Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Aditya Bagus Arfan Tuntaskan Misi di Pertamina Indonesian Grand Master Tournament 2024
Olahraga
13 jam yang lalu
Aditya Bagus Arfan Tuntaskan Misi di Pertamina Indonesian Grand Master Tournament 2024
2
Tak Sabar Main di Timnas Indonesia, Maarten Paes Sebut Momen Besar Jadi WNI
Olahraga
22 jam yang lalu
Tak Sabar Main di Timnas Indonesia, Maarten Paes Sebut Momen Besar Jadi WNI
3
Kadis Nakertransgi: Pemprov DKI Berkomitmen Tingkatkan Kesejahteraan Pekerja
Pemerintahan
13 jam yang lalu
Kadis Nakertransgi: Pemprov DKI Berkomitmen Tingkatkan Kesejahteraan Pekerja
4
Digosipkan Pacari Putri Zulkifli Hasan, Venna Melinda Dukung Verrel Bramasta
Umum
10 jam yang lalu
Digosipkan Pacari Putri Zulkifli Hasan, Venna Melinda Dukung Verrel Bramasta
5
Tom Holland dan Zendaya Rahasiakan Persiapkan Pernikahan
Umum
10 jam yang lalu
Tom Holland dan Zendaya Rahasiakan Persiapkan Pernikahan
6
Prilly Latuconsina Bikin Film Horor 'Temurun' Jadi Ajang Fun Run
Umum
10 jam yang lalu
Prilly Latuconsina Bikin Film Horor Temurun Jadi Ajang Fun Run
Home  /  Berita  /  Riau

Miris Satwa Khas Sumatera Punah, Doktor Berusia 70 Tahun Ini Protes Supaya Hutan di Riau tak Diubah Jadi Akasia

Minggu, 20 November 2016 20:00 WIB
Penulis: Ratna Sari Dewi
PEKANBARU - Kebakaran lahan dan hutan (Karlahut) yang menyebabkan bencana asap dan kegundulan hutan di Provinsi Riau memang menyedot perhatian publik mulai dari nasional hingga internasional.

Bukan sesekali dua kali, karlahut di Riau sudah menjadi momok yang menahun selama 19 tahun. Beruntung dipenghujung tahun 2016 ini, musim penghujan di Riau terbilang cukup panjang. Sehingga, beban satuan tugas (Satgas) dalam menanggulangi dan mencegah beberapa hotspot yang mulai bermunculan setidaknya mendapat bantuan siraman air kuasa Tuhan Yang Maha Esa.

Bermula dari keprihatinan terhadap bencana kabut asap yang menggempur masyarakat Riau sepanjang 2015 lalu, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia menggelar diskusi umum yang mengangkat tema Kolaboratif Manajemen untuk Peningkatan Tata Kelola Hutan Produksi yang Lestari.

Kegiatan diskusi yang termasuk dalam serangkaian acara dalam gelaran Festival Media AJI 2016 di Kota Pekanbaru, Riau itu, menggandeng The Nature Conservancy (TNC) dan Society of Indonesian Environmental Journalists (SEIJ) sebagai pemateri.

Belasan peserta yang terdiri dari AJI di seluruh Indonesia pun tampak fokus membiarkan pemateri mengupas isu-isu lingkungan di Riau. Salah satunya mengenai konservasi gambut oleh pengelola KPHP Model Tasik Besar Serkap. KPHP tersebut turut mengelola sebagian gambut di Semenanjung Kampar yang merupakan kawasan hutan rawa gambut di pesisir Timur Sumatera dengan luas 680.000 hektare.

Tanpa diduga ditengah-tengah diskusi yang telah berselang selama satu jam lamanya, ternyata menarik perhatian seorang kakek yang mengaku berusia 70 tahun. Dengan santun, kakek berkacamata yang diketahui bernama Dr Samaruddin Siregar ini pun meminta izin untuk bergabung dalam diskusi yang notabenenya diikuti kalangan berusia jauh dibawahnya.

Ternyata, Dr Samaruddin Siregar yang pernah menjadi dosen di Hawaii dan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim (UIN Suska) Riau itu mengaku tertarik dengan diskusi lingkungan ini lantaran merasa prihatin dengan satwa khas Sumatera yang mulai punah karena rusaknya habitat mereka.

"Harimau Sumatera punah, semuanya punah karena kelestarian alam tidak terjaga. Saya berharap kawasan hutan di Riau tidak diseragamkan semua. Tetapi ada kawasan-kawasan tertentu yang harus dipertahankan untuk menjaga spesies-spesies lain. Jangan semua hutan diubah jadi akasia," kata Samaruddin berapi-api. ***

Kategori:Pemerintahan, Riau
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/