Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Langsung Pantau Persiapan, Menpora Dito Ingin Berikan Kado Terbaik buat Presiden Jokowi dari Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
8 jam yang lalu
Langsung Pantau Persiapan, Menpora Dito Ingin Berikan Kado Terbaik buat Presiden Jokowi dari Olimpiade 2024 Paris
2
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
Umum
6 jam yang lalu
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
3
BPJPH Rilis Indonesia Global Halal Fashion, Targetkan Kejayaan di Pasar Dunia
Ekonomi
9 jam yang lalu
BPJPH Rilis Indonesia Global Halal Fashion, Targetkan Kejayaan di Pasar Dunia
4
Nova Arianto Panggil 36 Pemain untuk Seleksi Timnas U-16 Tahap Kedua
Olahraga
6 jam yang lalu
Nova Arianto Panggil 36 Pemain untuk Seleksi Timnas U-16 Tahap Kedua
5
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
Umum
7 jam yang lalu
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
6
Mahesa Jenar Terlecut Dukungan Panser Biru
Olahraga
5 jam yang lalu
Mahesa Jenar Terlecut Dukungan Panser Biru
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Jangan Bicara Revolusi Industri 4.0, Sebelum Kita Bisa Produksi Peniti Sendiri

Jangan Bicara Revolusi Industri 4.0, Sebelum Kita Bisa Produksi Peniti Sendiri
Ilustrasi. (net)
Jum'at, 08 November 2019 11:06 WIB
JAKARTA - Revolusi Industri 4.0 dengan digitalisasinya kerap jadi jargon Presiden Joko Widodo dalam setiap kesempatan berpidato.

Padahal, hingga saat ini Indonesia masih banyak mengimpor produk "remeh temeh" dari China.

Saat berpidato dalam Rakernas Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) di JCC, Jakarta, Rabu (6/11), Presiden Jokowi sempat sedikit marah dan mengungkap soal kebijakan impor pacul (cangkul) oleh sejumlah importir dalam negeri.

Menurut dia, kebijakan impor cangkul di saat neraca perdagangan nasional yang mengalami defisit tidaklah tepat

"Kangmas Joko Widodo baru sadar setelah lima tahun, kalau cangkul itu ternyata made in import," ucap Arief Poyuono, melalui keterangan tertulisnya, Kamis malam (7/11).

Lanjut Arief, bukan cuma cangkul yang diimpor. Andai Jokowi mau jalan ke pasar Jatinegara atau Glodok, maka akan tahu bahwa banyak barang-barang yang jadi keseharian masyarakat adalah produk impor.

"Kangmas akan tahu ternyata palu, gelap, tang, peniti, jarum, gunting kuku, korek kuping yang merupakan produk-produk yang tiap hari dipakai masyarakat semuanya ya made in China, Mas," imbuhnya.

"Makanya jangan bicara digitalisasi pendidikan yang digagas Nadiem, atau bicara industri 4.0 atau produksi mobil Esemka Kangmas. Wong industri kita saja belum mampu memproduksi korek kuping, jarum, peniti, palu, pahat, pacul, sendok garpu, gunting kuku, obeng, dll," sindir Wakil Ketua Umum Partai Gerindra ini.

Menurut Arief, saat ini banyak industri manufakturing yang produknya pasti ada di setiap rumah atau dipakai oleh masyarakat, tapi tidak bisa diproduksi oleh industri manufakturing bangsa Indonesia.

Karena itu, Arief menyarankan untuk kembali menggalakkan industri seperti itu dulu. Setidaknya, kelak Indonesia yang mengekspor peniti, jarum, cangkul, dan lainya. Bukan lagi jadi importir.

Terlebih lagi, industri seperti itu tak butuh teknologi digitalisasi atau masuk katagori industri 4.0 yang butuh robotic. Lagi pula, bahan baku untuk industri ini sangat melimpah di dalam negeri.

"Dengan demikian akan berdampak terbukanya banyak lapangan kerja juga loh Kangmas. Sehingga dengan demikian neraca perdagangan dijamin surplus terus. Dan perekonomian jadi nggak lesu kayak sekarang ini," pungkasnya.***

Editor:Muslikhin Effendy
Kategori:GoNews Group, Peristiwa, Pemerintahan, Politik, DKI Jakarta
wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77