Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Soal Berbagi Sembako, Inul Daratista Balas Kritikan Netizen
Umum
19 jam yang lalu
Soal Berbagi Sembako, Inul Daratista Balas Kritikan Netizen
2
Mila Kunis dan Ashton Kutcher Tolak Perankan Kembali Film "That '90s Show" Season 2
Umum
20 jam yang lalu
Mila Kunis dan Ashton Kutcher Tolak Perankan Kembali Film That 90s Show Season 2
3
Perjuangan Melawan Penyakit SPS, Celine Dion Berharap Mukjizat
Umum
19 jam yang lalu
Perjuangan Melawan Penyakit SPS, Celine Dion Berharap Mukjizat
4
Susanto Jinakkan Torre Lewat Jebakan Krisis Waktu
Olahraga
18 jam yang lalu
Susanto Jinakkan Torre Lewat Jebakan Krisis Waktu
5
KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran PPK Untuk Pilkada
Pemerintahan
19 jam yang lalu
KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran PPK Untuk Pilkada
6
Ditanya Lebih Bangga Indonesia atau Korsel Yang Lolos ke Olimpiade 2024 Paris, Ini Jawaban Shin Tae-yong
Olahraga
16 jam yang lalu
Ditanya Lebih Bangga Indonesia atau Korsel Yang Lolos ke Olimpiade 2024 Paris, Ini Jawaban Shin Tae-yong
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Di Bali, Ketua Fraksi PPP MPR Ungkap Pilkada yang Merepresentasi Kedaulatan Modal

Di Bali, Ketua Fraksi PPP MPR Ungkap Pilkada yang Merepresentasi Kedaulatan Modal
Sabtu, 16 November 2019 12:07 WIB
Penulis: Muhammad Dzulfiqar
BALI - Ketua Fraksi PPP MPR RI, Arwani Thomafi, menyinggung evaluasi penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah secara langsung, yang belakangan menjadi diskursus politik publik. Arwani, menyebut praktek Pilkada Langsung cenderung menyokong kedaulatan pemodal.

"Tema besar soal kedaulatan rakyat justru kian susah kita realisasikan. Alih-alih rakyat berdaulat, pemilihan secara langsung ini justru jadi ajang kedaulatan pemodal," kata Arwani kepada wartawan di Bali, Jumat, (15/11/2019), malam.

Sejarah lahirnya Pilkada Langsung sendiri, dipaparkan Arwani, sedianya demi kedaulatan rakyat, karena Kepala Daerah hasil pilihan DPRD, kerap mendapat menolakan dari masyarakat setempat.

Belum lagi, soal egosektoral beberapa Kepala Daerah yang menyebabkan disinkronisasi kebijakan antara pemerintah pusat dan daerah. Situasi ini, kata Arwani, tak sejalan dengan sistem presidensialisme yang berlaku di Indonesia.

Sebelumnya, Kamis (14/11/2019), Arwani bahkan mengungkap terkait besarnya biaya politik dari sebuah Pilkada Langsung. Katanya, "sudah bukan menjadi rahasia umum, siapapun yang ingin menjadi kepala daerah, untuk tingkat Bupati saya memperhatikan untuk DPT yang sekitar 500-an ribu pemilih, itu Rp 20 miliar. Kalau lebih dari itu, satu juta misalnya ya tinggal mengalikan,".***

Editor:Muslikhin Effendy
Kategori:Bali, Politik, Pemerintahan, Peristiwa, GoNews Group
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/