Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Boy Pohan Berebut Tiket Wasit/Juri Tinju Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
16 jam yang lalu
Boy Pohan Berebut Tiket Wasit/Juri Tinju Olimpiade 2024 Paris
2
Mandiri 3X3 Indonesia Tournament 2024 Disambut Antusias di Medan
Olahraga
9 jam yang lalu
Mandiri 3X3 Indonesia Tournament 2024 Disambut Antusias di Medan
3
Kejutan, Aditya Tahan Remis Unggulan Pertama di Pertamina Indonesia Grand Master Tournament 2024
Olahraga
11 jam yang lalu
Kejutan, Aditya Tahan Remis Unggulan Pertama di Pertamina Indonesia Grand Master Tournament 2024
4
Pelita Jaya Jadi Tim Pertama Lolos BCL Asia, Coach Ahang Blak-blakan Terkait Persaingan di Next Round
Olahraga
4 jam yang lalu
Pelita Jaya Jadi Tim Pertama Lolos BCL Asia, Coach Ahang Blak-blakan Terkait Persaingan di Next Round
5
UEA Dukung Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20 FIFA 2027
Olahraga
4 jam yang lalu
UEA Dukung Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20 FIFA 2027
6
Duel Fisik dan Membaca Permainan Itu Keunggulan Sergio Ramos
Olahraga
9 jam yang lalu
Duel Fisik dan Membaca Permainan Itu Keunggulan Sergio Ramos

Hasil Penelitian, Inilah Faktor Utama Penyebab Suami-Istri Bercerai

Hasil Penelitian, Inilah Faktor Utama Penyebab Suami-Istri Bercerai
Ilustrasi.(int)
Rabu, 03 Agustus 2016 12:03 WIB
BERAKHIRNYA hubungan pernikahan disebabkan banyak alasan, diantaranya perbedaan pendapat, kurang komunikasi, persoalan anak dan sebagainya.

Sementara hasil penelitian ilmuwan Harvard, ada satu masalah yang berpotensi besar mengakibatkan perceraian, yaitu suami tidak memiliki pekerjaan tetap dan menganggur.

Penelitian ini mempelajar perilaku dan dinamika rumahtangga dari 6300 pasangan suami istri yang diwawancara secara periodik, mulai dari tahun 1968 hingga 2013.

Hasil studi menemukan bahwa ketika suami tidak bekerja atau tidak memiliki pekerjaan tetap, maka kondisi rumahtangga lebih mudah panas sehingga terjadilah perceraian.

Peluang bercerai ketika suami tidak bekerja tetap atau menganggur sebesar 32 persen.

Selain kondisi finansial suami, tahun pernikahan juga memberikan pengaruh terhadap keberlangsungan pernikahan.

Hasil studi mengatakan, pasangan yang menikah sebelum tahun 1975 paling berisiko bercerai ketika istri tidak terlalu aktif dalam urusan dosmetik. Lalu, pasangan yang menikah setelah tahun 1975, lebih berpotensi bercerai ketika suami tidak memiliki penghasilan tetap.

“Aku memprediksi bahwa kehilangan pekerjaan membuat pasangan depresi dan menciptakan konflik mental antara suami istri,” jelas Alexandra Killewad, Penulis Studi dan Profesor di Sociology Harvard University.

Killewad menyimpulkan bahwa pekerjaan suami merupakan identitas suami yang mempengaruhi kepercayaan diri istri. ***

Editor:sanbas
Sumber:kompas.com
Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/