Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Lewat Permainan Kreatif, Adit Taklukan Uzair di Babak Kelima
Olahraga
18 jam yang lalu
Lewat Permainan Kreatif, Adit Taklukan Uzair di Babak Kelima
2
KPU DKI Gelar Sayembara Maskot dan Jingle Pemilihan Gubernur Jakarta
Pemerintahan
18 jam yang lalu
KPU DKI Gelar Sayembara Maskot dan Jingle Pemilihan Gubernur Jakarta
3
Jet Pribadi Sandra Dewi Diselidiki Kejagung dalam Kasus Korupsi PT Timah
Hukum
17 jam yang lalu
Jet Pribadi Sandra Dewi Diselidiki Kejagung dalam Kasus Korupsi PT Timah
4
Johnny Depp Berencana Beli Kastil Tua Bersejarah di Italia
Umum
17 jam yang lalu
Johnny Depp Berencana Beli Kastil Tua Bersejarah di Italia
5
Ditanya Kemungkinan Rujuk dengan Farhat Abbas, Nia Daniaty Pilih Bungkam
Umum
17 jam yang lalu
Ditanya Kemungkinan Rujuk dengan Farhat Abbas, Nia Daniaty Pilih Bungkam
6
PJ Gubernur Ribka Haluk Buka UKW Perdana Papua Tengah
Umum
17 jam yang lalu
PJ Gubernur Ribka Haluk Buka UKW Perdana Papua Tengah

Konpers Kasus 22 Mei di Kemenkopolhukam, Komnas HAM: Framingnya Politik, Bukan Penegakan Hukum

Konpers Kasus 22 Mei di Kemenkopolhukam, Komnas HAM: Framingnya Politik, Bukan Penegakan Hukum
Chairul Anam. (kumparan.com)
Rabu, 12 Juni 2019 20:52 WIB
JAKARTA - Polri kerap menggelar konferensi pers (Konpers) di Kantor Kemenkopolhukam, Jakarta, terkait kerusuhan 22 Mei. Langkah tersebut dikritisi Komisioner Komnas HAM Choirul Anam.

Dikutip dari kumparan.com, Choirul beranggapan lokasi tersebut bisa menimbulkan banyak pandangan dari berbagai pihak. Choirul khawatir, pengungkapan kasus 22 Mei dikaitkan ke ranah politik, bukan penegakan hukum.

''Mengapa? Karena apapun, pasti framing-nya politik, bukan penegakan hukum. Jika di Kantor Polri, frame yang digunakan jelas. Kalau semuanya dinarasikan di Kantor Kemenkopolhukam, jangan salahkan masyarakat tak menaruh kepercayaan bahwa Polri mengungkap framing politik,'' tutur Choirul kepada kumparan, Rabu (12/6).

Menurutnya, penyelesaian kasus melalui perspektif penegakan hukum terlihat jelas karena setiap prasangka harus disertakan dengan dua alat bukti. Sedangkan, kata dia, publik selama ini kerap membenturkan kasus tersebut ke ranah politik lantaran selalu diungkapkan di Kantor Kemenkopolhukam.

''Kalau framing-nya politik atau keamanan, ya, enggak ada ukurannya, dan enggak berkontribusi baik terhadap penurunan tensi ketegangan di masyarakat,'' imbuhnya.

Choirul juga memberikan dua catatan untuk Polri yang tengah membentuk tim investigasi mengusut kasus ini. Pertama, Choirul meminta Polri segera mengungkap dalang kerusuhan 22 Mei, khususnya kematian 9 korban meninggal dunia yang diduga polisi adalah perusuh.

Kedua, Choirul menekankan profesionalitas polisi. Dia berharap, Polri tak pandang bulu menangkap para perusuh, termasuk jika ada anggota Polri yang melanggar prosedur.

''Misalnya kayak kejadian di Kampung Bali, orang sudah diringkus masih saja diperlakukan secara tidak sewenang-wenang, penggunaan kewenangan secara berlebihan, polisi harus berani dituntut,'' ungkapnya.

Pemaparan penyidikan kasus kerusuhan 21-22 Mei dan rencana pembunuhan pada pejabat negara dilakukan di kantor Kemenkopolhukam pada Selasa (11/5) dan dihadiri oleh pejabat TNI dan Polri.

Pemaparan atas permintaan Menkopolhukam Wiranto ini bertujuan untuk menghindari spekulasi di tengah masyarakat.

Sebelumnya, di kantor tersebut digelar beberapa kali rapat koordinasi (rakor) pejabat di bawah koodinasi Menkopolhukam.***

Editor:hasan b
Sumber:kumparan.com
Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/