Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
Umum
7 jam yang lalu
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
2
Langsung Pantau Persiapan, Menpora Dito Ingin Berikan Kado Terbaik buat Presiden Jokowi dari Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
8 jam yang lalu
Langsung Pantau Persiapan, Menpora Dito Ingin Berikan Kado Terbaik buat Presiden Jokowi dari Olimpiade 2024 Paris
3
Nova Arianto Panggil 36 Pemain untuk Seleksi Timnas U-16 Tahap Kedua
Olahraga
6 jam yang lalu
Nova Arianto Panggil 36 Pemain untuk Seleksi Timnas U-16 Tahap Kedua
4
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
Umum
8 jam yang lalu
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
5
BPJPH Rilis Indonesia Global Halal Fashion, Targetkan Kejayaan di Pasar Dunia
Ekonomi
9 jam yang lalu
BPJPH Rilis Indonesia Global Halal Fashion, Targetkan Kejayaan di Pasar Dunia
6
Mahesa Jenar Terlecut Dukungan Panser Biru
Olahraga
6 jam yang lalu
Mahesa Jenar Terlecut Dukungan Panser Biru
Opini

Merangkul Setelah 'Adu Pukul'

Merangkul Setelah Adu Pukul
Bagus Santoso
Selasa, 04 April 2017 10:51 WIB
Penulis: Bagus Santoso
SECARA Nasional Pilkada serentak tahap kedua terlaksana sesuai jadwal. Dua daerah di Provinsi Riau yakni Kota Pekanbaru dan Kabupaten Kampar oleh KPUD Riau secara resmi telah diumumkan pemenangnya.

Petahana pasangan Firdaus - Ayat Cahyadi masih tetap unggul sehingga dipastikan kembali memegang tampuk kekuasaan selama lima tahun kedepan di Kota Pekanbaru.

Sedangkan di Kabupaten Kampar mantan anggota DPRD Riau Aziz Zainal yang berpasangan dengan Catur Sugeng Susanto berhasil lolos menjadi juaranya.

Berbeda dengan DKI Jakarta masih menunggu ''perang'' pada ronde kedua. Di jantung Ibukota RI coblosan masih akan memasuki putaran kedua. Jelas pasangan Ahok - Djarot dan Anies - Sandi, masih belum tenang dalam tidurnya.

Setiap Pilkada mau tidak mau harus ada yang menang dan kalah. Bagi Paslon yang kalah sebagian dengan lapang dada telah menerimanya. Meski demikian juga tak sedikit melakukan perlawanan dengan berbekal argumentasi dan bukti-bukti yang dianggap menyalah.

Jika kita flashback lagi ke belakang. Gara-gara Pilkada amat banyak berbagai ketegangan hingga kekerasan terjadi. Banyak peristiwa yang menjadikan kebencian antar sesama umat. Tak sedikit sahabat hingga saudara - mara pecah kongsi. Dengan tetangga tak bertegur sapa, antar kelompok tidak akur, itulah akibat beda pilihan.

Proses pelaksanaan pilkada telah banyak memakan korban. Tidak hanya pada debat dan adu argumen. Malahan sudah menjurus fitnah - bertebaran melalui perang berita hoax, kampanye hitam yang berujung pada perseteruan hingga bentrokan.

Itu semuanya demi memenangkan pasangan calon yang di jagokan. Kini, kata "siap kalah siap menang " terkesan baru sebatas slogan. Jika saja paslon yang kalah berbesar hati. Diyakini akan terbangun sikap negarawan selanjutnya akan berpengaruh pada suasana kondusif terhadap pendukung masing- masing paslon.

Namun kita juga tidak bisa menuding paslon yang berjuang dan masih komplain, jika faktanya pelaksanaan Pilkada tidak fair dan kotor. Karena sememang demokrasi saat ini rawan intimidasi dan senang tebar amunisi.

Kini, tensi politik pasca Pilkada khususnya di Pekanbaru dan Kampar boleh dikatakan sudah mulai adem. Sudah semestinya, perbedaan pendapat yang mengarah pada pertikaian mulai dihilangkan. Mari bangun lagi daerah kita masing- masing menjadi rumah yang penuh kedamaian.

Persahabatan dan persaudaraan yang sempat retak, sikut-sikutan kita tautkan kembali. Ego antar pendukung pada Pilkada sungguh sangat luar biasa. Sampaikan sesama group di WA Saling serang ada yang dikeluarkan atau yang tak tahan keluar sebagai sikap protes.

Sekarang mari bersama membangun. Kita mantapkan lagi bahwa perbedaan pilihan serta keberagaman itu adalah karakter bangsa ini. Mereka elit politik, putera-puteri para pemimpin yang bertarung dalam pilkada, Bupati Walikota terpilih tidak hanya terbeban moral untuk mengembalikan daerah masing-masing pulih. Dan yang terpenting akan diuji daya kemampuan untuk membangun dan mengayomi masyarakatnya.

Maka kerenggangan antar anggota keluarga, antar teman di dunia nyata maupun di media sosial, atau sesama tetangga, kelompok akibat perbedaan pendapat dalam pilkada, bisa kembali bersatu tidak lagi alias rukun kembali.

Perbedaan pilihan dan pendapat yang selama ini dibelokkan menjadi sumber kekisruhan, saatnya dikikis habis - dihilangkan. Sebab sejatinya perbedaan yang terjadi diantara kita merupakan anugerah yang diberikan Allah SWT kepada kita.

Perbedaan mesti dihadapi dengan saling hormat menghormati, dan menghargai. Banyak tantangan dan pekerjaan besar yang harus dihadapi secara bersama-sama. Untuk itulah diperlukan kebersamaan.

Jika diantara kita masih terus bertikai atas nama apapun, daerah kita akan terus tertinggal. Di dalam diri akan terus tersimpan dendam mendendam yang tidak berkesudahan mengakibatkan tidak akan pernah mencapai kemajuan.

Bagi Paslon yang ikut Pilkada kalah atau menang itu pasti. Tapi dewasa dalam menerima kenyataan kekalahan atau kemenangan itu jauh lebih utama. Tidak usah larut dalam ratapan, dan jangan berlebihan dalam meluahkan kegembiraan.

Pilkada sejatinya mencari calon pemimpin yang paham, solutif, dan sanggup melayani segala keinginan untuk kebaikan masyarakat. Jika Pilkada membuat masyarakat beringas dan suka berkelahi itu sungguh tidak baik dari kacamata makna demokrasi apalagi norma agama.Pasca Pilkada, mari kita introspeksi diri.

Memenangkan laga Pilkada itu baru langkah permulaan dalam berjuang. Karena pada proses kepemimpinan selanjutnya akan terus dikawal dan diawasi seluruh masyarakatnya. Salah dan benar akan di catat dalam sejarah.

Jika selama ini, akibat ego dan merasa paling hebat sendiri, suka menyuarakan kebencian, membuka aib seseorang, menghalalkan segala cara demi meraih kemenangan, saatnya berubah diri menyuarakan perdamaian dan kebajikan. Tidak ada lagi kalah dan menang. Paslon pemenang merangkul yang kalah.

Khusus sebagai alarm pengingat, bahwa banyak terjadi pecah kongsi paket di tengah jalan, leletnya pembangunan, kacaunya internal birokrasi, ketegangan antara eksekutif dan legislatif mewarnai roda pemerintahan.

Memimpin sebuah negeri tidak semudah membujuk orang atau menggiring dukungan suara di bilik coblosan. Setelah terpilih menjadi kepala daerah bersiaplah untuk membuktikan kemampuan dan kepiawaian sebagai pemimpin.

Karena pada setiap periode zaman kepemimpinan akan meninggalkan batu warisan baik atau buruk akan selalu dikenang. ***

Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77