Wah.., Kasus Pencabulan di Kebun Sawit Semakin Sering Terjadi di Kampar

BANGKINANG - Kehadiran kebun sawit membawa dampak positif bagi ekonomi, namun juga bisa berdampak negatif pada sisi kehidupan. Seperti yang terjadi di Kampar, Riau. Pencabulan yang sering di daerah ini justru alami korban di areal perkebunan sawit.

Seringnya terjadi pencabulan di kebun sawit itu terungkap dari data yang masuk pada persidangan di Pengadilan Negeri (PN) Bangkinang sepanjang 2017 lalu.

''Perkara perbuatan cabul di Kabupaten Kampar meningkat sebanyak 10 persen pada 2017 dibanding tahun sebelumnya. Hal ini mendorong kasus ini menjadi tiga kasus yang paling banyak disidangkan di Pengadilan Negeri (PN) Bangkinang sepanjang 2017 lalu. Kini jumlah kasus asusila tersebut terpaut tipis dengan dua kasus teratas di Kabupaten Kampar, narkotika dan pencurian sawit,'' ujar Humas Pengadilan Negeri Bangkinng, Ferdian Permadi, Kamis (25/1/2018).

Hakim PN Bangkinang Ferdian Permadi menyebutkan, umumnya terjadi kasus ini terjadi di lahan perkebunan sawit yang ada di Kabupaten Kampar. Pendidikan yang minim, akses ke dunia luar yang tidak lancar menurut Ferdian bisa jadi pemicu meningkatnya kasus pencabulan di areal perkebunan. Yang membuatnya miris, pada beberapa kasus para pelaku merupakan orang dekat korban.

''Angka pasti berapa jumlah kasusnya saya lupa, tapi cukup signifikan. Setidak-tidaknya meningkat 10 persen. Dari bawah, jumlah kasus pencabulan pada 2017 sudah hampir sama dengan jumlah kasus pencurian sawit yang berada di peringkat kedua,'' sebut Ferdian.

Ferdian merasa tidak heran ketika terungkap fakta bahwa banyak kejadian terjadi di areal perkebunan sawit. Karena masih ada di Kabupaten Kampar areal sawit yang seperti terisolir dari dunia luar. Menurutnya, sulitnya akses transportasi bisa menjadi penyebabnya. Karena masih ada anak-anak dibawah umur yang tidak mendapatkan akses pendidikan. Hal ini menurut Ferdi harus menjadi perhatian bersama, terutama perhatian dari Pemerintah Kabupaten Kampar.

''Kalau sudah pendidikan tidak ada, Ilmu agama kurang dan tempat tinggal jauh dari dunia luar, makanya banyak kasus ini terjadi di areal perkebunan. Yang sangat disayangkan, banyak pelaku merupakan orang dekat korban. Seperti salah satu kasus dimana yang menjadi korban adalah anak kandung sendiri,'' tutupnya. ***