Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Hadapi Red Sparks, Agustin Wulandari: Kami Akan Berikan Penampilan Terbaik
Olahraga
22 jam yang lalu
Hadapi Red Sparks, Agustin Wulandari: Kami Akan Berikan Penampilan Terbaik
2
HUT ke-94, PSSI Berbagi Kebahagian dengan Legenda Timnas Indonesia
Olahraga
24 jam yang lalu
HUT ke-94, PSSI Berbagi Kebahagian dengan Legenda Timnas Indonesia
3
Billie Eilish Unjuk Kedalaman Emosional di Album Terbaru 'Hit Me Hard and Soft'
Umum
22 jam yang lalu
Billie Eilish Unjuk Kedalaman Emosional di Album Terbaru Hit Me Hard and Soft
4
Vicky Prasetyo Sudah Siapkan Kematian Usai Ultah ke-40
Umum
22 jam yang lalu
Vicky Prasetyo Sudah Siapkan Kematian Usai Ultah ke-40
5
Megawati Ungkap Rahasia Kuat Bertahan dan Meraih Sukses di Red Sparks
Olahraga
22 jam yang lalu
Megawati Ungkap Rahasia Kuat Bertahan dan Meraih Sukses di Red Sparks
6
Rihanna Sebut Album Barunya Istimewa
Umum
22 jam yang lalu
Rihanna Sebut Album Barunya Istimewa
Home  /  Berita  /  Riau

Pembatik ini Miliki Penghasilan Cukup untuk Bantu Keluarga

Pembatik ini Miliki Penghasilan Cukup untuk Bantu Keluarga
Yani merupakan pembatik dari Rumah Batik Andalan (RBA). Saat ini ia telah mahir membatik dan dari penghasilan dari membatik dapat mencukup ekonominya sehari-hari.
Kamis, 28 Desember 2017 16:56 WIB

PANGKALAN KERINCI – Suatu perusahan yang beroperasi di sekitar masyarakat harus memiliki peran terhadap perkembangan masyarakat. PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) yang tergabung dalam Asia Pasific Resources International Holdings (APRIL) berusaha memberdayakan ibu-ibu di sekitar wilayah operasionalnya di Rumah Batik Andalan (RBA). Tujuannya untuk meningkatkan keterampilan perempuan dengan membuat mereka mampu memperbaiki pendapatan rumah tangga mereka.

Yani Oktavia (22) salah satu dari pengrajin batik RBA tersebut misalnya. Sebelum menjadi pengrajin batik, ia belum memiliki pekerjaan tetap. Orangtuanya hanya mampu menyekolahkan hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP). Namun, keinginan kuat mengantarkannya menjadi pengrajin batik di RBA. Ia mengakui, awal menjadi pembatik harus dilalui dengan latihan terus-menerus.

“Saya terpilih bersama dengan 50 perempuan di Pangkalan Kerinci. Awalnya memang sulit membatik itu, tapi saya terus berlatih tidak sampai lima bulan saya sudah bisa membatik. Dari membatik, Alhamdulillah saya sudah memiliki penghasilan cukup, Rp 2 juta hingga Rp 3 juta,” ujarnya.

Setiap hari, ia mengerjakan pesanan batik dari berbagai pihak, perusahaan, pemerintahan dan masyarakat, baik batik cap dan batik tulis.

“Batik tulis memiliki kesulitan tersendiri. Karena kita melukis di atas kain, kita harus fokus dan jeli,” ujarnya.

Ia bangga menjadi pembatik di RBA. Sebab, selain dapat membantu perekonomian keluarga, tidak semua orang bsa menjadi pembatik, karena butuh ketekunan dan latihan yang serius,” ujarnya.

Saat ini, RBA telah menjadi pusat batik di Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Tahun 2015 lalu, RBA mendaftarkan pola bono yang unik dan tahun 2016 pola daun kayu putih, daun akasia, lakum (buah lokal yang menyerupai buah anggur) dan timun suri (varietas mentimun lokal).

Bono yang berarti ‘tujuh hantu’ adalah fenomena alam spektakuler yang terjadi setahun sekali- gelombang besar yang terbentuk oleh pasang surut laut muncul di Sungai Kampar dan untuk peselancar sukacita, tetap ada berjam-jam.

Belajar dari keberhasilan RBA, RAPP kini mendirikan pabrik serupa di Kecamatan Kuantan Singingi, Riau, di dekat area konsesinya. Direktur CD RAPP, Marzum mengatakan keahlian membatik tidak mungkin dikuasai dalam waktu singkat, sebab harus didukung oleh niat dan kemauan yang kuat dari peserta. Ia berharap para peserta mampu menyerap ilmu yang diberikan sehingga maka dapat bergabung dalam keluarga pembatik RBA.

“Kami melihat kemauan dan usaha belajar para ibu-ibu dalam membatik sangat tinggi, kami akan terus bina,” ujarnya. (rls)

Editor:Hermanto Ansam
Kategori:Umum, Riau
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/