Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
BPJPH Rilis Indonesia Global Halal Fashion, Targetkan Kejayaan di Pasar Dunia
Ekonomi
5 jam yang lalu
BPJPH Rilis Indonesia Global Halal Fashion, Targetkan Kejayaan di Pasar Dunia
2
Langsung Pantau Persiapan, Menpora Dito Ingin Berikan Kado Terbaik buat Presiden Jokowi dari Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
4 jam yang lalu
Langsung Pantau Persiapan, Menpora Dito Ingin Berikan Kado Terbaik buat Presiden Jokowi dari Olimpiade 2024 Paris
3
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
Umum
4 jam yang lalu
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
4
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
Umum
3 jam yang lalu
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
5
Okto Sebut Sudah 9 Atlet Lolos ke Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
4 jam yang lalu
Okto Sebut Sudah 9 Atlet Lolos ke Olimpiade 2024 Paris
6
Nova Arianto Panggil 36 Pemain untuk Seleksi Timnas U-16 Tahap Kedua
Olahraga
2 jam yang lalu
Nova Arianto Panggil 36 Pemain untuk Seleksi Timnas U-16 Tahap Kedua
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Ubi Kayu Racun Miliki Nilai Jual dan Mampu Membuat Lahan Gambut di Riau Tetap Basah

Ubi Kayu Racun Miliki Nilai Jual dan Mampu Membuat Lahan Gambut di Riau Tetap Basah
Gibernur Riau Syamsuar saat panen ubi kayu racun di Kelompok Tani UBI Desa Salo, Kecamatan Salo, didamoingi Bupati Kampar Catur Sugeng.
Minggu, 29 September 2019 11:50 WIB
Penulis: Friedrich Edward Lumy
KAMPAR - Kawasan Hidrologis Gambut (KHG) di Provinsi Riau seluas 4.962.671 hektar (data Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Provinsi Riau). Ubi kayu racun merupakan tanaman yang ramah lingkungan dibandingkan kelapa sawit dan mudah dalam pererawatan, serta memiliki nilai jual yang besar.

Gubernur Riau, Drs H Syamsuar MSi saat meninjau panen ubi kayu racun di Desa Salo, Kecamatan Salo, Kabupaten Kampar, Sabtu (28/9/2019) kemarin mengatakan, bahwa ubi kayu racun memiliki nilai ekonomi yang tinggi dibandingkan kelapa sawit.

"1 hektar kebun ubi kayu racun dalam waktu 10 bulan mampu menghasilkan keuntungan bersih minimal Rp30 juta. Keuntungan lainnya, tidak membuat lahan gambut kering dibandingkan kelapa sawit yang menyerap air lebih besar. Merawat ubi kayu racun lebih ringan dibandingkan kelapa sawit yang harus rutin diberikan pupuk," kata Syamsuar.

Dikatakan Syamsuar, kebutuhan tepung tapioka dari tanaman ubi kayu racun di Riau sangat besar. Apalagi, kebutuhan tepung untuk dua perusahaan besar, seperti Indah Kiat dan RAPP sangat besar dan kebutuhan tepung dua perusahaan ini dari Thailand.

"Karena kita belum memenuhi standar kebutuhan dua perusahaan besar ini. Makanya tepung kita belum bisa diterima. Saat ini bagaimana hasil tepung kita dari pabrik tapioka yang ada di Riau memiliki standar, sehingga bisa memenuhi kebutuhan pasar lokal dan international," ungkap Syamsuar.

Belum lama ini, Syamsuar pernah menjumpai pengusaha di Jakarta, pengusaha ini ingin membangun pabrik etanol di Riau. Untuk bisa menghasilkan bahan bakar minyak terbarukan, salah satu bahan bakunya tepung tapioka dari ubi kayu racun.

"Kita berharap, masyarakat tidak hanya berorientasi menanam kelapa sawit, tapi masih banyak tanaman yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi dibandingkan sawit, seperti ubi kayu racun, nenas, kopi liberika, pinang dan tanaman porang, yang bisa meningkatkan ekonomi masyarakat Riau," jelas Syamsuar.

Syamsuar panen ubi kayu racun di Kelompok Tani UBI didampingi Bupati Kampar Catur Sugeng, Sekdakab Kampar, Kepala Dinas PUPR Dadang Eko Purwanto, Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Herman Machmud, Kepala Dinas Perkebunan, Tanaman Pangan dan Holikutura Ferry HC, Kepala Biro Humas, Protokol dan Kerjasama Firdaus, serta sejumlah instansi terkait. ***

wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77