Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Lawan Bali United, Thomas Doll Harapkan Pemain Persija Jakarta Bugar
Olahraga
19 jam yang lalu
Lawan Bali United, Thomas Doll Harapkan Pemain Persija Jakarta Bugar
2
Persis Solo Pantau Fisik Pemain Selama Ramadan
Olahraga
19 jam yang lalu
Persis Solo Pantau Fisik Pemain Selama Ramadan
3
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
Umum
20 jam yang lalu
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
4
Nova Arianto Panggil 36 Pemain untuk Seleksi Timnas U-16 Tahap Kedua
Olahraga
20 jam yang lalu
Nova Arianto Panggil 36 Pemain untuk Seleksi Timnas U-16 Tahap Kedua
5
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
Umum
21 jam yang lalu
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
6
Ilhamsyah Bersyukur Menit Bermain Bertambah
Olahraga
19 jam yang lalu
Ilhamsyah Bersyukur Menit Bermain Bertambah
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Gawat, di Meranti Ada 487 Tali Air Mengarah ke Laut, Lahan Gambut Mudah Mengering

Senin, 01 Februari 2016 22:43 WIB
Penulis: Safrizal
gawat-di-meranti-ada-487-tali-air-mengarah-ke-laut-lahan-gambut-mudah-mengeringMaamun Murod MM MH - foto internet
SELATPANJANG - Keseriusan semua pihak dalam mengelola lahan gambut untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran lahan dan hutan (Karlahut) memang harus maksimal. Pasalnya saat ini ada 487 tali air (kanal besar dan parit, red) se Kabupaten Kepulauan Meranti berhubungan langsung dengan laut yang bisa menyebabkan lahan gambut dengan mudah mengering.

Kondisi lahan gambut yang mengkhawatirkan ini disampaikan Kadishutbun Kepulauan Maamun Murod MM MH, Senin (1/2/2016). Kata Murod, di Meranti 60 persen luasan wilayahnya merupakan lahan gambut, dan kondisinya mengkhawatirkan.

Sementara itu, hingga saat ini pula, tata kelola air dianggap belum maksimal. Ditambah ada sekitar 487 parit dan kanal yang mengarah atau berhubungan langsung ke laut, sehingga air dengan mudah turun ke laut lalu lahan gambut akan mudah mengering.

"Selama belum dilakukan tata kelola air dengan benar, penanganan masalah gambut di Meranti bisa dikatakan belum optimal," kata Murod.

Kata Murod juga, dari 487 aliran atau tali air yang langsung berhubungan dengan laut itu, baru ada sekitar 3 tali air yang dibenahi (sehingga air tidak terbuang begitu saja ke laut, red). Untuk itu, jika Pemerintah Pusat dan Provinsi serius ingin mengatasi masalah gambut itu, diharapkan terlebih dahulu membenahi tali air ini.

"Walau kecil (tali airnya, red), kalau sudah banyak, ya banyak juga air akan mengalir ke laut," ujar Murod juga.

Diakui Murod juga, kekeringan lahan gambut ini akan mudah terjadinya kebakaran lahan dan hutan (karlahut). Selain itu, aktivitas ilegal loging juga harus dihentikan agar perambah tidak dengan mudah masuk ke hutan lalu menghidupkan api.

"Upaya yang harus dilakukan ya bangun dulu bloking kanal. Kemudian aktivitas ilegal loging juga harus dihentikan. Pencegahan karlahut ini memang harus dari semua lini masyarakat," ujarnya.

"Nanti saya ingin mendudukkan masalah antisipasi karlahut, salah satunya dengan membuat pos di lokasi rawan kebakaran," tambahnya. ***

Kategori:Umum, GoNews Group
wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/