Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Lewat Permainan Kreatif, Adit Taklukan Uzair di Babak Kelima
Olahraga
22 jam yang lalu
Lewat Permainan Kreatif, Adit Taklukan Uzair di Babak Kelima
2
KPU DKI Gelar Sayembara Maskot dan Jingle Pemilihan Gubernur Jakarta
Pemerintahan
21 jam yang lalu
KPU DKI Gelar Sayembara Maskot dan Jingle Pemilihan Gubernur Jakarta
3
Jet Pribadi Sandra Dewi Diselidiki Kejagung dalam Kasus Korupsi PT Timah
Hukum
21 jam yang lalu
Jet Pribadi Sandra Dewi Diselidiki Kejagung dalam Kasus Korupsi PT Timah
4
Johnny Depp Berencana Beli Kastil Tua Bersejarah di Italia
Umum
21 jam yang lalu
Johnny Depp Berencana Beli Kastil Tua Bersejarah di Italia
5
PJ Gubernur Ribka Haluk Buka UKW Perdana Papua Tengah
Umum
21 jam yang lalu
PJ Gubernur Ribka Haluk Buka UKW Perdana Papua Tengah
6
Ditanya Kemungkinan Rujuk dengan Farhat Abbas, Nia Daniaty Pilih Bungkam
Umum
21 jam yang lalu
Ditanya Kemungkinan Rujuk dengan Farhat Abbas, Nia Daniaty Pilih Bungkam

Kata Pakar, Tsunami Tak Selalu Didahului Surutnya Air Laut

Kata Pakar, Tsunami Tak Selalu Didahului Surutnya Air Laut
Foto dari udara memperlihatkan sejumlah bangunan rusak usai dilanda gempa dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah, Senin (1/10). (lp6c)
Selasa, 02 Oktober 2018 11:43 WIB
JAKARTA - Gempa besar diiringi gelombang tsunami dahsyat sudah beberapa kali terjadi di Indonesia. Dua tsunami terbesar di Tanah Air adalah yang terjadi Aceh pada 2004 dan Banda Naera pada 1674. Ketinggian gelombang pada tsunami di Aceh mencapai 94 meter.

Dikutip dari liputan6.com, ahli tsunami dari Kementerian Kelautan dan Perikanan Abdul Muhari mengatakan, tsunami biasanya didahului gempa.

''Sebenarnya, tsunami warning itu ya gempanya sendiri. Tidak perlu menunggu BMKG, tidak perlu mengandalkan sistem peringatan dini BMKG. Indikatornya, kalau ada gempa tidak berhenti selama 2 menit, langsung lari menjauh dari pantai,'' kata Abdul Muhari kepada Liputan6.com, Jakarta, Senin 1 Oktober 2018.

Menurut dia, peringatan tsunami tercepat yang dilakukan BMKG, melalui televisi. Namun, ketika gempa terjadi, masyarakat bakal langsung keluar rumah menghindari bangunan dan pohon.

''Tidak ada yang nonton TV lagi. Mereka sudah panik. Oleh karena itu, indikator yang bisa kami secara science peringatkan, jika ada gempa baik lemah maupun kuat tapi terjadi selama 2 menit tidak berhenti, langsung menjauh dari pantai,'' Abdul Muhari menjelaskan.

Pria yang memperoleh gelar doktornya dari Universitas Tohoku, Sendai, Jepang itu mengatakan, setiap gempa dan tsunami butuh pelepasan energi. Pada kasus-kasus yang terjadi sebelumnya, gempa yang berdurasi selama inilah yang mengakibatkan tsunami.

''Pada kasus-kasus yang terjadi sebelumnya, gempa yang terjadi dengan durasi lama, lebih dari 1 menit, membangkitkan tsunami,'' kata pria yang akrab disapa Aam itu.

Tak Selalu Ditandai Air Surut

Sementara peneliti di Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Danny Hilman Natawijaya mengatakan, pendidikan tentang gejala tsunami di Indonesia masih kurang.

Padahal, lanjutnya, sosialisasi dan pengajaran tentang tsunami dan gejalanya merupakan early warning system termurah yang bisa didapatkan pemerintah.

''Selama ini yang diajarkan secara umum di kita itu, tsunami diawali dengan air surut. Padahal tidak semua tsunami ditandai surutnya air,'' kata Danny Hilman kepada liputan6.com, Senin.***

Editor:hasan b
Sumber:liputan6.com
Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/