Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Bernard van Aert Resmi Lolos ke Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
14 jam yang lalu
Bernard van Aert Resmi Lolos ke Olimpiade 2024 Paris
2
PERBASI Panggil 14 Pemain untuk Ikut TC Tahap Kedua Timnas Basket U-18 Putri di Bali
Olahraga
14 jam yang lalu
PERBASI Panggil 14 Pemain untuk Ikut TC Tahap Kedua Timnas Basket U-18 Putri di Bali
3
PT Pertamina Siap Dukung PB Percasi Lahirkan Pecatur Andal
Olahraga
3 jam yang lalu
PT Pertamina Siap Dukung PB Percasi Lahirkan Pecatur Andal
4
Susanto Megaranto Kalah, IM Gilbert Elroy Tarigan Bermain Remis
Olahraga
3 jam yang lalu
Susanto Megaranto Kalah, IM Gilbert Elroy Tarigan Bermain Remis
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Tak Mampu Sewa Ambulans, Aspin Terpaksa Sembunyikan Jasad Bayinya dalam Tas dan Mengaku ke Sopir Travel Bawa Kue

Tak Mampu Sewa Ambulans, Aspin Terpaksa Sembunyikan Jasad Bayinya dalam Tas dan Mengaku ke Sopir Travel Bawa Kue
(tempo.co)
Jum'at, 14 April 2017 15:29 WIB
BENGKULUPeristiwa memilukan ini terjadi di Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu, 7 April lalu. Aspin Ekwandi, terpaksa menyembunyikan jenazah bayinya dalam tas agar dapat dibawa pulang ke kampung halamannya di Desa Sinar Bulan, Kecamatan Lungkang Kule, Kabupaten Kaur, menggunakan angkutan umum.

Tak Mampu Sewa Ambulans, Asp

Menurut Aspin, ia terpaksa menaruh jenazah bayinya dalam tas plastik karena tidak mampu membayar sewa ambulans di RSUD M Yunus Kota Bengkulu, sebesar Rp3,2 juta.

''Terpaksa kami akhirnya naik travel ((angkutan umum), agar tidak diketahui supir, jenazah bayi saya sembunyikan dalam tas," kata Aspin saat dihubungi Tempo, Jumat, 14 April 2017.

Aspin menceritakan sepanjang perjalanan, yang ditempuh sekitar lima jam itu, ia memeluk tas plastik tempat jenazah bayinya disembunyikan. Dia pun terpaksa berbohong kepada supir angkutan umum itu jika tas plastik yang selalu ia peluk itu berisi kue. Sehingga dia beralasan menolak tas itu ditaruh di bagasi.

Ia menceritakan, anaknya lahir pada 5 April 2017 lalu di RSUD Kabupaten Kaur. Karena mengalami kelainan paru dan jantung, anaknya dirujuk ke RSUD M Yunus Kota Bengkulu, untuk mendapatkan pengobatan intensif.

Aspin mengatakan jika anaknya yang terlahir dalam kondisi prematur itu sempat dirawat selama 2 hari di RSUD M Yunus, sebelum akhirnya meninggal pada 7 April 2017.

Maka pada hari itu juga, kata Aspin, ia berniat membawa anaknya pulang untuk dikebumikan. Apa mau dikata, ia tak sanggup membayar ambulans yang bertarif jutaan itu, maka jenazah buah hatinya, ia peluk dalam tas plastik selama dalam angkutan umum.

Asisten Pratama Kantor Perwakilan Ombudsman Bengkulu Irsan Hidayat mengatakan seharusnya hal seperti ini tidak perlu terjadi jika rumah sakit tidak bersikap kaku. Ia mengatakan, secara aturan, apa yang dilakukan pihak rumah sakit diatur dalam Pergub Nomor 18 Tahun 2012 tentang Tarif Pelayanan Kesehatan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).

''Jika mengacu pada Pergub memang dikenai biaya. Namun seharusnya pihak rumah sakit tidak boleh kaku, terutama pelayanan publik untuk warga miskin,'' ujar Irsan.

Ia sangat menyayangkan tindakan rumah sakit tidak mencari alternatif lain. Misalkan berkoordinasi dengan lembaga sosial dan pengusaha yang banyak memiliki fasilitas ambulans gratis, termasuk partai politik.

''Jangan hanya berpatokan dengan Pergub karena, sebagai pelayan masyarakat, pelayanan publik harus diutamakan,'' kata Irsan.

Selanjutnya, pihak Ombudsman akan berkoordinasi dengan DPRD, gubernur, dan manajemen rumah sakit terkait perbaikan layanan rumah sakit kepada masyarakat. Tak mampunya Aspin dan Sri Sulasmi menyewa ambulans membuatnya harus memeluk tas plastik berisi jenazah anaknya selama 5 jam perjalanan menggunakan angkutan umum. Mereka sepanjang jalan menahan tangis.***

Editor:hasan b
Sumber:tempo.co
Kategori:GoNews Group, Umum, Peristiwa, Bengkulu
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/