Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
Umum
14 jam yang lalu
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
2
Nova Arianto Panggil 36 Pemain untuk Seleksi Timnas U-16 Tahap Kedua
Olahraga
13 jam yang lalu
Nova Arianto Panggil 36 Pemain untuk Seleksi Timnas U-16 Tahap Kedua
3
Lawan Bali United, Thomas Doll Harapkan Pemain Persija Jakarta Bugar
Olahraga
12 jam yang lalu
Lawan Bali United, Thomas Doll Harapkan Pemain Persija Jakarta Bugar
4
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
Umum
15 jam yang lalu
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
5
Persis Solo Pantau Fisik Pemain Selama Ramadan
Olahraga
12 jam yang lalu
Persis Solo Pantau Fisik Pemain Selama Ramadan
6
Langsung Pantau Persiapan, Menpora Dito Ingin Berikan Kado Terbaik buat Presiden Jokowi dari Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
15 jam yang lalu
Langsung Pantau Persiapan, Menpora Dito Ingin Berikan Kado Terbaik buat Presiden Jokowi dari Olimpiade 2024 Paris

Debat Capres; Jokowi Banyak Menyerang, Prabowo Lebih Kalem

Debat Capres; Jokowi Banyak Menyerang, Prabowo Lebih Kalem
Jokowi dan Prabowo berpelukan usai debat pertama Capres 2019, Kamis malam. (republika.co.id)
Jum'at, 18 Januari 2019 07:20 WIB
JAKARTA - Secara keseluruhan, dari awal hingga akhir debat pertama calon presiden dan wakil presiden di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (17/1) malam, dinilai membosankan.

Penilaian itu disampiakan pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syahid Jakarta Adi Prayitno. Dijelaskan Adi, kedua pasangan calon, baik Joko Widodo-Ma'ruf Amin maupun Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, tidak bisa mengelaborasi proposal kebijakan yang akan mereka lakukan lima tahun ke depan jika mereka terpilih.

''Kedua Paslon di babak awal terlihat kaku dan jaim. Ini sangat terkait peraturan KPU yang rigit hingga mempersempit ruang manuver paslon,'' kata Adi menanggapi debat capres, di Jakarta, Kamis (17/1) malam, seperti dikutip dari republika.co.id.

Dilihat dari gaya debat, lanjut dia, Jokowi nisbi banyak menyerang dengan intonasi dan mimik yang tak biasanya. Sementara Prabowo nisbi kalem dan bisa menahan diri. 

''Efek kehati-hatian itu membuat pernyataan Prabowo kurang nendang. Malah Jokowi yang banyak nyerang balik,'' ujarnya.

Ia mengatakan, secara substansi ada tiga isu yang berbeda cara menyikapinya dan kurang diekspolitasi. Ketiganya, yakni isu deradikalisasi, tumpang tindih aturan, dan reformasi birokrasi. 

''Jokowi-Ma'ruf menyikapi deradikalisasi dengan pendekatan holistik seperti agama, sosial, dan ekonomi. Sementara Prabowo perspektifnya lebih pada fokus keamanan,'' ujar analis politik Parameter Politik Indonesia ini.

Menyikapi tumpang tindih aturan, Jokowi-Ma'ruf mengajukan revisi dan evaluasi. Selain itu, paslon 01 itu akan membentuk Badan Pusat Legislasi Nasional yang terintegrasi satu pintu di bawah pengawasan presiden. Sementara Prabowo Sandi lebih fokus sinkronisasi dan tak tebang pilih.

Pada reformasi birokrasi, Jokowi-Ma'ruf lebih mengedepankan transparansi, submit online, rekrutmen berbasis miritokrasi dan profesionalisme. Sedangkan Prabowo-Sandi lebih pada peningkatan kesejahteraan aparatus negara yang dianggap kurang layak.

Keempat, di level cawapres Sandi tampil memukau yang bisa berbagi peran dengan Prabowo. Bahkan dalam banyak sesi, justru pernyataan Sandi lebih fokus dan terukur.

''Sementara Ma'ruf Amin lebih banyak diam dan hanya mengamini Jokowi. Hanya sekali saja statemennya menukik tajam soal solusi deradikalisasi. Debat selanjutnya porsi Ma'ruf mesti lebih banyak karena secara substansi menguasai,'' tuturnya.

Adi menambahkan, Prabowo blunder bikin ''gol bunuh diri'' dengan bilang Jateng lebih luas daripada Malaysia. ''Ini debat mesti hati-hati soal data,'' tuturnya. ***

Editor:hasan b
Sumber:republika.co.id
Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/