Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Lawan Bali United, Thomas Doll Harapkan Pemain Persija Jakarta Bugar
Olahraga
15 jam yang lalu
Lawan Bali United, Thomas Doll Harapkan Pemain Persija Jakarta Bugar
2
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
Umum
16 jam yang lalu
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
3
Nova Arianto Panggil 36 Pemain untuk Seleksi Timnas U-16 Tahap Kedua
Olahraga
15 jam yang lalu
Nova Arianto Panggil 36 Pemain untuk Seleksi Timnas U-16 Tahap Kedua
4
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
Umum
17 jam yang lalu
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
5
Persis Solo Pantau Fisik Pemain Selama Ramadan
Olahraga
15 jam yang lalu
Persis Solo Pantau Fisik Pemain Selama Ramadan
6
Mahesa Jenar Terlecut Dukungan Panser Biru
Olahraga
15 jam yang lalu
Mahesa Jenar Terlecut Dukungan Panser Biru

Menlu AS Sebut Kezaliman China Terhadap Muslim Uighur Noda Abad Ini

Menlu AS Sebut Kezaliman China Terhadap Muslim Uighur Noda Abad Ini
Muslim Uighur. (republika.co.id)
Jum'at, 19 Juli 2019 07:50 WIB
WASHINGTON - Ketika Arab Saudi dan negara-negara Teluk mendukung kebijakan pemerintah China terhadap Muslim Uighur, Amerika Serikat (AS) justru menyebut penzaliman Muslim Uighur merupakan krisis hak asasi manusia terbesar dalam sejarah dunia kontemporer.

Dikutip dari republika.co.id, Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo di Washington, Kamis (18/7) waktu setempat menyebut Cina menjadi salah satu negara dengan krisis hak asasi manusia (HAM) di zaman ini. ''Itu benar-benar noda abad ini,'' kata Pompeo seperti dilansir dari VOA, Jumat (19/7).

Pompeo juga menuduh Pemerintah Cina mengintimidasi negara-negara di dunia agar tidak menghadiri konferensi yang digelar AS tersebut.

Ia mengatakan, AS telah mencatat negara-negara yang tunduk pada Cina. AS  menantang semua negara  untuk 'menemukan keberanian' membela Cina atas masalah Uighur tersebut.

Pada awal pekan ini, ia mengatakan Konferensi yang digelar selama tiga hari dan berakhir pada Kamis (18/7) itu akan dihadiri lebih dari 100 negara di dunia. Namun, Kementerian Luar Negeri AS menyebut target kehadiran konferensi itu tidak tercapai.

''Kami tahu pemerintah Cina memanggil negara-negara secara khusus untuk mencegah partisipasi,'' kata Pompeo.

Presiden AS Donald Trump pada hari yang sama juga memanggil 27 warga yang menjadi korban penganiayaan atas nama agama. Empat orang di antaranya berasal merupakan warga Muslim dari Uighur. Pertemuan tersebut juga menjadi bagian dari konferensi keagamaan yang digelar oleh Pemerintah AS.

Selain bertemu dengan warga Muslim Uighur, Trump juga bertemu dengan warga lintas agama asal Myanmar, Turki, Korea Utara, dan Iran. Dalam pertemuan sekitar 30 menit itu, para warga menceritakan bentuk-bentuk penganiayaan yang di alami.

Namun, secara spontan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Lu Kang, menegaskan bahwa Cina tidak pernah melakukan penganiayaan agama dan menjunjung tinggi kebebasan bergama sesuai hukum.

Lu Kang menilai, langkah Trump sarat akan campur tangan urusan internal Cina. Pemerintah Cina juga memandang AS menggunakan agama sebagai dalih untuk mencampuri urusan dalam negeri Cina.

''Kami menyesalkan dan sangat menentang itu. Kami mendesak AS untuk melihat kebijakan agama Cina dan kebebasan beragama secara adil,'' kata Lu Kang. ***

Editor:hasan b
Sumber:republika.co.id
Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/