Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Kalahkan Australia di Piala Asia U 23, Erick Thohir: Luar Biasa Penampilan Indonesia
Olahraga
15 jam yang lalu
Kalahkan Australia di Piala Asia U 23, Erick Thohir: Luar Biasa Penampilan Indonesia
2
Okto Jadi Saksi Sejarah Indonesia Kalahkan Australia di Piala AFC U-23
Olahraga
15 jam yang lalu
Okto Jadi Saksi Sejarah Indonesia Kalahkan Australia di Piala AFC U-23
3
Hadapi Red Sparks, Agustin Wulandari: Kami Akan Berikan Penampilan Terbaik
Olahraga
10 jam yang lalu
Hadapi Red Sparks, Agustin Wulandari: Kami Akan Berikan Penampilan Terbaik
4
HUT ke-94, PSSI Berbagi Kebahagian dengan Legenda Timnas Indonesia
Olahraga
11 jam yang lalu
HUT ke-94, PSSI Berbagi Kebahagian dengan Legenda Timnas Indonesia
5
Uruguay Jajaki Kerja Sama Jaminan Produk Halal dengan Indonesia
Pemerintahan
12 jam yang lalu
Uruguay Jajaki Kerja Sama Jaminan Produk Halal dengan Indonesia
6
Billie Eilish Unjuk Kedalaman Emosional di Album Terbaru 'Hit Me Hard and Soft'
Umum
9 jam yang lalu
Billie Eilish Unjuk Kedalaman Emosional di Album Terbaru Hit Me Hard and Soft
Home  /  Berita  /  Umum

Cerita 3 Kakak Beradik di Rumbai yang Disuruh Pulang Pihak Sekolah Lantaran Tak Lunasi Biaya Seragam dan SPP

Cerita 3 Kakak Beradik di Rumbai yang Disuruh Pulang Pihak Sekolah Lantaran Tak Lunasi Biaya Seragam dan SPP
Simon dan Simeon, anak kembar dari Pasutri yang disuruh pulang pihak sekolah karena tak bayar SPP (Foto: Chairul Hadi)
Kamis, 19 Oktober 2017 15:42 WIB
Penulis: Chairul Hadi
PEKANBARU - Perjuangan tiga orang kakak beradik di daerah Palas, Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru, Provinsi Riau untuk mendapatkan pendidikan bangku sekolah membuat terhenyak. Gara-gara terkendala biaya, mereka pun tidak bisa mengikuti proses belajar mengajar sementara waktu. Sedangkan orangtuanya tidak punya cukup uang untuk melunasi tanggungan.

Kejadian yang menimpa anak dari pasangan suami istri bernama Bendri Sitinjak dan Mega Lubis tersebut membuat setiap orang prihatin. Satu orang anaknya bernama Vila Selvia disuruh pulang oleh pihak sekolah, SDN 107 Jalan Sri Palas, dan sempat tidak mengikuti proses belajar mengajar selama hampir 1 bulan karena belum melunasi uang seragam.

Uang seragam itu berjumlah Rp850 ribu, dan baru dibayar orangtua Rp400 ribu. Karena itu, pelajar kelas 1 tersebut tak bisa ikut aktivitas pendidikan sementara waktu, sebelum dibayar lunas. Demikian diceritakan sang ibu, saat ditemui GoRiau.com di rumahnya, Jalan Pastoran daerah Palas Kecamatan Rumbai, Kota Pekanbaru Kamis (19/10/2017) siang.

Sedangkan kakaknya bernama Romasta yang duduk dibangku kelas V SD, juga ikut-ikutan tak masuk sekolah karena malu dan merasa takut lantaran masalah sang adik. "Saat itu diantar ke sekolah disuruh pulang, tiap diantar disuruh pulang terus sampai tiga minggu. Kalau kakaknya bukan tak boleh (Sekolah), tapi takut," ungkap Mega Lubis, ibu dari anak-anak ini.

Beda lagi dengan masalah dua anak laki-laki kembarnya bernama Simon dan Simeon, yang bersekolah di SD Mekar Sari. Murid kelas III dan IV tersebut bermasalah dengan tunggakan SPP sebesar hampir Rp2 juta (Untuk dua orang, red). Gara-gara hal tersebut, keduanya tidak boleh datang ke sekolah mengikuti proses belajar mengajar, bahkan sudah diusir tiga kali.

"Karena menunggak, nggak boleh datang lagi, itu sejak kenaikan kemarin pada Juli. Sempat tiga kali diusir, alasan lunaskan dulu. Memang belum ada dilunasi, uangnya belum ada. Suami saya kerja serabutan dan kita hidup pas-pasan ya mesti gimana," sebut Mega sambil menunjukkan kondisi rumahnya yang memang cukup memprihatinkan.

Dalam kepasrahan itu, kondisi keluarga kurang mampu tersebut akhirnya terdengar juga oleh sejumlah pihak, termasuk media. Bantuan bahkan satu persatu mengalir, mulai dari membantu dalam segi berkoordinasi dengan pihak sekolah hingga bantuan materil, salah satunya dari Bupati Pelalawan HM Harris, yang datang langsung ke rumah keluarga tersebut.

Harris datang bersama Ketua Lembaga Bantuan Perlindungan Perempuan dan Anak Riau (LBP2AR) Rosmaini, Kamis siang. Meski prihatin atas kondisi itu, Ia meminta agar orangtua tidak berkecil hati dan menyalahkan pihak sekolah, karena mungkin saja itu terpaksa dilakukan terkait kebijakan yang mesti dijalankan, walau mestinya pendidikan menjadi urusan penting dan hak dari setiap anak-anak.

"Kita dapat informasi, ada anak tidak mampu ditolak pihak sekolah. Makanya datang ke sini. Kenapa saya seorang Bupati Pelalawan kok datang, sebetulnya bukan masalah itu, hanya bentuk kepedulian saya saja secara pribadi. Saya mendengar cerita itu dan berupaya, apa yang bisa saya bantu, saya lakukan," ungkap Harris memastikan.

Tentu saja Mega Lubis, ibu dari anak-anak ini merasa senang, apalagi masih ada pihak yang peduli dengan nasib keluarga mereka. Rencananya, uang tersebut akan dipergunakan untuk melanjutkan sekolah buah hatinya, yang sempat terkendala lantaran kurangnya biaya. "Kami bersyukur. Rencananya mau dipakai untuk melanjutkan anak sekolah," kata Mega.

Tidak cuma itu, benang kusut masalah pendidikan anak-anaknya juga berangsur-angsur mendapat titik terang, setelah pihak sekolah duduk bersama mencari solusi terbaik. Bahkan SD Negeri 107 tempat anaknya Vila Selvia menuntut ilmu memastikan sudah tidak ada masalah lagi, termasuk soal masalah seragam. Itu diungkapkan langsung oleh Kepala Sekolahnya, Sri Hartati.

"Masalah itu sudah selesai, kita sudah bantu anak ini. Baju sudah kita kasihkan ke dia, kalau ke depan memang nanti tidak ada buku, pensil, sudah saya bilang ke wali kelasnya, sampaikan ke saya langsung, saya yang akan memberikannya. Sebetulnya kita menyayangkan ini terjadi," jawab Sri dikonfirmasi GoRiau.com di ruangannya, Kamis siang.

Menurutnya, sikap sekolah yang memulangkan sang anak bukan serta merta lantaran uang seragam, melainkan disebabkan faktor lainnya, di mana ada peristiwa kehilangan berupa uang dan jajanan di kantin, termasuk di dalam kelas. Namun tetap, Ia mengakui kalau itu juga menjadi kesalahan pihaknya, yang kurang tepat dalam menyelesaikan persoalan tersebut, apalagi melibatkan anak-anak.

Sementara untuk masalah sikembar Simon dan Simeon di SD Mekar Sari, setakat ini belum ada kepastian, apa langkah berikutnya dalam menyelesaikan persoalan tersebut. Untuk itu, Ketua LBP2AR Rosmaini berencana akan berkoordinasi dengan sekolah tersebut besok, guna mendapatkan jawabannya.

"Kata orangtuanya, pihak sekolah tidak membolehkan anak kembar itu sekolah di sana karena nakal, jadi kalau seandainya dibiarkan masuk, takut orangtua lain menarik diri. Ini kita akan pastikan dulu ke sekolah, apa benar seperti itu, kan kita hanya mendengarkan penyampaian dari orangtua," ungkap Rosmaini.

Kalau pun demikian, pihaknya sudah berencana untuk memindahkan Simon dan Simeon ke sekolah lain yang mau menerima mereka. "Besok kita akan pastikan ke sekolah tersebut. Kalau pun tidak bisa, mungkin solusinya dipindahkan ke sekolah lain. Ini akan segera kita lakukan," pungkasnya. ***

Kategori:Pendidikan, Umum
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/