Tim Arkeolog BPCB Sumbar: Arca Naga di Dharmasraya Bukan Artefak Peninggalan Cagar Budaya
"Dalam ilmu arca (ikonografi), setiap arca itu punya atribut-atribut khas dari masing-masingnya," ungkap Kepala BPCB Sumbar Nurmatias, Selasa (28/5/2019) malam seperti dikutip dari Covesia.com.
Dia menjelaskan, di dalam ilmu ikonografi arca dalam kepercayaan Hindu terdapat 8 dewa penjuru mata angin atau disebut dengan Astadipalaka (Wisnu, Brahma, Agastya, Durga, Indra, Surya, Bayu dan Ganeca).
Jika disesuaikan dengan kearifan lokal dari masing-masing daerah, maka dalam kepercayaan agama Hindu Dharma di Bali (yang ritualnya masih hidup) terdapat 9 dewa yang disebut sebagai Nawadewata. Delapan dewa berada di sisi mata angin.
Delapan dewa di penjuru mata angin yakni dewa Wisnu, Sambhu, Iswara, Maheswara, Brahma, Rudra, Mahadewa dan Sangkara. Sementara di bagian tengah adalah dewa Siwa
"Begitu juga dalam agama Budha (Boditsawa, Ratnasamba, Aweltikswara, Amithaba), mereka punya pernak-pernik yang berbeda dan punya senjata dan sikap tangan yang berbeda," jelasnya.
Sementara arca yang ditemukan di Dhramasraya ini tidak ada yang mempunyai ciri ikonografi dari 9 dewa penjuru mata angin tersebut.
Baca:
Diduga Benda Bersejarah, Warga Dharmasraya Temukan Patung Budha Berbadan Naga di Sungai Batanghari
"Dari sikap tangan dan pernak-pernik yang ada, kita bisa memastikan bahwa arca ini tidak (berasal dari) zaman klasik Hindu-Budha, karena dari pakem itu kita bisa mengetahui lama atau barunya arca tersebut," katanya.
Selain itu, ungkapnya, ditemukan huruf latin di telapak kaki arca naga.
"Bentuk pembuatan arca dengan sistem coran. Maka kami bisa memastikan temuan ini baru," pungkasnya.
Temuan Abjad Latin
Tim peneliti yang diutus BPCB Sumbar ke rumah Marzuki di Jorong Pulai, Kanagarian Pulai, Kecamatan Sitiuang, Dharmasraya pada Selasa (28/5) mendapati sejumlah temuan yang mengungkap fakta dari arca berbentuk naga tersebut.
Nurmatias mengatakan, tim mendapati abjad latin di telapak kaki arca dalam huruf capital.
"Di bawah telapak arca masing masing (ada huruf) A, B, C dan D," ungkap Nur.
Sementara berat arca sekira 2,5 kilogram dengan tinggi 20 cm dan panjang 70 cm.
Dia menjelaskan, arca tersebut tidak berkaitan dengan peninggalan Cagar Budaya Candi Padang Roco.
Dia menduga, arca tersebut bisa jadi digunakan oleh seseorang sebelumnya sebagai bagian dari ritual atau persembahan dalam proses kepercayaan tertentu.
"Tidak ada juga kaitannya dengan ritual keagamaan baik Hindu maupun Budha," sebutnya.
Dia menambahkan, peristiwa penemuan seperti ini memang sudah cukup banyak dilaporkan warga.
"Setelah diteliti, dari segi ikonografi sudah ketahuan jika benda-benda tersebut bukan artefak," pungkasnya. ***
Editor | : | arie rh |
Sumber | : | covesia.com |
Kategori | : | GoNews Group, Peristiwa, Sumatera Barat |