Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Okto Jadi Saksi Sejarah Indonesia Kalahkan Australia di Piala AFC U-23
Olahraga
7 jam yang lalu
Okto Jadi Saksi Sejarah Indonesia Kalahkan Australia di Piala AFC U-23
2
Kalahkan Australia di Piala Asia U 23, Erick Thohir: Luar Biasa Penampilan Indonesia
Olahraga
8 jam yang lalu
Kalahkan Australia di Piala Asia U 23, Erick Thohir: Luar Biasa Penampilan Indonesia
3
Uruguay Jajaki Kerja Sama Jaminan Produk Halal dengan Indonesia
Pemerintahan
4 jam yang lalu
Uruguay Jajaki Kerja Sama Jaminan Produk Halal dengan Indonesia
4
HUT ke-94, PSSI Berbagi Kebahagian dengan Legenda Timnas Indonesia
Olahraga
4 jam yang lalu
HUT ke-94, PSSI Berbagi Kebahagian dengan Legenda Timnas Indonesia
5
Hadapi Red Sparks, Agustin Wulandari: Kami Akan Berikan Penampilan Terbaik
Olahraga
2 jam yang lalu
Hadapi Red Sparks, Agustin Wulandari: Kami Akan Berikan Penampilan Terbaik
6
Megawati Ungkap Rahasia Kuat Bertahan dan Meraih Sukses di Red Sparks
Olahraga
2 jam yang lalu
Megawati Ungkap Rahasia Kuat Bertahan dan Meraih Sukses di Red Sparks
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Malam Nanti, LAPAN Agam akan Rekam Hujan Meteor Perseid dengan Radar Khusus

Malam Nanti, LAPAN Agam akan Rekam Hujan Meteor Perseid dengan Radar Khusus
ilustrasi
Sabtu, 11 Agustus 2018 14:37 WIB
JAKARTA - Setelah hujan meteor Quadrantids pada awal Januari 2018 lalu, femonena hujan meteor akan kembali menyambangi bumi. Kali ini hujan meteor Perseid dapat disaksikan pada 11-12 Agustus 2018 malam.

Menurut Ketua Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Thomas Djamaluddin, fenomena tersebut dapat disaksikan di seluruh wilayah Indonesia.

“Semua wilayah Indonesia bisa melihatnya. Syaratnya, cuaca cerah, jauh dari polusi cahaya, dan medan pandang tidak terhalang,” tutur dia seperti dilansir Okezone, Sabtu (11/8/2018).

Lebih lanjut Thomas mengatakan, LAPAN daerah Agam, Sumatera Barat (Sumbar) dan Biak Papua akan merekam peristiwa tersebut dengan mengenakan radar meteor.

Seperti diketahui, LAPAN bekerjasama dengan Universitas Kyoto, Jepang, mengoperasikan radar meteor (Meteor Wind Radar) di dua daerah tersebut.

Tujuan utamanya adalah untuk penelitian angin di atmosfer atas, pada ketinggian 70-110 km. Namun radar meteor bisa juga digunakan untuk penelitian fluks meteor (jumlah meteor per jam).

Menurut Thomas, meteor adalah batuan atau debu antariksa yang memasuki atmosfer bumi dan terbakar pada ketinggian 70-110 km. Pada saat tertentu, bumi berpapasan dengan gugusan debu sisa komet sehingga debu-debunya memasuki atmosfer bumi dan terbakar dalam jumlah yang banyak.

Saat itulah, lanjut dia pengamat bisa menyaksikan hujan meteor dengan jumlah puluhan sampai ratusan meteor per jam. Jumlah ratusan meteor per jam biasanya disebut badai meteor, pada saat tertentu setelah komet induknya melintas dekat bumi.

Hujan meteor diberi nama sesuai dengan rasi bintang tempat meteor tampak terpancar. Titik itulah, yang disebut radian, adalah titik persinggungan atmosfer bumi dengan gugusan debu komet.

Sementara itu, untuk hujan meteor Perseid merupakan peristiwa yang terjadi setiap tahun antara 17 Juli dan 24 Agustus. Ini merupakan fenomena hujan meteor yang sering dikaitkan dengan komet Swift-Tuttle.

Dinamakan Perseid karena titik radian hujan meteor ini seolah-olah berasal dari arah rasi bintang Perseus. Lengkapnya, meteor-meteor Perseid tersebut berasal dari serpihan debu ekor komet Swift-Tuttle (nama resmi: 109P/Swift-Tuttle) yang masuk ke atmosfer Bumi.(okz)

Editor:Arie RF
Sumber:Okezone.com
Kategori:Sumatera Barat, Peristiwa, GoNews Group
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/