Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Soal Berbagi Sembako, Inul Daratista Balas Kritikan Netizen
Umum
20 jam yang lalu
Soal Berbagi Sembako, Inul Daratista Balas Kritikan Netizen
2
Mila Kunis dan Ashton Kutcher Tolak Perankan Kembali Film "That '90s Show" Season 2
Umum
20 jam yang lalu
Mila Kunis dan Ashton Kutcher Tolak Perankan Kembali Film That 90s Show Season 2
3
Perjuangan Melawan Penyakit SPS, Celine Dion Berharap Mukjizat
Umum
20 jam yang lalu
Perjuangan Melawan Penyakit SPS, Celine Dion Berharap Mukjizat
4
Susanto Jinakkan Torre Lewat Jebakan Krisis Waktu
Olahraga
18 jam yang lalu
Susanto Jinakkan Torre Lewat Jebakan Krisis Waktu
5
KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran PPK Untuk Pilkada
Pemerintahan
20 jam yang lalu
KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran PPK Untuk Pilkada
6
Ditanya Lebih Bangga Indonesia atau Korsel Yang Lolos ke Olimpiade 2024 Paris, Ini Jawaban Shin Tae-yong
Olahraga
16 jam yang lalu
Ditanya Lebih Bangga Indonesia atau Korsel Yang Lolos ke Olimpiade 2024 Paris, Ini Jawaban Shin Tae-yong

Jelang Lebaran Daya Beli Masyarakat Menurun, Pemerintah Fokus ke Infrastruktur, Yang Untung Industri Besi dan Semen

Jelang Lebaran Daya Beli Masyarakat Menurun, Pemerintah Fokus ke Infrastruktur, Yang Untung Industri Besi dan Semen
Senin, 11 Juni 2018 04:07 WIB
JAKARTA - Jelang Idul Fitri 1439 H, ditengarai daya beli masyarakat menurun. Penyebabnya banyak faktor termasuk fokus pembangunan ke infrastruktur.

Ketua Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) DPD DKI Jakarta, Sarman Simanjorang menyebut, penurunan daya beli jelang Hari Raya Idul Fitri kali ini disebabkan oleh sejumlah faktor terutama terkait kondisi ekonomi global.

''Daya beli menurun karena ekonomi Amerika sangat berpengaruh ke kita. Kurs rupiah melemah ini menyebabkan perusahaan menekan biaya operasionalnya,'' kata Sarman ditemui di bilangan Tebet, Jakarta Selatan, Minggu (10/6) petang.

Sarman menyebut, dampak pelemahan rupiah yang diantisipasi dengan penaikan suku bunga sangat berpengaruh langsung kepada pelaku usaha termasuk masyarakat.

''Orang yang mau pinjam uang ke bank jadi berpikir ulang karena suku bunganya naik. Otomatis belanja di masyarakat jadi turun,'' ungkapnya.

Peran pemerintah sangat penting dalam hal ini, kata Sarman. Menurutnya, selama ini pemerintah hanya terfokus dengan pembangunan infrastruktur dan membuat sektor lain jadi kurang mendapat perhatian.

''Jadi ini ada ketimpangan dimana pemerintah porsi terbesarnya hanya fokus ke infrastruktur saja. Yang dapat kue ya cuma industri skala besar, misalnya besi dan semen. Sementara sektor lainnya sulit berkembang dalam masa ekonomi seperti ini dan dampaknya sampai ke sektor mikro," kata dia.

Sarman menyebut, jika kondisi seperti ini dibiarkan, maka akan berdampak kurang baik bagi ekonomi Indonesia ke depannya.

''Indikator peningkatan ekonomi itu ada empat. Pertama daya beli masyarakat. Pemerintah, ketika mampu menjaga inflasi, artinya ini ekonomi kita bisa bertahan. Kedua, ekspor, terutama non migas. Semakin banyak ekspor, devisa akan kita terus bertambah.''

"Ketiga, investasi yang bisa sediakan lapangan kerja. Terakhir penyerapan anggaran pemerintah, baik pusat maupun daerah. Harapan kita penyerapan jangan timpang. Misalnya jangan dikuasai sektor infrastruktur saja," tegasnya. ***

Editor:Hermanto Ansam
Sumber:wartakota.tribunnews.com
Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/