalu mengatakan hidup susah sekarang. Kalau kelompok oposisi diranah politik wajar mengatakan demikian, untuk mengambil simpati rakyat. Kita jangan lupa atau pura-pura tak tahu bahwa yang ikut mangganggu perekonomian negeri kita adalah berkeliarannya para koruptor, terutama didaerah-daerah (gubernur, bupati/walikota, kepala dinas dan seterusnya).

Mari kita renungkan dengan akal sehat, tidak cepat-cepat mengambil kesimpulan, justru kita syukuri segala nikmat yang diberikan Allah dan berusaha terus meningkatkan kualitas diri sehingga mampu bersaing dengan orang lain. Bekerja, bekerja dan berdoa. ***

Drs H Iqbal Ali, MM adalah pengamat sosial dan keagamaan.

Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/