Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Ditanya Lebih Bangga Indonesia atau Korsel Yang Lolos ke Olimpiade 2024 Paris, Ini Jawaban Shin Tae-yong
Olahraga
23 jam yang lalu
Ditanya Lebih Bangga Indonesia atau Korsel Yang Lolos ke Olimpiade 2024 Paris, Ini Jawaban Shin Tae-yong
2
Arval Raziel dan Ricky Dhisulimah Ikut Kualifikasi Olimpiade di UEA 
Olahraga
21 jam yang lalu
Arval Raziel dan Ricky Dhisulimah Ikut Kualifikasi Olimpiade di UEA 
3
Cerita Kekesalan Shin Tae-yong dan Menyebut Takdir Bertemu Korsel di Perempat Final
Olahraga
22 jam yang lalu
Cerita Kekesalan Shin Tae-yong dan Menyebut Takdir Bertemu Korsel di Perempat Final
4
Nicholas Saputra Soroti Peran Penting Anak Muda Diakui Sebagai Agen Perubahan
Umum
21 jam yang lalu
Nicholas Saputra Soroti Peran Penting Anak Muda Diakui Sebagai Agen Perubahan
5
Lawan Korsel, Rizky Ridho Siap Jalankan Instruksi Demi Capai Target ke Paris
Olahraga
22 jam yang lalu
Lawan Korsel, Rizky Ridho Siap Jalankan Instruksi Demi Capai Target ke Paris
6
Katy Perry Tampil Memukau di Video Lip Sync Lagu Sabrina Carpenter 'Espresso'
Umum
21 jam yang lalu
Katy Perry Tampil Memukau di Video Lip Sync Lagu Sabrina Carpenter Espresso
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Tuduhan Masjid Tempat Penyebaran Radikalisme, Tutut: Jauh Panggang dari Api

Tuduhan Masjid Tempat Penyebaran Radikalisme, Tutut: Jauh Panggang dari Api
Kamis, 28 November 2019 15:25 WIB
Penulis: Azhari Nasution

JAKARTA - Bila cerita yang dituturkan putri beliau ini benar, Presiden Soeharto tak pelak merupakan kepala negara yang tidak hanya memperhatikan sisi duniawi warganya dengan berusaha mencukupkan pangan-sandang-papan. Pak Harto bahkan memikirkan tabungan akhirat rakyatnya, setidaknya kalangan pegawai negeri, sipil maupun militer.
 

Cerita itu diungkap putri sulung almarhum, Siti Haryanti Rukmana yang akrab dipanggil Mbak Tutut, saat memberikan sambutan pada acara ‘Penghargaan Masjid Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila (YAMP) Terbaik 2019’ atau “999 Fastabiqul Khairat”, yang digelar di Gedung Granadi, Jakarta, Kamis (28/11/2019) siang.

Di hadapan ratusan takmir masjid, wakil dari 999 mesjid yang dibangun YAMP, Tutut mengatakan, dirinya selalu teringat pesan Pak Harto untuk senantiasa merawat sebuah langar kecil di desa kelahiran ayahnya, Desa Kemusuk, Yogyakarta. Masa kecil Pak Harto, kata Tutut,  sangat terkait dengan langar tempat dirinya belajar dan menemukan kedamaian dalam Islam.
 
“Itu yang membuat almarhum berwasiat untuk senantiasa memelihara langgar penuh sejarah tersebut,” kata Mbak Tutut.
 
Ketika dipercaya menjadi presiden, hal yang konsisten dilakukan Pak Harto di awal 1970-an itu adalah melakukan perjalanan diam-diam, incognito alias blusukan menemui rakyatnya. Dalam perjalanan yang hanya ditemani ajudan dan  pengawal itu, Pak Harto sering mendapati rakyat tengah meminta sumbangan di tepi jalan bagi pembangunan masjid.
 
“Pak Harto mengaku merasa trenyuh, melihat rakyat terpaksa meminta sumbangan ke sana ke mari, bahkan tak jarang menghadang di jalan, untuk membangun masjid karena cinta mereka kepada masjid,” kata Tutut.

Dibebani keprihatinan itu, Pak Harto sempat beberapa waktu merenung. Didapatlah solusi, sekaligus dengan melibatkan sepenuhnya partisipasi rakyat mencukupi keperluan mereka sendiri.
 
“Bapak menggerakkan rakyatnya yang Muslim untuk bersedekah bersama-sama. Beliau berfikir, kenapa tidak para pegawai negeri sipil dan anggota militer yang Muslim ikut beramal membangun masjid, sebagai amal ibadah yang akan mereka bawa sampai mati? Bapak pun meminta keikhlasan para pegawai negeri itu untuk dipotong gajinya. Sedikit setiap bulan. Ada yang dipotong Rp50, Rp100, Rp500 dari besaran gaji,” kata Tutut.

Itulah, kata dia, dana yang kemudian digunakan untuk membangun masjid-masjid di seantero Tanah Air.

Bila saat ini ada yang menuding Pak Harto korupsi dengan memotong gaji para pegawai negeri itu, kata Tutut tuduhan tersebut sama sekali tak benar. “Almarhum hanya ingin mengajak seluruh umat Islam yang PNS dan anggota militer ikut beramal salih melalui Yayasan Amalbakti Muslim Pancasila,” kata dia.
 
Saat ini, kata Tutut, dirinya bersama pengurus Yayasan dan para relawan terus memelihara dan menjaga 999 masjid yang telah dibangun YAMP. Masjid ke-999 atau masjid terakhir yang dibangun YAMP di Bekasi, atas ridha Allah telah diresmikannya pada 9 September 2009.  “Itu kesempatan dan peristiwa yang sangat berkesan bagi diri saya,” kata Tutut.

 

Mbak Tutut bersama Prof Dr Emil Salim. 

Putri Pak Harto yang disebut-sebut paling dekat dengan warga masyarakat itu juga sempat menyoroti bagaimana masjid saat ini tengah menjadi sorotan. Ia mengaku sangat menyayangkan tuduhan bahwa masjid telah menjadi tempat penyebaran radikalisme, terorisime, sikap anti-Pancasila dan anti-NKRI, hingga perlu diawasi negara. “Ini sungguh merisaukan hati karena jelas tuduhan yang jauh panggang dari api,” kata Tutut.

Menurut dia, setidaknya untuk masjid-masjid dalam naungan YAMP, tuduhan itu tak bisa dipercaya. Kata Tutut, di masjid-masjid YAMP yang bercirikan arsitektur Islam khas masa penyebaran dakwah para wali itu, ada garis perjuangan yang digariskan almarhum Pak Harto. “Pak Harto menggariskan masjid itu untuk menjadi pusat peribadatan, sekaligus pusat peradaban umat di sekitarnya,” kata Tutut.

Karena itulah, Pak harto menurutnya meyakini bahwa masjid harus menjadi tempat paling nyaman dan aman bagi warga untuk menunaikan shalat dan berbagai ibadah lainnya. Selain itu, masjid pun harus memberi manfaat pendidikan, ekonomi, seni budaya, bahkan kesehatan bagi warga sekitarnya.

Dalam kesempatan itu juga Prof Dr Emil Salim, salah seorang menteri di zaman Pak Harto. Mbak Tutut juga menyerahkan berbagai hadiah kepada beberapa masjid di dalam naungan YAMP yang memenangkan perlombaan sebagai masjid terbaik 2019. ***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/