Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
Umum
13 jam yang lalu
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
2
Lawan Bali United, Thomas Doll Harapkan Pemain Persija Jakarta Bugar
Olahraga
11 jam yang lalu
Lawan Bali United, Thomas Doll Harapkan Pemain Persija Jakarta Bugar
3
Nova Arianto Panggil 36 Pemain untuk Seleksi Timnas U-16 Tahap Kedua
Olahraga
12 jam yang lalu
Nova Arianto Panggil 36 Pemain untuk Seleksi Timnas U-16 Tahap Kedua
4
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
Umum
14 jam yang lalu
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
5
Persis Solo Pantau Fisik Pemain Selama Ramadan
Olahraga
11 jam yang lalu
Persis Solo Pantau Fisik Pemain Selama Ramadan
6
Langsung Pantau Persiapan, Menpora Dito Ingin Berikan Kado Terbaik buat Presiden Jokowi dari Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
14 jam yang lalu
Langsung Pantau Persiapan, Menpora Dito Ingin Berikan Kado Terbaik buat Presiden Jokowi dari Olimpiade 2024 Paris

5 Faktor Penyebab Jatuhnya AirAsia QZ8501 di Selat Karimata

5 Faktor Penyebab Jatuhnya AirAsia QZ8501 di Selat Karimata
Ekor pesawat AirAsia QZ8501 diangkat ke Kapal Crest Onyx. (lp6c)
Selasa, 01 Desember 2015 21:09 WIB
JAKARTA - Hasil investigasi kecelakaan pesawat AirAsia QZ8501 telah didapat Komite Nasional Kecelamatan Transportasi (KNKT). Pesawat yang membawa 162 orang itu? jatuh di perairan Selat Karimata pada Minggu 28 Desember 2014.

Investigator KNKT, Nurcahyo Utomo membeberkan, ada sejumlah faktor yang berkontribusi pada kecelakaan pesawat nahas itu. Pertama, retakan solder pada electronic module di Rudder Travel Limiter Unit (RTLU) menyebabkan hubungan yang berselang dan berakibat pada masalah yang bekelanjutan dan berulang.

"Kedua, sistem perawatan pesawat dan analisis di perusahaan yang belum optimal mengakibatkan tidak terselesaikannya masalah menjadi berulang. Karena kejadian ?yang sama terjadi sebanyak 4 kali dalam penerbangan," ujar Cahyo di kantor KNKT, Jakarta, Selasa (1/12/2015).

Ketiga, sambung Cahyo, awak pesawat melaksanakan prosedur sesuai Electronic Centralized Aircraft Monitoring (ECAM) pada 3 gangguan awal. Namun setelah gangguan keempat, FDR mencatat indikasi yang berbeda. Indikasi ini serupa dengan kondisi di mana Circuit Breaker (CB) di-reset sehingga berakibat terjadinya pemutusan arus listrik pada Flight Auqmentation Computer (FAC).

"Keempat, terputusnya arus listrik FAC menyebabkan auto-pilot disengage, flight control logic berubah dari normal law ke alternate law, dan rudder bergerak 2 derajat ke kiri. Kondisi ini mengakibatkan pesawat berguling mencapai sudut 54 derajat," jelas Cahyo.

Faktor kelima, sambung dia, pengendalian pesawat ang selanjutnya secara manual pada alternate law telah menempatkan pesawat dalam kondisi 'upset' dan 'stall' secara berkepanjangan. "Sehingga berada di luar batas-batas penerbangan yang dapat dikendalikan oleh awak pesawat," kata Cahyo.

Tiga hari menjelang tahun baru 2015, dunia penerbangan Indonesia dikagetkan oleh kabar hilangnya pesawat AirAsia bernomor QZ8501 rute Surabaya-Singapura. Burung besi itu hilang dari jangkauan radar saat berada di langit Selat Karimata.

Ketika itu pesawat jenis Airbus A 320-200 membawa 155 penumpang dan 7 kru penerbangan. Ada beberapa warga negara asing yang ikut serta dalam penerbangan tersebut.

Pesawat AirAsia itu baru diketahui jejaknya setelah 2 hari menghilang pada 30 Desember 2014. Saat itu, sebuah serpihan pesawat ditemukan tengah mengambang di perairan Selat Karimata.***

Editor:sanbas
Sumber:liputan6.com
Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/