Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Okto Jadi Saksi Sejarah Indonesia Kalahkan Australia di Piala AFC U-23
Olahraga
18 jam yang lalu
Okto Jadi Saksi Sejarah Indonesia Kalahkan Australia di Piala AFC U-23
2
Kalahkan Australia di Piala Asia U 23, Erick Thohir: Luar Biasa Penampilan Indonesia
Olahraga
18 jam yang lalu
Kalahkan Australia di Piala Asia U 23, Erick Thohir: Luar Biasa Penampilan Indonesia
3
Hadapi Red Sparks, Agustin Wulandari: Kami Akan Berikan Penampilan Terbaik
Olahraga
12 jam yang lalu
Hadapi Red Sparks, Agustin Wulandari: Kami Akan Berikan Penampilan Terbaik
4
HUT ke-94, PSSI Berbagi Kebahagian dengan Legenda Timnas Indonesia
Olahraga
14 jam yang lalu
HUT ke-94, PSSI Berbagi Kebahagian dengan Legenda Timnas Indonesia
5
Uruguay Jajaki Kerja Sama Jaminan Produk Halal dengan Indonesia
Pemerintahan
14 jam yang lalu
Uruguay Jajaki Kerja Sama Jaminan Produk Halal dengan Indonesia
6
Billie Eilish Unjuk Kedalaman Emosional di Album Terbaru 'Hit Me Hard and Soft'
Umum
12 jam yang lalu
Billie Eilish Unjuk Kedalaman Emosional di Album Terbaru Hit Me Hard and Soft

Melissa Temukan Hidayah Saat Belajar Perbandingan Agama

Melissa Temukan Hidayah Saat Belajar Perbandingan Agama
Ilustrasi mualaf. (republika.co.I'd)
Kamis, 17 Agustus 2017 22:00 WIB
MELISSA Yassini terlahir sebagai anak haram dari seorang ibu pecandu narkotika, di Texas. Beruntung dia memiliki kakek dan nenek, sehingga hidupnya tidak terlantar.

''Ibu saya adalah pencandu narkoba. Ketika mengandung saya, dia masih berumur 20 tahun,'' ujar Melissa membuka kisah hidupnya, seperti dikutip dari  I Found Islam.

Saat tengah mengandung dirinya itu, ibu kandung Melissa sempat masuk penjara lantaran terjerat kasus hukum. Nenek Melissa akhirnya terpaksa menggadaikan rumah untuk membebaskan sang ibu, dua pekan sebelum kelahirannya.

“Begitu saya lahir, nenek dan kakek membawa saya. Mereka berdualah yang mengasuh dan membesarkan saya,” katanya.

Setelah remaja, Melissa pernah beberapa kali mengunjungi ibunya. Kendati demikian, ia tidak pernah merasa nyaman untuk tinggal bersama dengan wanita tersebut. Belakangan, Melissa sadar bahwa hidup terpisah dari sang ibu merupakan pilihan terbaik baginya.

Meski nenek dan kakeknya mau bermurah hati untuk merawatnya, Melissa kecil tidak memperoleh banyak kesenangan seperti halnya anak-anak seusianya.

Tidak ada menonton film di bioskop apalagi mengikuti pesta bersama teman-temannya. Hari-hari Melissa lebih banyak dihabiskan dengan belajar di dalam kamar dan merenungkan apa yang harus ia lakukan untuk masa depannya.

Nenek dan kakeknya merupakan penganut Kristen. Namun demikian, keduanya tidak pernah pergi ke gereja. Padahal, ada sebuah gereja yang berdiri di seberang jalan rumah mereka.

Berbeda dengan nenek dan kakeknya, Melissa justru rutin menghadiri kebaktian di tempat ibadah tersebut. Bahkan, ia juga aktif terlibat dalam kelompok remaja Kristen.

Akan tetapi, entah mengapa, Melissa tidak pernah merasakan kebutuhan spiritualnya terpenuhi dengan pergi ke gereja. Begitu banyak pertanyaan tentang konsep keimanan dan ketuhanan Kristiani yang tidak pernah terjawab oleh akal apalagi terserap dalam hatinya. ''Saya merasa tidak berada di jalan yang benar,'' ujarnya. 

Sejak itulah pergulatan batin timbul dalam diri Melissa muda. Menurutnya, mencintai Tuhan tidak bisa dilakukan dengan keimanan yang buta. Cinta yang sejati kepada Sang Pencipta hanya bisa dicapai ketika seseorang telah mengenali Tuhannya.

Namun, Melissa benar-benar tidak mengerti dengan dogma trinintas yang diajarkan para pendeta kepadanya. Ia bahkan mengaku pernah sampai menangis dalam kamar dan berpikir akan masuk neraka akibat gagal memahami apa dan siapa itu Tuhan. ''Padahal, saya selalu punya keinginan untuk mendekatkan diri dengan Tuhan dan dicintai oleh-Nya,'' kata Melissa.

Pada sebuah kesempatan, Melissa akhirnya mencoba mengikuti program pelatihan konselor untuk kegiatan kemah musim panas Kristen di daerahnya. Di situ, para kandidat konselor diberi materi tentang perbandingan agama, mulai dari Kristen, Buddha, Sikh, Yahudi, dan Islam.

Usai mengikuti kelas perbandingan agama tersebut, ada ketertarikan Melissa untuk mempelajari Islam lebih mendalam lagi. Ia pun mulai membaca beberapa buku yang berisi tentang agama yang diajarkan oleh Rasulullah Muhammad SAW itu.

Setelah mempelajari Islam, Melissa mengungkapkan, akhirnya ia menemukan jawaban atas berbagai pertanyaan yang mengganjal dalam pikiran sebelumnya. ''Saya pun merasa seperti telah menemukan kembali sesuatu yang hilang dari hidup saya selama ini,'' ujarnya.

Akhirnya, Melissa pun urung meneruskan rencananya untuk menjadi konselor pada kemah musim panas Kristen. Itu lantaran ia telah memperoleh sesuatu yang jauh lebih istimewa, yakni hidayah Islam. ''Saya memutuskan menjadi seorang Muslimah sejak itu,'' katanya.

Bersyukur

Melissa mengaku sangat bersyukur karena Allah SWT telah memilihnya menjadi seorang Muslimah. Ia pun menyadari bahwa kasih sayang Allah selalu hadir di dalam kehidupannya selama ini. Pertama, Allah menyelamatkan Melissa dari pengaruh narkoba, yaitu dengan cara menyerahkan pengasuhannya kepada kakek dan neneknya.

Selanjutnya, dalam perjalanannya mencari Tuhan, Allah tetap membimbing Yassini kepada jalan yang benar. ''Alhamdulillah, semua itu termasuk cara Allah mempertemukan saya dengan Islam,'' ujarnya.

Ia berharap kisah ini dapat menginspirasi orang lain untuk mencari jalan menuju Allah.***

Editor:hasan b
Sumber:republika.co.id
Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/