Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Lewat Permainan Kreatif, Adit Taklukan Uzair di Babak Kelima
Olahraga
13 jam yang lalu
Lewat Permainan Kreatif, Adit Taklukan Uzair di Babak Kelima
2
KPU DKI Gelar Sayembara Maskot dan Jingle Pemilihan Gubernur Jakarta
Pemerintahan
13 jam yang lalu
KPU DKI Gelar Sayembara Maskot dan Jingle Pemilihan Gubernur Jakarta
3
Jet Pribadi Sandra Dewi Diselidiki Kejagung dalam Kasus Korupsi PT Timah
Hukum
12 jam yang lalu
Jet Pribadi Sandra Dewi Diselidiki Kejagung dalam Kasus Korupsi PT Timah
4
Johnny Depp Berencana Beli Kastil Tua Bersejarah di Italia
Umum
12 jam yang lalu
Johnny Depp Berencana Beli Kastil Tua Bersejarah di Italia
5
Ditanya Kemungkinan Rujuk dengan Farhat Abbas, Nia Daniaty Pilih Bungkam
Umum
12 jam yang lalu
Ditanya Kemungkinan Rujuk dengan Farhat Abbas, Nia Daniaty Pilih Bungkam
6
PJ Gubernur Ribka Haluk Buka UKW Perdana Papua Tengah
Umum
12 jam yang lalu
PJ Gubernur Ribka Haluk Buka UKW Perdana Papua Tengah
Home  /  Berita  /  GoNews Group
Press Gathering Wartawan Koodinatoriat DPR RI

Upaya Pertahankan Sentral Pengrajin Ikan Teri di Pulau Pasaran dari Banjirnya Ikan Teri Impor

Upaya Pertahankan Sentral Pengrajin Ikan Teri di Pulau Pasaran dari Banjirnya Ikan Teri Impor
Koordianatoriat Wartawan Parlemen bersama Anggota DPR RI saat berkunjung ke sentral pengrajin ikan teri di Pulau Pasaran. (GoNews.co/Muslikhin)
Sabtu, 16 September 2017 19:52 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy
BANDARLAMPUNG - Produksi ikan teri di Pulau Pasaran, Bandar Lampung pada 2017 mulai meningkat dibanding tahun 2016 lalu. Aktivitas pembuatan ikan asin di pulau kecil itu hingga kini memang bisa tetap berlangsung setiap bulannya.

Peningkatan produk tersebut, tak luput dari pemerintah daerah Kota Bandarlampung yang gencar melakukan promosi dan membantu para pengrajin ikan asin, ikan teri dan kerang hijau.

Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Bandarlampung yang mewakili Walikota Bandarlampung, saat mendampingi peserta Press Gatering Koordintoriat Wartawan Parlemen berdama dua Anggota DPR RI ke lokasi pengrajin ikan asin dan ikan teri di Pulau Pasaran, Sabtu (16/9/2017).

"Peminat ikan teri Pulau Pasaran cenderung makin banyak meski pasar dalam negeri juga kerap dibanjiri dengan teri impor asal Thailand dan Malaysia," ujarnya.

Hal yang sama juga diungkapkan dua Anggota DPR RI asal Lampung, Frans Agung MP Natamenggala. Menurutnya, Ikan teri tetap menjadi primadona bagi nelayan dan pengrajin karena harganya relatif cukup mahal sehingga penduduk Pulau Pasaran makin serius menggeluti usaha produksi ikan asin tersebut.

"Untuk menjaga mutunya, para perajin saling mengawasi agar tidak ada yang menggunakan pengawet, seperti formalin, karena mereka sekitar 10 tahun sudah merasakan dampak penggunaan bahan berbahaya itu, yakni produk ikan teri mereka ditolak di mana-mana," tukasnya.

Kejadian itu kata dia, menjadi pembelajaran bagi para pengrajin sehingga menjauhi penggunaan bahan berbahaya itu dalam proses produksi ikan teri asin mereka. "Kini, ikan teri asin Pulau Pasaran saat dikonsumsi umumnya berasa gurih, dan renyah atau tidak alot," paparnya.

Dukungan pemerintah terhadap para perajin dan nelayan di Pulau Pusaran sebenarnya telah memberikan banyak dukungan kepada mereka agar Pulau Pasaran bisa tetap bertahan sebagai sentra penghasil ikan asin.

Meski demikian, mereka juga mengingatkan bahwa produksi ikan teri asin tergantung pada pasokan bahan bakunya, yakni ikan teri segar yang ditangkap di bagan-bagan di perairan Teluk Lampung, mulai dari kawasan Ketapang hingga Legundi dan perairan Gunung Anak Krakatau.

Pelarangan penggunaan cantrang dinilai sebagai salah satu bentuk dukungan untuk keberlangsungan produk ikan asin, meski kebijakan itu juga berdampak besar terhadap usara keramba ikan kakap, bawal dan kerapu yang juga bertaburan di Teluk Lampung.

Salah seorang perajin dan nelayan yang juga merupakan Ketua RT itu mengatakan, saat ini ada bermacam ragam jenis ikan teri yang di Produksi warga Pulau Pasaran.

"Ada sekitar lima varian yang kita produksi," tukasnya.

Menurutnya, ikan teri tersebut dipasarkan bukan hanya di Lampung, tapi juga ke wilayah Jawa, Sumatera bagian selatan dan Jakarta.

"Yang terbanyak itu produksi ikan teri halus jenis buntiau, itu hampir 50 persen, dengan harga jual sekitar Rp65 ribu perkilo, kemudian ikan teri nasi dengan harga Rp75 ribu perkilo, teri nilon Rp60 ribu, teri jengki Rp40 ribu dan cumi asin Rp 60 ribu perkilo,"paparnya.

Sementara itu, seorang petani lainnya yang bernama Zulkifli, saat berbincang dengan GoNews.co mengatakan, pihaknya saat ini juga bukan tanpa kendala dalam mengolah ikan asin dan teri. Ada beberapa kendala yang dialami seperti jika musim hujan tiba dimana ikan tidak cepat kering. Dinisilah pemerintah diminta memberikan bantuan mesin moderen untuk menanggulangi masalah tersebut.

"Kendala lain ya seperti penentuan harga penjualan, karena disini sebagian masih ditentukan para pembeli besar. Kemudian soal keterbatasan persediaan garam, yang masih kurang dan bahkan cenderung mahal," ujarnya.

Kemudian katanya lagi, masalah akses transportasi, lingkungan dan tempat pengolahan. Jika semua kendala tersebut bisa teratasi, maka Pulau Pasaran akan menjadi wisata mina bahari yang menarik dan membantu mensejahterakan masyarakatnya. ***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/