Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Boy Pohan Berebut Tiket Wasit/Juri Tinju Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
18 jam yang lalu
Boy Pohan Berebut Tiket Wasit/Juri Tinju Olimpiade 2024 Paris
2
Mandiri 3X3 Indonesia Tournament 2024 Disambut Antusias di Medan
Olahraga
12 jam yang lalu
Mandiri 3X3 Indonesia Tournament 2024 Disambut Antusias di Medan
3
Kejutan, Aditya Tahan Remis Unggulan Pertama di Pertamina Indonesia Grand Master Tournament 2024
Olahraga
14 jam yang lalu
Kejutan, Aditya Tahan Remis Unggulan Pertama di Pertamina Indonesia Grand Master Tournament 2024
4
Pelita Jaya Jadi Tim Pertama Lolos BCL Asia, Coach Ahang Blak-blakan Terkait Persaingan di Next Round
Olahraga
6 jam yang lalu
Pelita Jaya Jadi Tim Pertama Lolos BCL Asia, Coach Ahang Blak-blakan Terkait Persaingan di Next Round
5
UEA Dukung Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20 FIFA 2027
Olahraga
7 jam yang lalu
UEA Dukung Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20 FIFA 2027
6
Duel Fisik dan Membaca Permainan Itu Keunggulan Sergio Ramos
Olahraga
11 jam yang lalu
Duel Fisik dan Membaca Permainan Itu Keunggulan Sergio Ramos
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Soal Alutsista Dalam Negeri, Pengamat: Industri Pertahanan RI Perlu Diaudit

Soal Alutsista Dalam Negeri, Pengamat: Industri Pertahanan RI Perlu Diaudit
Istimewa.
Rabu, 26 April 2017 22:08 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy
JAKARTA - Industri Pertahanan RI memerlukan adanya Auditor Teknologi, agar lebih transparan. Sebab, selama ini masyarakat hanya menerima informasi satu arah soal kemajuan industri pertahanan RI, tanpa bisa diverifikasi kebenarannya oleh masyarakat umum.

Hal itu diungkapkan pengamat Militer Connie Rahakundini Bakrie pada diskusi bertajuk "Penguatan Alutsista Melalui Transfer Teknologi" di Press Room Nusantara III Gedung DPR RI, Rabu (26/4/2017).

Menurutnya, ttidak adanya Auditor Teknologi yang mampu menjadi tolak ukur terhadap Industri Pertahanan negeri ini, menjadi penyebab utama terus berpolemiknya persoalan Alutsista di Indonesia.

Dicontohkannya pada PT Dirgantara Indonesia, membuat setiap adanya penawaran kerjasama dari produsen alutsista selain Airbus kepada PT Dirgantara Indonesia, selalu dilihat sebelah mata.

"Tidak adanya Audit Teknologi, PT DI demi menjaga monopoli Airbus, selalu berlindung di balik wacana adanya upaya asing mematikan BUMN unggulan kita," ujarnya.

Dirinya melanjutkan, Airbus cuma memberi PT DI izin lisensi selama 40 tahun kerjasama. Sementara ke RRC, Airbus beri kerjasama ToT 100%. "Kenapa PT DI manut saja 40 tahun kerjasama dengan Airbus, cuma dapat izin License. Ini aneh. Ada apa PT DI tetap senang sebagai Franchisee?" tanya Connie.

Seperti diketahui, RI sedang menerima sejumlah tawaran kerjasama Transfer of Technology (ToT 100%) datang dari beberapa pihak. Bahkan termasuk dari merk papan atas dunia yang siap membagi 100% teknologi canggihnya ke RI.

"Tapi seolah mentah karena PT DI selalu menuding tawaran ToT 100% sebagai cara asing membunuh industri pertahanan RI.” tegas Connie.

Sementara itu, Mantan Menristek Muhammad AS Hikam menilai, Alat utama sistem pertahanan (Alutsista) Indonesia dinilai belum memiliki sistem yang mampu dipakai mempertahankan negara.

Menurutnya, perubahan sifat perang yang akan datang, membuat pertahanan yang semakin terbuka. Namun, Indonesia belum memiliki penguatan alutsista yang cukup canggih.

Ia menyindir, Indonesia hanya meyakini sistem pertahanan terhadap Tuhan, sehingga terlihat gagah perkasa. "Indonesia menjadi percaya, sepertinya gagah perkasa, saya kira hanya Tuhan yang menjadi benteng pertahanan," kata Hikam.

Sistem perang yang semakin terbuka, kata Hikam, semestinya Indonesia memiliki kekuatan atau pusat pertahanan negara. "Indonesia harus mempunyai pusat pertahanan. Negara-negara seperti Israel pun memiliki pertahanan secara khusus," tegasnya. ***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/