Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Hadapi Red Sparks, Agustin Wulandari: Kami Akan Berikan Penampilan Terbaik
Olahraga
22 jam yang lalu
Hadapi Red Sparks, Agustin Wulandari: Kami Akan Berikan Penampilan Terbaik
2
HUT ke-94, PSSI Berbagi Kebahagian dengan Legenda Timnas Indonesia
Olahraga
24 jam yang lalu
HUT ke-94, PSSI Berbagi Kebahagian dengan Legenda Timnas Indonesia
3
Billie Eilish Unjuk Kedalaman Emosional di Album Terbaru 'Hit Me Hard and Soft'
Umum
22 jam yang lalu
Billie Eilish Unjuk Kedalaman Emosional di Album Terbaru Hit Me Hard and Soft
4
Vicky Prasetyo Sudah Siapkan Kematian Usai Ultah ke-40
Umum
22 jam yang lalu
Vicky Prasetyo Sudah Siapkan Kematian Usai Ultah ke-40
5
Megawati Ungkap Rahasia Kuat Bertahan dan Meraih Sukses di Red Sparks
Olahraga
22 jam yang lalu
Megawati Ungkap Rahasia Kuat Bertahan dan Meraih Sukses di Red Sparks
6
Rihanna Sebut Album Barunya Istimewa
Umum
22 jam yang lalu
Rihanna Sebut Album Barunya Istimewa

Arab Saudi Setujui Pasukan Amerika Jaga Keamanan Teluk Persia

Arab Saudi Setujui Pasukan Amerika Jaga Keamanan Teluk Persia
Presiden AS Donald Trump berbincang dengan Raja Salman saat tiba di Bandara Internasional Raja Khalid di Riyadh (20/5) lalu. (lp6c)
Minggu, 21 Juli 2019 10:47 WIB
RIYADH - Pemerintah Arab Saudi telah menyetujui melibatkan pasukan Amerika Serikat menjaga keamanan regional di Teluk Persia, pasca meningkatnya ketegangan di kawasan tersebut.

''Berdasarkan kerja sama timbal balik antara Arab Saudi dan Amerika Serikat, dan keinginan mereka untuk menjaga keamanan kawasan (Teluk) .... Raja Salman memberikan persetujuannya untuk menjadi tuan rumah pasukan Amerika,'' kata seorang juru bicara kementerian pertahanan kerajaan Saudi kepada kantor berita pemerintah Saudi, SPA.

Seperti dikutip dari liputa6.com yang melansir dari Channel News Asia pada Sabtu (20/7/2019), keputusan itu mengakhiri hiatus (berhenti sementara) Arab Saudi dalam menerima kehadiran pasukan AS pada 2003 lalu, menyusul berakhirnya perang dengan Irak.

Sebelumnya, kehadiran AS di Arab Saudi berlangsung selama 12 tahun, dimulai dengan Operasi Badai Gurun pada tahun 1991, ketika Irak menginvasi Kuwait.

Kala itu, di puncak perang Irak, sebanyak 200 pesawat AS ditempatkan di pangkalan udara Prince Sultan, yang terletak sekitar 80 kilometer di selatan ibu kota Riyadh.

Selain itu, sebanyak 2.700 misi dilakukan setiap harinya oleh kantor pusat komando AS di Arab Saudi.

Sempat Memburuk

Hubungan antara kedua negara tidak selalu mudah selama 12 tahun kerja sama tersebut. Perbedaan pendapat utamanya meningkat setelah serangan 11 September 2001, yang menghancurkan gedung kembar World Trade Center di New York.

Pasca-serangan tersebut, AS menuduh pemimpin Al-Qaeda kelahiran Arab Saudi, Osama bin Laden, sebagai dalang utamanya.

Ketegangan Meningkat

Ketegangan di Teluk semakin meningkat pada hari Jumat, ketika Iran mengatakan telah menyita sebuah kapal berbendera Inggris di Selat Hormuz.

Di saat bersamaan, jalan damai seakan buntu ketika Presiden AS Donald Trump bersikeras bahwa militernya telah menjatuhkan pesawat tanpa awak (drone) milik Iran, yang dituding memicu ancaman.

Adapun Iran menolak klaim Trump, dengan mengatakan bahwa tidak ada satupun fasilitas drone miliknya yang ditembak jatuh AS.***

Editor:hasan b
Sumber:liputan6.com
Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/