BPMA Gandeng Unsyiah dalam Pengelolaan Usaha Hulu Migas
BANDA ACEH - Badan Pengelola Migas Aceh (BPMA) dan Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) menandatangani nota kesepahaman (MoU) di Balai Senat Unsyiah, Rabu (9/11/2016). MoU tersebut tentang keikutsertaan perguruan tinggi dalam pengelolaan kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi di Aceh.
Penandatangan MoU dilakukan Kepala BPMA, Marzuki Daham bersama Rektor Unsyiah, Samsul Rizal disaksikan oleh Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh, Universitas Samudera (Unsam) Langsa, Universitas Teuku Umar (UTU) Meulaboh, Universitas Malikussaleh (Unimal) dan Direktur Politeknik Lhokseumawe.
Marzuki Daham mengatakan, MoU ini seharusnya sudah lama ada. “Tapi dulu belum ada kewenangan. Kemudian Unsyiah mungkin sudah pernah bekerja sama dengan beberapa perusahaan migas di Indonesia, tapi sebatas penyaluran bantuan seperti fasilitas laboratorium atau beasiswa,” katanya.
Baca: Marzuki Daham Pimpin BPMA yang akan Kelola Migas Aceh
Di tempat lain, katanya, kerja sama yang dilakukan sudah mencakup di bidang bidang teknis, manajemen, ekonomi dan lainnya. Pada tahap awal ini, katanya, fokus utama BPMA adalah rekrutmen. Proses rekrutmen nantinya akan diserahkan sepenuhnya ke pihak universitas.
“Dunia industri dengan dunia pendidikan tak bisa dipisahkan. Untuk improvement kita perlu dari dunia pendidikan guna mengkaji tantangan-tantangan atau masalah yang dihadapi industri,” tuturnya.
Sementara itu, Rektor Unsyiah berharap kerja sama ini nantinya bisa menghidupkan kembali industri di Aceh yang sempat berhenti. Kerja sama ini dapat menjadi solusi untuk mengurangi pengangguran dan kemiskinan yang tinggi di Aceh. Unsyiah bersama seluruh perguruan tinggi di Aceh harus turut bertanggung jawab atas mundurnya sektor industri di Aceh.
Baca: PT Medco E&P Malaka Berangkatkan 40 Pemuda Aceh ke Cepu
“Pihak kampus perlu ikut andil dalam menyelesaikan persoalan migas di Aceh. Namun sejauh ini Unsyiah sudah berkontribusi untuk proses evaluasi di industri-industri migas, seperti di Pertagas dan Medco. Unsyiah mampu melakukannya,” tegas Samsul.
Ia meminta agar pihak industri memberikan kepercayaan kepada perguruan tinggi yang ada di Aceh untuk terlibat dalam proses pengelolaan migas di Aceh. Apalagi di Unsyiah sudah tersedia lebih dari 400 doktor dan di UIN Ar-Raniry lebih dari 200 doktor.
Editor | : | Zainal Bakri |
Kategori | : | GoDrone |