Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
PT Pertamina Siap Dukung PB Percasi Lahirkan Pecatur Andal
Olahraga
24 jam yang lalu
PT Pertamina Siap Dukung PB Percasi Lahirkan Pecatur Andal
2
Susanto Megaranto Kalah, IM Gilbert Elroy Tarigan Bermain Remis
Olahraga
24 jam yang lalu
Susanto Megaranto Kalah, IM Gilbert Elroy Tarigan Bermain Remis
3
Mila Kunis dan Ashton Kutcher Tolak Perankan Kembali Film "That '90s Show" Season 2
Umum
6 jam yang lalu
Mila Kunis dan Ashton Kutcher Tolak Perankan Kembali Film That 90s Show Season 2
4
Perjuangan Melawan Penyakit SPS, Celine Dion Berharap Mukjizat
Umum
5 jam yang lalu
Perjuangan Melawan Penyakit SPS, Celine Dion Berharap Mukjizat
5
Soal Berbagi Sembako, Inul Daratista Balas Kritikan Netizen
Umum
5 jam yang lalu
Soal Berbagi Sembako, Inul Daratista Balas Kritikan Netizen
6
Dapak Izin SC Heerenveen, Nathan Siap Bela Timnas U 23 Indonesia Hadapi Korsel
Olahraga
6 jam yang lalu
Dapak Izin SC Heerenveen, Nathan Siap Bela Timnas U 23 Indonesia Hadapi Korsel
Home  /  Berita  /  Sumatera Utara

Melirik Potensi Pertanian Padi Organik di Sergai dan Dairi

Melirik Potensi Pertanian Padi Organik di Sergai dan Dairi
Rabu, 25 Oktober 2017 14:31 WIB

MEDAN-Pertanian organik saat ini semakin menjadi primadona. Permintaan yang semakin tinggi akan tanaman organik membuat petani tergiur untuk bertanam secara intensif.

Petani di Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, sejak beberapa tahun terakhir semakin 'riuh' menyahuti geliat pertanian organik.

Kamaruddin namanya. Dia adalah bendahara Kelompok Tani Subur di Desa Lubuk Bayas. Dikatakannya, kelompoknya yang beranggotakan 63 orang mengelola 40 hektare sawah. Ditanami bermacam-macam jenis padi, yakni ketan putih, beras merah, beras hitam, pandan wangi dan ciherang.

Untuk ketan putih, sudah ditanam selama dua musim tanam di lahan seluas sepuluh rante oleh dua orang petani.

''Kita sudah punya pembeli rutin di Medan, di Jalan Ekarasmi,'' katanya.

Dia juga berharap pasarnya semakin luas, sehingga petani juga terpacu untuk terus menanami lahannya dengan ketan putih. Harapan yang sama untuk produksi beras merah, beras hitam, pandan wangi dan ciherang.

Dikatakannya, untuk pertanaman beras merah, saat ini ada tujuh petani yang mengelola seluas satu hektare. Dikatakannya, beras sangat bermanfaat bagi kesehatan seperti baik dikonsumsi bayi dan penderita diabetes ini bisa menghasilkan 6,5 ton/ha gabah kering panen.

Sedangkan beras hitam, kata dia, yang juga baik dikonsumsi penderita diabetes serta baik untuk ginjal, baru ditanam di lahan seluas 16 rante. Padi yang sudah tiga kali panen ini bisa menghasilkan lima ton/ha gabah kering panen.

Kesemua benih yang ditanam petani secara organik tersebut, diperoleh dari Sukabumi, Jawa Barat. Petani di kelompoknya juga sudah mampu membenihkan, sehingga tidak terjadi ketergantungan. Dengan kata lain, petani sudah dapat membudidayakan secara mandiri.

''Apalagi kita sekarang juga sudah punya kilang padi sendiri. Jadi lebih mandiri lah,'' katanya.

Diakuinya, di kelompok taninya, dengan lahan seluas 40 hektare, belum seluruhnya organik. Baru tujuh hektare yang organik dan sepuluh hektare sudah semi organik untuk selanjutnya akan organik secara penuh.

''Memang masih banyak yang belum organik. Tapi kita punya keyakinan dan keinginan kuat untuk organik,'' ungkapnya.

Desa Jambur Indonesia adalah salah satu desa di Kecamatan Siempat Nempu, Kabupaten Dairi. Yusnita Manalu, staf lapangan wilayah Dairi Perkumpulan Sada Ahmo mengatakan, sejak dua tahun terakhir petani sudah bertanam padi jenis petik wangi, walaupun baru ditanam di lahan setengah rante.

Namun pihaknya, melalui credit union (CU) Jambur Indonesia, Dairi tetap optimis pertanian organik sebagai jawaban dari tantangan pertanian yang ramah terhadap lingkungan dan kesehatan. Untuk saat ini, beras yang dihasilkan dari benih yang dulunya didatangkan dari Jawa tersebut masih dipasarkan kepada sesama anggota kelompok tani.

Dalam bertanam benih padi yang berasnya berkhasiat menurunkan gula darah tersebut, baik untuk penderita diabetes melitus dan hipertensi, memperlancar BAB ini harus dilakukan seminggu sebelum tanaman padi yang lain.

Pasalnya, masa panen padi ini lebih lama dua minggu.

"Dengan begitu, nanti panennya bisa barengan dengan padi yang lain. Kita berharap pemerintah memerhatikan upaya petani untuk menghasilkan padi organik di wilayahnya," katanya.

Editor:Wen
Sumber:medanbisnis
Kategori:Sumatera Utara, Ekonomi
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/