Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
Umum
13 jam yang lalu
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
2
Lawan Bali United, Thomas Doll Harapkan Pemain Persija Jakarta Bugar
Olahraga
12 jam yang lalu
Lawan Bali United, Thomas Doll Harapkan Pemain Persija Jakarta Bugar
3
Nova Arianto Panggil 36 Pemain untuk Seleksi Timnas U-16 Tahap Kedua
Olahraga
13 jam yang lalu
Nova Arianto Panggil 36 Pemain untuk Seleksi Timnas U-16 Tahap Kedua
4
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
Umum
14 jam yang lalu
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
5
Persis Solo Pantau Fisik Pemain Selama Ramadan
Olahraga
12 jam yang lalu
Persis Solo Pantau Fisik Pemain Selama Ramadan
6
Langsung Pantau Persiapan, Menpora Dito Ingin Berikan Kado Terbaik buat Presiden Jokowi dari Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
15 jam yang lalu
Langsung Pantau Persiapan, Menpora Dito Ingin Berikan Kado Terbaik buat Presiden Jokowi dari Olimpiade 2024 Paris

Pengobatan Batuk, Pilek dan Flu Tidak Memerlukan Antibiotik

Pengobatan Batuk, Pilek dan Flu Tidak Memerlukan Antibiotik
Ilustrasi. (int)
Jum'at, 16 November 2018 06:09 WIB
JAKARTA - Banyak dokter cenderung meresepkan antibiotik untuk pasien penderita batuk, pilek dan flu. Padahal, untuk mengobati penyakit-penyakit tersebut tidak diperlukan antibiotik.

Dikutip dari okezone.com, merujuk pada fungsi dasar antibiotik itu sendiri, obat ini bekerja melawan bakteri penyebab penyakit. Makanya, dengan keberadaan antibiotik di dalam tubuh, biasanya bakteri akan mati.

Namun seperti diterangkan dokter spesialis mikrobiologi klinik Dr dr Budiman Bela, SpMK, tidak semua penyakit memerlukan antibiotik.

''Batuk, pilek, dan flu itu tidak perlu menggunakan antibiotik. Kemudian, untuk diare, kalau memang disertai dengan demam, ini ada kemungkinan dikarenakan infeksi virus. Tapi, tetap perlu pengecekan lebih lanjut untuk memastikan penggunaan antibiotik,'' terang dr Budimanan pada Okezone di Rumah Sakit Universitas Indonesia, Kamis (15/11/2018).

Karena itu, ketika diresepkan antibiotik oleh dokter, pasien punya hak untuk menolak obat antibiotik. ''Itu adalah hak pasien untuk menolak menerima antibiotik pada resep dokter,'' sambungnya.

Di lain sisi, beberapa penyakit seperti tifus dan demam berdarah, yang mana ini merupakan penyakit yang dikarenakan infeksi bakteri, perlu menggunakan antibiotik. ''Intinya, penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri yang memang seharusnya menggunakan antibiotik,'' ujar dr Budiman.

Perlu diketahui, penggunaan antibiotik yang berlebihan bisa menyebabkan resistensi antibiotik. Masalah ini bisa menyebabkan kecacatan bahkan kematian. Menurut World Health Organization (WHO), karena resistensi antibiotik ini, setiap tahunnya ada 700 ribu jiwa meninggal di dunia.

Nah, untuk mengendalikan masalah ini, sangat penting untuk mengimplementasikan upaya penatalaksanaan antibiotik. Aturan pengendaliannya sendiri sudah dikeluarkan melalui Permenkes No 8 Tahun 2015.

Melalui aturan ini, setiap rumah sakit diwajibkan untuk memiliki Tim Program Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA) dan menerapkan program pengendalian antibiotik di rumah sakit masing-masing.

''Tantangannya sekarang adalah bagaimana semua komunitas kesehatan terutama manajemen rumah sakit agar secara konsisten mengimplementasikan aturan ini di lapangan,'' papar dr Anis Karuniawati, PhD, SpMK (K).***

Editor:hasan b
Sumber:okezone.com
Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/