Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Adelia Pasha Kemalingan di Paris, Tas Istri Pasha Ungu itu Raib
Umum
20 jam yang lalu
Adelia Pasha Kemalingan di Paris, Tas Istri Pasha Ungu itu Raib
2
Taylor Swift dan Travis Kelce Kepergok Bersantai Mesra di Pantai Bahamas
Umum
20 jam yang lalu
Taylor Swift dan Travis Kelce Kepergok Bersantai Mesra di Pantai Bahamas
3
Eva Mendes Mundur dari Dunia Akting Demi Anak
Umum
20 jam yang lalu
Eva Mendes Mundur dari Dunia Akting Demi Anak
4
Berkolaborasi dengan Galestra, Donner Buka Toko Flagship Pertama di Jakarta
Umum
20 jam yang lalu
Berkolaborasi dengan Galestra, Donner Buka Toko Flagship Pertama di Jakarta
5
Kalah Lawan Sri Lanka, Timnas Putra Bersiap Hadapi Korsel di Kualifikasi Grup B FIBA 3X3 Asia Cup 2024
Olahraga
19 jam yang lalu
Kalah Lawan Sri Lanka, Timnas Putra Bersiap Hadapi Korsel di Kualifikasi Grup B FIBA 3X3 Asia Cup 2024
6
Zayn Malik Rindu Kejayaan Masa Lalu
Umum
20 jam yang lalu
Zayn Malik Rindu Kejayaan Masa Lalu
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Mengaku Kecewa, Berharap Ada Islah di PKS, Fahri Hamzah: Nyatanya Sohibul Iman Makin Ugal-ugalan

Mengaku Kecewa, Berharap Ada Islah di PKS, Fahri Hamzah: Nyatanya Sohibul Iman Makin Ugal-ugalan
Minggu, 24 Juni 2018 13:28 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy
JAKARTA - Sebagai kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Fahri Hamzah sangat prihatin sekaligus kecewa dengan sepak terjang Muhammad Sohibul Iman selaku Presiden PKS dalam menjalankan roda organisasi.

Bukannya menggalang persatuan di musim perang (menghadapi pilkada serentak dan Pemilu 2019 mendatang), justru menciptakan perpecahan dari dalam tubuh partai.

"Pimpinan seharusnya menggalang persatuan, bukan perpecahan, melakukan persekusi dan intimidasi. Aneh sekali. Mau ke mana kita," tanya Fahri dalam pesan singkatnya yang diterima GoNews.co, Minggu (24/6/2018).

Fahri yang juga Wakil Ketua DPR RI itu melontarkan pernyataan ini, karena dirinya baru mendengar adanya rencana pemecatan beberapa kader senior di PKS, tanpa sebab yang jelas. Padahal, seharusnya semua diselesaikan dengan dialog, bukan perintah diam dan taat.

"Entah apa sebabnya. Tapi dugaan saya sama, ini soal perbedaan pendapat tentang situasi," kata Fahri seraya menegaskan bahwa partai institusi politik, bukan tarekat.

Padahal, Ia mengira kemarin Ramadhan 1439 H akan menjadi akhir konflik dalam tubuh PKS, termasuk setelah dirinya mencabut laporan Sohibul dari polisi. Tapi ternyata, semua menjadi nampak rumit, karena selaku pimpinan Sohibul makin ugal-ugalan, sehingga tidak nampak ada gejala islah dan rekonsiliasi.

"Aneh memang, maksud baik tak selalu dianggap baik. Niat baik tak selalu ditangkap dengan baik. Maka, mungkin ini isyarat dalam perjuangan bahwa kadang keinginan baik kita mesti dinomorduakan oleh kebenaran. Kita harus selalu bersikap benar," tuturnya.

Nampaknya pimpinan akan melakukan eksekusi besar-besaran kepada yang berseberangan dan berbeda pandangan. Mestinya, dimusim perang, situasi ini memerlukan konsolidasi dan menggalang mobilisasi.

"Padahal ini waktunya mengerahkan pasukan dan siapapun yang mau berperang. Tapi, malah di dalam ada yang memisahkan barisan dan mereka memproduksi istilah OSIN untuk orang sini dan OSAN untuk yang mereka yang dianggap melawan pimpinan partai. Orang sana," sebut politisi asal Nusa Tenggara Barat (NTB) itu.

Sebagai kader, Fahri mengaku sangat mencemaskan kultur baru dalam tubuh PKS sekarang, yang tiba-tiba suasananya mencekam, tegang dan seperti ada permusuhan. Karena, pimpinan mengaktifkan patroli dan mengecek loyalitas setiap orang.

"Ini bukan kultur berpartai apalagi demokrasi. Yang bermasalah pimpinannya, partai hanya penanggung beban pimpinannya," cetusnya.

Tapi, lanjut Fahri lagi, gara-gara pimpinannya gila hormat, lama-lama suatu partai bisa rusak. Apalagi dengan berkembangnya budaya feodal dan ABS (asal Bapak senang), bisa bubar PKS oleh pemilu.

"Inikah sebab kita dijajah terlalu lama? Inikah sebab tirani merajalela? Entahlah. Tapi bagi kader partai yang mencintai kebenaran Ilahi? Cukuplah, enough is enough. Kita Akan melahirkan pejuang bukan pecundang. Kita akan menanam benih peradaban bukan ilalang," tegasnya.

Politisi itu, kata Fahri, kerjanya setiap hari adalah menegakkan keadilan, membela kebenaran dan berjuang membela korban kezaliman tirani yang mengangkang. Jika rasa takut lebih kuat dalam diri, sehingga kita menerima kezaliman.

"Lalu, dengan apa kita berjuang? Apa modal kita? Lama saya memikirkan, kenapa saya tidak mengalah saja dengan kezaliman, dan mengutamakan kebersamaan. Bisikan itu sering datang. Tapi, ada pertanyaan kuat, kalau kita membiarkan diri kita dizalimi maka apa kita bisa membela orang lain? Bisikan ini yang saya benarkan," ucapnya.

Kata Fahri, dirinya tidak tega melihat kader PKS berubah menjadi para penganut taqlid buta pada sesuatu yang fana. Padahal, sikap penakut berlebihan kepada pimpinan dapat merusak keyakinan kita tentang kebenaran.

"Ini yang terjadi di PKS sekarang. Entah siapa yang merusaknya. Entahlah. Semoga kita masih diberi waktu. Ya Allah bantulah partai kami, bantulah, ucap Fahri Hamzah mengakhiri.***

wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77