Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Lawan Bali United, Thomas Doll Harapkan Pemain Persija Jakarta Bugar
Olahraga
21 jam yang lalu
Lawan Bali United, Thomas Doll Harapkan Pemain Persija Jakarta Bugar
2
Persis Solo Pantau Fisik Pemain Selama Ramadan
Olahraga
21 jam yang lalu
Persis Solo Pantau Fisik Pemain Selama Ramadan
3
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
Umum
23 jam yang lalu
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
4
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
Umum
24 jam yang lalu
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
5
Nova Arianto Panggil 36 Pemain untuk Seleksi Timnas U-16 Tahap Kedua
Olahraga
22 jam yang lalu
Nova Arianto Panggil 36 Pemain untuk Seleksi Timnas U-16 Tahap Kedua
6
Ilhamsyah Bersyukur Menit Bermain Bertambah
Olahraga
21 jam yang lalu
Ilhamsyah Bersyukur Menit Bermain Bertambah
Home  /  Berita  /  Riau

Harga Ternak Besar Menurun, Sapi di Riau Terpaksa Dijual Murah karena Takut Terserang Penyakit Jembrana

Harga Ternak Besar Menurun, Sapi di Riau Terpaksa Dijual Murah karena Takut Terserang Penyakit Jembrana
Ilustrasi. (Internet)
Minggu, 22 Oktober 2017 11:55 WIB
Penulis: Ratna Sari Dewi
PEKANBARU - Penurunan harga jual ternak besar khususnya sapi dan kerbau pada periode September 2017 menyebabkan Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Riau ikut terseret turun. Diduga, penurunan harga ternak ini terjadi dikarenakan peternak ditakut-takuti dengan isu penyakit Jembrana.

Jembrana sendiri merupakan salah satu jenis penyakit sapi yang paling mematikan, karena sebagian besar sapi yang terserang penyakit Jembrana akhirnya akan mati.

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Riau, Askardhiya Patrianov mengatakan, bahwa kasus sapi mati mendadak yang tidak mendapat penanganan kesehatan dari petugas belakangan ini sengaja dimanfaatkan oleh beberapa oknum pedagang untuk menakut-nakuti peternak. Padahal masalah ini sebenarnya sudah ditangani oleh petugas kesehatan hewan.

"Peternak sapi akhirnya merelakan ternaknya dibeli dengan harga murah (karena ditakut-takuti sapi mati mendadak, red). Itu kondisi real (nyata, red) di lapangan. Jadi penyebabnya bukan karena kondisi penyakit, tapi karena pengaruh propokasi pedagang. Kalau ini tidak ditangani, tentu akan berdampak terhadap aset sapi di Riau berkurang," ungkapnya kepada GoRiau.com di Pekanbaru, Minggu (22/10/2017).

Pria yang akrab disapa Patrianov ini menyebutkan, setidaknya ada sekitar 1.600 sapi yang mati terserang penyakit jembrana. Kemudian, sekitar 4.000 sapi diantaranya dijual dan dipotong. Akibatnya, harga sapi yang rata-rata Rp10 juta per ekor terpaksa dijual peternak dengan harga murah berkisar Rp3 juta.

"Masyarakat jelas rugi karena mudah terpengaruh rayuan pedagang. Mereka jadinya menjual ternak sapi secara paksa dengan harga rendah," tandasnya.

Sementara itu, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau, Aden Gultom membenarkan, bahwa subsektor peternakan memang mengalami penurunan indeks terbesar hingga mencapai 0,89 persen. Ini disebabkan harga yang diterima (It) petani mengalami penurunan sebesar 0,88 persen, padahal harga yang harus dibayar (Ib) petani mengalami kenaikan sebesar 0,02 persen.

Lebih terperincinya, turunnya It petani di subsektor peternakan disebabkan oleh turunnya indeks harga pada kelompok ternak besar sebesar 1,29 persen, ternak kecil sebesar 1,27 persen, unggas sebesar 0,16 persen dan hasil ternak sebesar 0,24 persen.

"Ternak besar itu khususnya kelompok sapi potong, kambing, dan kerbau. Harga jualnya menurun. Sedangkan, indeks konsumsi rumah tangga petani yang mau mereka belanjakan naik sebesar 0,06 persen. Itu menyebabkan kenaikan harga cabai merah, telur ayam ras, beras, dan cabai rawit," urainya. ***

Kategori:GoDrone, Riau
wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/