Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
Umum
16 jam yang lalu
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
2
Lawan Bali United, Thomas Doll Harapkan Pemain Persija Jakarta Bugar
Olahraga
15 jam yang lalu
Lawan Bali United, Thomas Doll Harapkan Pemain Persija Jakarta Bugar
3
Nova Arianto Panggil 36 Pemain untuk Seleksi Timnas U-16 Tahap Kedua
Olahraga
16 jam yang lalu
Nova Arianto Panggil 36 Pemain untuk Seleksi Timnas U-16 Tahap Kedua
4
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
Umum
17 jam yang lalu
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
5
Persis Solo Pantau Fisik Pemain Selama Ramadan
Olahraga
15 jam yang lalu
Persis Solo Pantau Fisik Pemain Selama Ramadan
6
Mahesa Jenar Terlecut Dukungan Panser Biru
Olahraga
16 jam yang lalu
Mahesa Jenar Terlecut Dukungan Panser Biru
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Kampanye Kelamaan hingga 6 Bulan, Caleg Ngeluh bisa Jadi 'Jamila'

Kampanye Kelamaan hingga 6 Bulan, Caleg Ngeluh bisa Jadi Jamila
Pembukaan Pres Gathering Koordinatoriat Wartawan Parlemen di Simalungun, Sumut. (GoNews.co)
Sabtu, 06 April 2019 11:43 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy
SIMALUNGUN - Tak hanya proses Pileg, Pemilu dan Pilpres serentak yang bikin ribet dan kisruh.

Namun proses kampanye yang terlalu lama hingga memakan waktu 6 bulan, juga membuat para Kontestan pemilu merasa keberatan.

Pasalnya, dengan waktu yang panjang tersebut, para caleg juga harus merogoh kantong lebih dalam untuk biaya politiknya.

Hal ini juga yang dikeluhkan caleg Partai Golkar yang juga Anggota DPR RI Capt Anthon Sihombing saat membuka Forum Silaturhami DPR RI dengan Koordinatoriat Wartawan Parlemen di Prapat View hotel, kawasan Danau Toba, Simalungun, Sumatera Utara, Minggu (5/4/2019) malam.

"Masa kampanyenya 6 bulan ini bisa bikin kami para caleg jadi 'Jamila', tahu enggak artinya? Jamila itu jatuh miskin lagi," ungkapnya yang disambut gelak tawa para peserta.

Selain itu, ia juga menyoroti soal pemilu serentak. Menurutnya, sistem ini juga tidak efektif. "Jadi terkesan masyarakat hanya mengingat Pilpres, mereka lupa kalau ada Pileg juga," tandasnya.

Ia menyarakan, agar sebaiknya Pemilihan Umum antara Legislatif dan Presiden dilaksanakan secara terpisah.

Sebab kata dia, selain tidak terekspos dengan baik karena masyarakat lebih konsentrasi dengan Pemilihan Presiden (Pilpres), juga memberatkan para Kontestan pileg.

"Jadi tolong lah jangan di sama-samakan padahal kita ini sudah meningkatkan anggaran untuk KPU dibandingkan anggaran sebelumnya," ujar Anthon.

Sementara itu, Ketua Koordinatoriat Wartawan Parelem, Ramdony Setiawan berharap, agar penyelenggara pemilu yakni KPU, bisa mendahulukan penghitungan calon legislatif di Tempat Pemungutan Suara (TPS) ketimbang penghitungan suara Pilpres.

"Karena kalau kita punya Presiden tetapi anggota parlemennya tidak ada bagaimana mau melantiknya," jelasnya.

Namun demikian, ia juga berharap, pihak Pemerintah dan Parlemen bisa kembali duduk bersama, mengevaluasi sistem pemilu, pilpres serentak. ***

wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/