Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Soal Berbagi Sembako, Inul Daratista Balas Kritikan Netizen
Umum
20 jam yang lalu
Soal Berbagi Sembako, Inul Daratista Balas Kritikan Netizen
2
Mila Kunis dan Ashton Kutcher Tolak Perankan Kembali Film "That '90s Show" Season 2
Umum
20 jam yang lalu
Mila Kunis dan Ashton Kutcher Tolak Perankan Kembali Film That 90s Show Season 2
3
Perjuangan Melawan Penyakit SPS, Celine Dion Berharap Mukjizat
Umum
20 jam yang lalu
Perjuangan Melawan Penyakit SPS, Celine Dion Berharap Mukjizat
4
Susanto Jinakkan Torre Lewat Jebakan Krisis Waktu
Olahraga
18 jam yang lalu
Susanto Jinakkan Torre Lewat Jebakan Krisis Waktu
5
KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran PPK Untuk Pilkada
Pemerintahan
20 jam yang lalu
KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran PPK Untuk Pilkada
6
Ditanya Lebih Bangga Indonesia atau Korsel Yang Lolos ke Olimpiade 2024 Paris, Ini Jawaban Shin Tae-yong
Olahraga
17 jam yang lalu
Ditanya Lebih Bangga Indonesia atau Korsel Yang Lolos ke Olimpiade 2024 Paris, Ini Jawaban Shin Tae-yong

Kisah Pilu Nining Suryani, Guru Honor Bergaji Rp350 Ribu yang Terpaksa Tinggal di Toilet Sekolah

Kisah Pilu Nining Suryani, Guru Honor Bergaji Rp350 Ribu yang Terpaksa Tinggal di Toilet Sekolah
Nining saat berada di tempat tinggalnya di samping toilet di SD Negeri Karya buana 3, Kecamatan Cigeulis, Kabupaten Pandeglang, Senin (15/7). (republika.co.id)
Selasa, 16 Juli 2019 08:22 WIB
PANDEGLANG - Nining Suryani (44) bersama suami dan anak-anaknya terpaksa tiggal di bangunan toilet SD Negeri Karya Buana 3, Kecamatan Cigeulis, Kabupaten Pandeglang, Banten. Nining merupakan guru honor di SD tersebut.

Dikutip dari republika.co.id, Nining dan keluarganya sudah tinggal di toilet sekolah tersebut sejak dua tahun lalu, sejak rumah kayu miliknya roboh karena dimakan usia.

Lantaran faktor ekonomi, Nining tak punya pilihan setelah rumahnya roboh, hingga akhirnya dia dan keluarga menempati ruangan yang satu bangunan dengan toilet sekolah tempatnya mengajar.

Kepada republika, Nining merawikan, dengan gaji hanya Rp350 ribu per bulan dan suaminya Ebi (46) yang hanya bekerja serabutan, membuat dirinya urung untuk membenahi rumahnya yang roboh. Kesulitannya ditambah dengan fakta bahwa masih ada anak yang harus mereka cukupi kebutuhannya.

''Saya tinggal di sini karena tidak ada lagi tempat tinggal, karena rumah saya roboh. Mau bangun lagi nggak ada uang, karena buat anak sekolah. Anak saya yang kecil sekolah pesantren di Kecamatan Saketi, seorang lagi di Jakarta kuliah walaupun sekarang sudah berhenti karena mau kerja,'' kata Nining saat ditemui di kediamannya di SDN Karya Buana 03, Senin (15/7).

Nining sudah mengajar di sekolah tersebut selama 15 tahun. Setelah rumahnya roboh dua tahun lalu, dia yang pertama kali meminta kepada kepala SDN Karya Buana 03 untuk diberikan izin tinggal di ruangan yang ada di samping toilet sekolah. Izin akhirnya diberikan, walaupun pihak sekolah berat memberikan putusan tersebut.

''Nggak ada bau, nyaman kok di sini. Apalagi belakang sekolah sini kan kebun, jadi sejuk. Listrik juga diberi gratis sama sekolah,'' kata dia mensyukuri keadaan.

Sebenarnya ada dua ruangan sekolah yang dijadikan Nining untuk aktivitasnya sehari-hari. Ruang pertama, yaitu kamar toilet sekolah yang digunakan Nining untuk dapur dan tempat shalat, sementara ruang kedua yang ada di samping toilet digunakan sebagai ruang tidur dan tempat usaha warung jajanan siswa.

Untuk ruang tidur dan warung jajanan, masing-masing berukuran sekira 3x3 meter yang hanya dibatasi dengan sekat kayu triplek tipis untuk menutupi ruang tidur. Adapun ruang dapur Nining yang bercampur dengan kamar toilet sekolah, ditaruhi peralatan memasak, seperti penggorengan dan kompor gas di depan pintu toilet khusus guru.

''Sempat dilarang sebenarnya, cuma kan tidak tinggal pas di toiletnya. Jadi memang kamar toilet itu kita buat untuk dapur, tapi untuk tidur dibuatkan ruangan di sampingnya lagi,'' ujar Nining.

Pemberian izin kepala sekolah untuk membuka usaha warung di sekolah, menurut dia, sangat membantu dalam mencukupi kebutuhan keluarga. Meskipun ada kisah pilu lain menyertai pembukaan usaha warung yang dijalankannya. Kenyataan bahwa modal usaha yang digunakannya untuk sekadar membuat makanan gorengan dan makanan ringan para siswa ternyata didapat dari bank keliling.

''Modalnya didapat dari bank keliling Rp500 ribu, seminggunya cicil bayar Rp50 ribu. Habis ke mana lagi saya bisa dapat modal usaha untuk kebutuhan sehari-hari ini kalau bukan dari cara ini,'' kata Nining.

Penghasilan yang saat ini didapatnya dari mengajar dan berjualan, menurut dia, memang belum mampu menutupi semua kebutuhan sehari-hari keluarganya.

Bahkan, untuk membiayai pendidikan anak bungsunya yang saat ini belajar di pesantren, Nining harus membayar uang sekolah Rp350 ribu yang belum dihitung biaya jajannya. Adapun untuk anak pertama Nining saat ini sudah mandiri karena bekerja di Jakarta.

''Mau bagaimana lagi kan gaji Rp350 ribu yang dibayar setiap tiga bulan, kalau dibilang tidak cukup memang tidak. Tapi saya tetap ngajar, supaya bisa menyalurkan ilmu saya. Sekarang sedikit-sedikit juga sudah terbantu dengan adanya warung walaupun cuma kayak gitu,'' kata dia.

Setelah robohnya rumah Nining dua tahun lalu, ia mengaku, sempat putus asa dengan nasibnya sebagai guru honorer. Regulasi pendaftaran PNS untuk guru yang saat ini tidak memungkinkan baginya untuk menaikkan status menjadi PNS dan pendapatannya yang sekadarnya memang sempat membuatnya frustrasi.

''Sempat putus asa, saya sudah 15 tahun mengajar, tapi belum diangkat-angkat jadi PNS. Tapi sampai saat ini, saya tetap semangat mengajar untuk biaya sekolah anak. Saya pingin mereka lebih baik nasibnya daripada orang tuanya,'' ujar Nining.

Sementara Encep (34), yang mengaku sudah mengenal Nining sejak di bangku kuliah, menuturkan, pribadi Nining memang penyabar, santun, dan sederhana sejak dulu. Guru yang sama-sama mengajar di SDN Karya Buana 03 itu juga mengaku salut dengan kegigihan Nining yang dengan segala keterbatasannya, selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya, khususnya dalam hal pendidikan.

''Luar biasa keterampilan beliau itu dan kegigihan dia menyekolahkan anaknya sampai ada yang kuliah, sekarang ada yang MTS. Jadi menurut saya, beliau sosok yang luar biasa. Jadi karena kegigihan beliau dan dewan guru di sini tahu tentang kondisinya, kita izinkan beliau tinggal di sana meskipun berat,'' ujar Encep.

Ia juga meminta pemerintah agar lebih memperhatikan nasib para guru honorer saat ini. Dari apa yang terjadi pada Nining yang pengabdiannya dalam dunia pendidikan sudah teruji selama 15 tahun, seharusnya bisa diberikan apresiasi lebih untuk meningkatkan kesejahteraannya.

''Saya meminta untuk pemangku kebijakan, saat ini kan regulasi tidak ada yang pro dengan honorer. Jadi saya memohon dengan sangat untuk ibu Nining yang hampir 15 tahun mengabdi dari 2004, harusnya ada kemudahan untuk beliau,'' kata dia.

Sekretaris Camat Cigeulis, E Hadikusuma menuturkan, pihaknya akan segera membantu Nining agar mendapatkan rumah yang layak. Dia menjanjikan dalam tujuh hari ke depan, pihaknya akan mengusahakan agar Nining sudah menempati rumah yang layak dan pindah dari ruang toilet, tempat Nining dan suaminya tinggal saat ini.

''Memang tinggal di toilet itu tidak layaklah untuk ditinggali manusia. Jadi kami dari kecamatan sepakat dengan guru-guru untuk membuatkan rumah di tanah kosong yang dimiliki orang tua Ibu Nining. Jadi nanti kami koordinasikan dengan kepala desanya untuk sama-sama membantu, membangun rumah yang layak untuk Bu Nining,'' kata dia. ***

Editor:hasan b
Sumber:republika.co.id
Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/