Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
Umum
15 jam yang lalu
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
2
Lawan Bali United, Thomas Doll Harapkan Pemain Persija Jakarta Bugar
Olahraga
14 jam yang lalu
Lawan Bali United, Thomas Doll Harapkan Pemain Persija Jakarta Bugar
3
Nova Arianto Panggil 36 Pemain untuk Seleksi Timnas U-16 Tahap Kedua
Olahraga
15 jam yang lalu
Nova Arianto Panggil 36 Pemain untuk Seleksi Timnas U-16 Tahap Kedua
4
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
Umum
16 jam yang lalu
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
5
Persis Solo Pantau Fisik Pemain Selama Ramadan
Olahraga
14 jam yang lalu
Persis Solo Pantau Fisik Pemain Selama Ramadan
6
Langsung Pantau Persiapan, Menpora Dito Ingin Berikan Kado Terbaik buat Presiden Jokowi dari Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
17 jam yang lalu
Langsung Pantau Persiapan, Menpora Dito Ingin Berikan Kado Terbaik buat Presiden Jokowi dari Olimpiade 2024 Paris

Menolak Nyanyikan Lagu Kebangsaan Australia karena Dianggapnya Rasis, Bocah Perempuan Usia 9 Tahun Dihukum

Menolak Nyanyikan Lagu Kebangsaan Australia karena Dianggapnya Rasis, Bocah Perempuan Usia 9 Tahun Dihukum
Harper Nielsen bersama ayah dan ibunya. (gladeobservr.com.au)
Rabu, 12 September 2018 11:30 WIB
BRISBANE - Seorang murid perempuan berusia 9 tahun di Brisbane, Australia, dilarang pihak sekolah bermain pada jam makan siang hari Jumat, sebagai hukuman atas tindakannya menolak menyanyikan lagu kebangsaan Australia saat upacara di sekolah.

Dikutip dari tribunnews.com, bocah bernama Harper Nielsen dari Kenmore South State School itu melakukan protes diam menentang lagu yang dikatakannya 'salah' tersebut.

''Ketika syair lagu itu mengatakan 'kita adalah bangsa yang masih muda' ini sama sekali mengabaikan warga asli Australia yang sudah ada di sini selama 50 ribu tahun.'' kata Harper.

''Ketika syair itu ditulis pada awalnya, Advance Austtalia Fair berarti advance (majulah) warga kulit putih Australia.''

Harper mengatakan kepada Radio ABC Brisbane bahwa dia kecewa karena mendapat hukuman karena menyampaikan keyakinannya.

''Saya merasa mereka sedang berusaha menghilangkan kuasa yang saya miliki dan itu membuat saya kecewa karena yang saya perjuangkan adalah kesamaan bagi semua orang,'' kata Harper.

Murid kelas 4 tersebut mengatakan keputusan untuk melakukan protes tersebut dilakukannya sendiri, walau masalah tersebut sudah pernah didiskusikan dengan orang tuanya.

Ayah Harper adalah Mark Nielsen, Associate Professor Bidang Psikologi di University of Queensland, yang mengatakan dia sepenuhnya mendukung pandangan putrinya.

''Dia sudah menunjukkan keberanian luar biasa untuk menyuarakan apa yang diyakininya, dan mau melakukan sesuatu berdasarkan keyakinan tersebut dan saya sangat bangga dia mau melakukannya,'' kata Mark.

Associate Professor Nielsen mengatakan meski sudah bertemu dengan pihak sekolah mendiskusikan masalah tersebut, pihak sekolah mengatakan aturan tidak mengizinkan putrinya terus melakukan protes.

''Mereka mengatakan dia harus berdiri atau harus meninggalkan wilayah tempat upacara,'' katanya.

Mark Nielsen mengatakan memaksa putrinya tunduk terhadap apa yang tidak disukainya atau bertentangan dengan apa yang sedang diperjuangkannya.

''Satu hal yang diharapkanya adalah adalah meningkatkan kesadaran dan membuat orang lain berpikir mengenai rasisme yang mengakar, dan bagaimana mereka merasa terhadap orang-orang yang merasakan hal tersebut,'' katanya.

Menanggapi kritik terhadap tindakan putrinya, Associate Professor Nielsen mengatakan penting sekali untuk memberikan kesempatan kepada semua orang untuk memperjuangkan apa yang diyakininya.

''Ini bukan sekedar seseorang ingin berbuat sesuatu tanpa dasar - ini adalah insiden yang sangat spesifik dimana ada alasan kuat dibelakang semuanya, yang berhubungan dengan hak asasi manusia,'' kata Mark Nielsen lagi.

''Ini bukan soal seseorang yang mengatakan dia tidak mau ikut pelajaran matematika.''

Ibu Harper, Yvette Miller, adalah Associate Professor di bidang Kesehatan Masyarakat di Queensland University of Technology.

Dalam sebuah pernyataan, Sekolah Negeri Kenmore South mengatakan sudah bertemu dengan keluarga murid untuk mendiskusikan masalah tersebut.

''Sekolah menghormati keinginan murid, dan memberikan alternatif lain untuk menyanyikan lagu kebangsaan,'' kata pernyataan tersebut.

''Sekolah negeri sudah memiliki standar perilaku yang jelas yang diharapkan dari para murid.''***

Editor:hasan b
Sumber:tribunnews.om
Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/