Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Lewat Permainan Kreatif, Adit Taklukan Uzair di Babak Kelima
Olahraga
15 jam yang lalu
Lewat Permainan Kreatif, Adit Taklukan Uzair di Babak Kelima
2
KPU DKI Gelar Sayembara Maskot dan Jingle Pemilihan Gubernur Jakarta
Pemerintahan
15 jam yang lalu
KPU DKI Gelar Sayembara Maskot dan Jingle Pemilihan Gubernur Jakarta
3
Jet Pribadi Sandra Dewi Diselidiki Kejagung dalam Kasus Korupsi PT Timah
Hukum
14 jam yang lalu
Jet Pribadi Sandra Dewi Diselidiki Kejagung dalam Kasus Korupsi PT Timah
4
Johnny Depp Berencana Beli Kastil Tua Bersejarah di Italia
Umum
14 jam yang lalu
Johnny Depp Berencana Beli Kastil Tua Bersejarah di Italia
5
Ditanya Kemungkinan Rujuk dengan Farhat Abbas, Nia Daniaty Pilih Bungkam
Umum
14 jam yang lalu
Ditanya Kemungkinan Rujuk dengan Farhat Abbas, Nia Daniaty Pilih Bungkam
6
PJ Gubernur Ribka Haluk Buka UKW Perdana Papua Tengah
Umum
14 jam yang lalu
PJ Gubernur Ribka Haluk Buka UKW Perdana Papua Tengah

Ratusan Muslim Hui Gagalkan China Hancurkan Masjid Raya Weizhou

Ratusan Muslim Hui Gagalkan China Hancurkan Masjid Raya Weizhou
Ratusan Muslim Hui bertahan di Masjid Raya Weizhou, untuk menggagalkan rencana Pemerintah China menghancurkan masjid tersebut. (republika.co.id)
Senin, 13 Agustus 2018 19:29 WIB
BEIJING - Pemerintah China gagal menghancurkan Masjid Raya Weizhou di wilayah otonomi Ningxia Hui, Jumat pekan lalu.

Dikutip dari republika.co.id, dalam video yang beredar tampak ratusan umat Islam setempat bertahan di masjid tersebut untuk menggagalkan rencana China melakukan penghancuran.

Pemerintah China mendapat kecaman yang kian meningkat karena tindakan kerasnya terhadap umat beragama, khususnya umat Islam. Dilaporkan, negara itu telah memaksa ratusan ribu umat Islam etnis Uighur menjalani kamp-kamp pendidikan ulang.

Rekaman video yang beredar pekan lalu menunjukkan banyak massa umat Islam Hui berkumpul di Masjid Raya Weizhou.

Membawa bendera nasional, para pemrotes mengusung spanduk dukungan bagi Partai Komunis, persatuan etnis dan kebebasan beragama. Mereka juga mendatangi kantor pemerintahan setempat.

Para pejabat di Ningxia sejak awal tahun ini mulai menghapuskan unsur-unsur arsitektur Islam dan Arab dari berbagai bangunan di sana. Dalihnya, menjadikan agama dari luar lebih berorientasi pada Cina.

Banyak pengguna Weibo, medsos yang mirip dengan Twitter, mendukung tindakan membongkar masjid tersebut. ''Akan menjadi peringatan bagi proyek-proyek yang tak disetujui lainnya,'' ujar pemilik akun bernama Mei Xinyu.

Komisi Partai Komunis setempat menyebutkan Masjid Raya Weizhou telah melakukan perluasan ilegal sejak 2016.

Komisi mengatakan para pejabat partai lokal gagal mengawasi pembangunan itu, yang kabarnya sebagian didanai melalui sumbangan asing.

Namun seorang jamaah membantah hal itu. ''Dalam dua tahun terakhir, tak ada pihak berwenang yang meminta kami berhenti membangun. Sebelumnya tak ada yang mempersoalkan izin penggunaan lahan, dan tidak ada yang mengklaim ini proyek yang tak disetujui,'' katanya dalam postingan di Weibo.

Meski direncanakan dilakukan Jumat (10/8) lalu, tampaknya pembongkaran masjid telah ditunda. Media South China Morning Post melaporkan rencana pembongkaran ditunda sampai disetujuinya rencana pembangunan ulang.

Sementara menurut kantor berita Reuters, China ingin menghilangkan beberapa kubah masjid, menggantikannya dengan model pagoda, namaun ditolak jamaah. ''Jika kami menyetujuinya, sama dengan menjual keyakinan agama kami,'' kata seorang jamaah masjid.

Etnis Hui merupakan yang terbesar di antara 10 kelompok minoritas Muslim di China. Mereka berbahasa Mandarin, bahasa yang digunakan etnis mayoritas Han.

Menurut pengamat China James Leibold dari La Trobe University, etnis Hui secara tradisional berperan sebagai 'perantara' antara pemerintah dan kelompok minoritas Muslim lainnya. ''Mereka ini kelompok etnis yang sangat strategis dan penting,'' jelasnya.

Di saat umat Islam etnis Uighur yang tinggal di Xinjiang (Cina Barat) menghadapi tekanan dalam beberapa tahun terakhir, etnis Hui umumnya luput dari perhatian. Namun, meningkatnya kecurigaan terhadap agama asing di China, khususnya Islam dan Kristen, membuat sikap terhadap etnis Hui menjadi bergeser.

''Islam dipandang sebagai agama yang cenderung ke tindakan fanatik dan kekerasan politik. China menyaksikan hal itu di Xinjiang awal 2012. Baru-baru ini terjadi penusukan massal di stasiun kereta api Kunming. Seperti yang mereka lakukan di Xinjiang, reaksi pemerintah terlalu berlebihan, terkadang malah memperburuk masalah,'' kata Leibold.

Awal bulan ini, ribuan peti mati dihancurkan pihak berwenang yang menerapkan penghapusan penguburan jenazah di tanah, karena keterbatasan lahan. Sebelumnya pada April lalu, dilaporkan pula kitab-kitab Injil ditarik dari peredaran di toko-toko buku.***

Editor:hasan b
Sumber:republika.co.id
Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/