Kapolres: Di Kota Bukittinggi Umat Islam Sangat Taat, Jangan Sampai Disusupi Kelompok Radikal
Penulis: Muslikhin Effendy
"Di sini cukup rawan, berpotensi radikalisme," kata AKBP Arly di Markas Polres Bukittingi, Kamis (08/12/2016).
Pihaknya mencatat pada tahun 2007, tersangka terorisme berinisial AB yang ditangkap di Palembang berasal dari Bukittinggi. "AB ditangkap karena mau berangkat ke Suriah," katanya.
Tersangka terorisme lainnya berinisial A ditangkap di Poso, Sulawesi Tengah pada 2015. A yang bergabung dengan kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) diamankan Densus 88 dan akhirnya dipulangkan ke Bukittinggi untuk diadili. "A dipulangkan ke sini (Bukittinggi) karena warga sini," ujarnya.
Satuan Intelijen dan Keamanan Polres Bukittinggi mencatat ada 305 kasus tindak pidana terorisme dengan lebih dari 1.000 orang ditangkap Densus 88 di Bukittinggi dan Agam.
Untuk itu, pihaknya melakukan sosialisasi program antiradikalisasi sebagai upaya untuk mencegah penyebaran paham radikal di tengah masyarakat.
"Di sini, umat Muslimnya luar biasa taat. Jangan sampai kondisi ini disusupi oleh orang-orang yang mengatasnamakan Islam," katanya.
Untuk mencegah penyebaran paham radikal di Bukittinggi, pihaknya melaksanakan Program Jumat Barokah dan Jumat Sedekah.
"Setiap Jumat, kami (polisi) melaksanakan Shalat Jumat di masjid-masjid dan menyampaikan pesan-pesan kamtibmas kepada masyarakat. Polisi terjun langsung ke masyarakat secara proaktif," ujarnya.
Selain itu pihaknya juga menggandeng tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk bekerja sama dalam mencegah masuknya kelompok radikal.
"Kami gandeng ninik mamak, alim ulama, cerdik pandai. Karena tanpa ada peran serta aktif masyarakat, kami tidak bisa melakukan pencegahan radikalisme secara efektif," katanya.
Kapolres mengingatkan warga untuk mewaspadai perilaku orang asing yang baru pindah di lingkungan tempat tinggalnya. Apabila perilakunya cukup mencurigakan, warga diharapkan untuk segera melapor ke aparat terdekat.
Selain itu, pihaknya juga mengimbau warga agar melapor kepada RT/RW jika ada orang lain yang menginap di rumahnya agar diketahui keberadaannya oleh warga yang lain.
Sementara tokoh masyarakat sekaligus akademisi di IAIN Bukittinggi Miswardi mengapresiasi pendekatan agama yang dilakukan polisi terkait dengan pencegahan penyebaran paham radikalisme di Bukittinggi.
"Pendekatan agama yang dilakukan polisi, saya pikir itu sudah tepat," kata Miswardi.
Pihaknya berharap kerja sama polisi dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat bisa berkesinambungan sehingga efektif dalam mencegah penyebaran paham radikalisme di Bukittinggi. ***
Sumber | : | Antara |
Kategori | : | Sumatera Barat, Peristiwa, Umum |