Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Lewat Permainan Kreatif, Adit Taklukan Uzair di Babak Kelima
Olahraga
17 jam yang lalu
Lewat Permainan Kreatif, Adit Taklukan Uzair di Babak Kelima
2
KPU DKI Gelar Sayembara Maskot dan Jingle Pemilihan Gubernur Jakarta
Pemerintahan
17 jam yang lalu
KPU DKI Gelar Sayembara Maskot dan Jingle Pemilihan Gubernur Jakarta
3
Jet Pribadi Sandra Dewi Diselidiki Kejagung dalam Kasus Korupsi PT Timah
Hukum
17 jam yang lalu
Jet Pribadi Sandra Dewi Diselidiki Kejagung dalam Kasus Korupsi PT Timah
4
Johnny Depp Berencana Beli Kastil Tua Bersejarah di Italia
Umum
16 jam yang lalu
Johnny Depp Berencana Beli Kastil Tua Bersejarah di Italia
5
PJ Gubernur Ribka Haluk Buka UKW Perdana Papua Tengah
Umum
16 jam yang lalu
PJ Gubernur Ribka Haluk Buka UKW Perdana Papua Tengah
6
Ditanya Kemungkinan Rujuk dengan Farhat Abbas, Nia Daniaty Pilih Bungkam
Umum
17 jam yang lalu
Ditanya Kemungkinan Rujuk dengan Farhat Abbas, Nia Daniaty Pilih Bungkam
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Ya Allah....Tak Punya Uang, Kakek Penjual Abu Gosok Ini Sahur dan Buka Puasa Pakai Air Putih

Ya Allah....Tak Punya Uang, Kakek Penjual Abu Gosok Ini Sahur dan Buka Puasa Pakai Air Putih
Istimewa.
Minggu, 04 Juni 2017 06:51 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy
JAKARTA - Ketika banyak orang yang asyik bersantap sahur dan berbuka puasa dengan makanan berlimpah, seorang kakek justru harus melewati semua prosesi itu hanya dengan segelas air putih.

Kisah dan foto kakek tersebut viral di media sosial Facebook, setelah diunggah Fauziah Ulfa, Rabu (31/5/2017).

Menurut tulisan Fauziah, kakek tersebut biasa berjualan di daerah sekitar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah,  Jalan Ir Haji Juanda No 95, Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Banten.

"Kakek tua yang giat mengais rezeki. Berjalan pagi dari rumah membawa gerobak kecil miliknya yang berisi bola kecil dan abu gosok," tulisnya.

Suatu hari, Fauziah mengakui bertemu dan mengobrol dengan kakek tersebut. Berikut petikan tulisan Fauziah yang berisi percakapannya dengan sang kakek:

Pagi ini, ketika ingin berangkat ke kampus. Saya bertemu kakek ini sedang duduk di pinggir jalan dengan lemahnya. Sontak saya berhenti, berniat membeli seplastik abu gosok untuk membantunya. Sebab jika saya hanya memberinya uang, saya takut beliau tersinggung.

"Pak, beli abu gosoknya ya" berkali-kali saya berkata, beliau hanya terdiam. Ternyata, pendengaran beliau terganggu. Saya mengencangkan suara dan beliau akhirnya mendengar.

Dengan tergopoh-gopoh untuk berdiri beliau menyiapkan abu gosok pesanan saya.

"Tidak usah banyak-banyak pak, berapa harganya?"

"3000 ribu neng"

Saya terdiam, untuk seplastik abu gosok beliau hanya menjual 3000 rupiah. Benar-benar nominal yang tidak ada apa-apanya untuk zaman sekarang.

Saya bayar, memberi dengan lebih dari harga, berniat bukan untuk menganggapnya peminta-minta, tapi karena simpati saya sebagai manusia (tidak menyebutkan nominal, bukan untuk riya hanya berbagi kisah).

Setelah saya bayar, begitu banyak doa yang beliau layangkan untuk saya sambil mencoba duduk kembali.

Karena memang sudah lama sekali saya mencari kakek ini, momen ini saya gunakan untuk sedikit bertanya tentang kehidupannya.

"Bapak tinggal di mana?"

"Dekat, di dekat bengkel las daerah Pisangan"

"Saya tinggal numpang sama orang, anak saya tinggal di Cikarang. Perut saya sakit neng, selama puasa gak pernah makan karena gak ada apa-apa di rumah. Sahur sama buka cuma pakai air putih saja."

Suaranya terdengar parau menahan tangis.

"Bapak kenapa gak istirahat aja? Gak usah puasa aja pak"

Beliau hanya tersenyum, dan berkata "maaf ya neng, saya gak bisa ngobrol banyak. Perut saya sakit kalau banyak ngobrol"

"Oh iya pak, saya pamit ya pak."

Hingga Sabtu (3/6), unggahan Fauziah tersebut sudah lebih dari 8.000 disebar ulang warganet. ***

Sumber:suara.com
Kategori:DKI Jakarta, Peristiwa, Umum, GoNews Group
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/