Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
BPJPH Rilis Indonesia Global Halal Fashion, Targetkan Kejayaan di Pasar Dunia
Ekonomi
6 jam yang lalu
BPJPH Rilis Indonesia Global Halal Fashion, Targetkan Kejayaan di Pasar Dunia
2
Langsung Pantau Persiapan, Menpora Dito Ingin Berikan Kado Terbaik buat Presiden Jokowi dari Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
5 jam yang lalu
Langsung Pantau Persiapan, Menpora Dito Ingin Berikan Kado Terbaik buat Presiden Jokowi dari Olimpiade 2024 Paris
3
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
Umum
5 jam yang lalu
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
4
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
Umum
4 jam yang lalu
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
5
Nova Arianto Panggil 36 Pemain untuk Seleksi Timnas U-16 Tahap Kedua
Olahraga
3 jam yang lalu
Nova Arianto Panggil 36 Pemain untuk Seleksi Timnas U-16 Tahap Kedua
6
Okto Sebut Sudah 9 Atlet Lolos ke Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
5 jam yang lalu
Okto Sebut Sudah 9 Atlet Lolos ke Olimpiade 2024 Paris
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Jakarta Horor Screen Festival Makin Meriah

Jakarta Horor Screen Festival Makin Meriah
Senin, 16 Maret 2020 16:35 WIB
Penulis: Azhari Nasution
JAKARTA - Minggu ke 4 Gelaran Jakarta Horor Screen Festival berlangsung meriah dengan kehadiran narasumber Bagiono, Produser film, lawyer dan Ketua Pafindo, Sutrisno Buyil, Ketua Umum Forum Wartawan Hiburan (Forwan) Indonesia, artis Nadira dan Alda. Kicky Herlambang selaku penggagas kegiatan insan film ini, mengajukan tema Film horor, Murahan atau Berkelas?

Dalam diskusi santai semi talkshow bertema 'Film Horor : Murahan Atau Berkelas?' yang masih setia digelar Kamis ( 12/3/2020) malam di kedai Kopi lali Bojo, Pondok Bambu, Jakarta Timur - masing masing narasumber memaparkan pandangannya.

Kali ini Creative Director Jakarta Horror Screen Festival 2020, Teguh Yuswanto mendatangkan lima pembicara ; Sutrisno Buyil (Ketua Umum Forwan/Jurnalis senior), Muhammad Bagiono (produser), Alda Augustine, Nadira Nazmi, dan Rency Milano (Bintang Film).

Muhammad Bagiono - yang juga menjabat Ketua Umum Perkumpulan Artis Film Indonesia - termasuk luwes memaparkan pendapatnya. Gion, sapaan akrabnya, mengatakan bahwa kini film Indonesia horor yang disebut murahan mulai jarang ditemui di bioskop.

"Hal musabab , memang tak ada parameter yang pasti film horor itu murahan atau berkelas? ya gak..? Ini kan hanya soal persepsi publik sejak dulu. Bahwa letupan opini soal film horor yang notabennya di garap dengan budget murah, terkesan menjadi film murahan. Tapi bukan begitu untuk saat ini," paparnya.

Bagiono menambahkan, "Banyak kok saat ini film film horor produksi dalam negeri yang berbudget cukup mahal. Saya gakperlu sebutkan judulnya lah, tapi dari tampilan visual dan tetek bengek dalam filmnya sendiri, telah memperlihatkan sebuah kelas. " lanjutnya

Untuk itu, Bagiono kian bersemangat "Saya kurang sepakat kalau berkempbang pemikiran film horor itu kelas murah. Intinya emua film tinggal tergantung sejauh apa keseriusan penggarapannya, secara totalitas yah. Begitupun keseimbangan antara besarnya biaya produksi dengan promosi..? Penting juga diperhatikan," letup Gion.

Sementara , Sutrisno Buyil -Jurnalis kondang yang puluhan tahun malang melintang di area showbizz mengatakan jika masih ada film horor dengan biaya produksi murah dan penggrapan yang asal saja, maka nggak akan lama umurnya di bioskop.

"Pasar atau masyarakat kita sudah cerdas memilah milih mana film berkualitas dan tidak. Sebut saja semisal film horor yang meraih jutaan penonton, jelas terbukti bahwa film itu punya selera pasar alias cerdas menyimak minat pasar. Maka masyarakat juga menyambutnya untuk nonton ke bioskop," ujar Buyil.

Buyil meyakini, kalau masih ada produser yang coba-coba memproduksi film biaya murahan, akan ditinggal penontonnya. "Nah jika masih ada film-film horor dengan biaya produksi murah, penggarapan yang sesuka hati atau minimalis lah, meski juga ditambal pakai bintang terkenal nggak menjamin bisa sukses komersil. apalagi yah biaya promosinya juga ikut-ikutan minimalis, " lanjutnya.

Perbincangan kian hangat saat dua artis belia ikut berbicara, seperti Alda Augustine dan Nadira Nazmi. "Aku rasa banyak kok sekarang sineas dan film maker yang mulai serius menyimak selera pasar. yah sejujurnya sih menurutku film horor masih punya kekuatan menyumbang penonton banyak di bioskop. Ambil contoh semisal film horor yang keluaran studio raksasa dan digarap oleh sutradara beken yang punya catatan komersil untuk membuat film horor. Maka biasanya nilai jual filmnya juga tinggi," jelas Alda.

"Yah, tapi tetap mesti juga diimbangi oleh biaya promosi yang bagus juga. Karena kultur masyarakat kita ini kan unik yah, ada film bagus tapi miskin promosi, malah sedikit penayangannya. tapi ada film yang ceritanya biasa, dibintangi aktor kondang dan rentetan lainnya, malah penontonnya banjir di bioskop karena kekuatan promosi tadi," timpal Nadira Nazmi.

Rency Milano justru memaparkan kenapa filmmaker kita selalu menampilkan sosok hantu yang itu-itu saja. "Persoalan murahan atau berkelas kan juga terlihat dari konten film horornya, artinya semua film horor kan punya premis masing-masing. hal ini juga menjadi nilai jualnya. Tapi mungkin saya perlu memberikan catatan bahwa sesuatu yang horor bukan harus setan dan hantu. Suasana mencekam dan ngeri itu juga horor, " pungkasnya menutup acara obrolan. ***

wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77