Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Rohmalia Pecahkan Rekor Dunia Cricket di Seri Bali Bash International
Olahraga
19 jam yang lalu
Rohmalia Pecahkan Rekor Dunia Cricket di Seri Bali Bash International
2
Melaju ke Semifinal Piala Asia U 23, STY Sebut Meningkat Kepercayaan Timnas U 23 Indonesia
Olahraga
20 jam yang lalu
Melaju ke Semifinal Piala Asia U 23, STY Sebut Meningkat Kepercayaan Timnas U 23 Indonesia
3
Timnas Cricket Putri Indonesia Kalahkan Mongolia di Bali Bash Internasional
Olahraga
19 jam yang lalu
Timnas Cricket Putri Indonesia Kalahkan Mongolia di Bali Bash Internasional
4
Kembali Unjuk Kebolehan, Aditya Kalahkan Pecatur Kawakan GM Thien Hai Dao
Olahraga
13 jam yang lalu
Kembali Unjuk Kebolehan, Aditya Kalahkan Pecatur Kawakan GM Thien Hai Dao
5
Seleksi Lokakarya Wasit dan Asisten Wasit Liga 3 Tahun 2023/2024 Bergulir
Olahraga
14 jam yang lalu
Seleksi Lokakarya Wasit dan Asisten Wasit Liga 3 Tahun 2023/2024 Bergulir
6
Hadapi Uzbekistan di Semifinal, Timnas U 23 Indonesia Diharapkan Bisa Tampil Seperti Lawan Korsel
Olahraga
11 jam yang lalu
Hadapi Uzbekistan di Semifinal, Timnas U 23 Indonesia Diharapkan Bisa Tampil Seperti Lawan Korsel
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Komisi VII DPR: Pemerintah Harus Berhitung Matang Hadapi Freeport di Arbiterase

Komisi VII DPR: Pemerintah Harus Berhitung Matang Hadapi Freeport di Arbiterase
Kamis, 23 Februari 2017 14:26 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy
JAKARTA - Komisi VII DPR RI, Hari Purnomo mengatakan bahwa pemerintahan Joko Widodo – Jusuf Kalla harus memperhitungkan matang-matang jika memang mau menghadapi PT Freeport di peradilan Arbiterase.

"Kita harus berhitung juga, kalau terjadi ini apa sikap kita,"kata Hari di DPR RI, Kamis, (23/2/2017) saat menjadi narasumber diskusi di Press Room DPR.

Sebab lanjut Hari, posisi pemerintah Indonesia saat ini tidak kuat jika harus bertarung melawan Freeport di Arbiterase.

Freeport, hari juga mengatakan, sangat paham konsisi sosial kemasyarakatan yang ada di republik tercinta ini, terutama daerah Papua.

"Kalau berhenti operasi tentu kita alami kerugian terutama masyarakat di papua, ini harus diperhitungkan. Freeport pahami hal ini. posisi kita memang lemah," tukasnya.

Jika republik ini kuat, jelas Hari, sudah barang tentu perusahaan Amerika dalam bidang pertambangan tersebut tidak akan berani membawa persoalan tersebut ke ranah hukum internasional.

"Memang ke arbitrase posisi kita tidak kuat, kelemahan kita ada. Kalau kita kuat tidak akan terjadi seperti ini," tandasnya.

"Saya sinyalir ada pihak lain yang ingin ambil keuntungan, dari kekuatan lain. Kecurigaan saya begitu percaya dirinya pemrintah mengambil sikap ini. Walaupun kita punya pengalaman buruk maju ke arbitrase. Tidak kecil kerugiannya secara materil, belum secara non materiil," tegas Hari.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Energy Watch Indonesia, Ferdinand Hutahaean dalam kesempatan itu mengatakan hal senada. Dia menduga ada kepentingan negara tertentu yang menginginkan keuntungan dalam konflik pemerintah dengan Freeport. "Apakah kemelut ini sengaja diciptakan karena papa papa itu gagal dapat saham kemarin? Jangan kita berperang dengan kepentingan terselubung. Jangan sampai kepentingan asing berganti dengan kepentingan aseng," katanya.

Pemerintahan Jokowi-JK telah salah dalam mengambil kebijakan berkonflik dengan Freeport. Padahal, katanya, pemerintah masih memiliki jalan lain yang bisa menjadi solusi atas konflik itu sendiri. "Pemerintah salah menerapkan kebijakan yang ada. Seharusnya amendemen dulu kontrak karyanya. Supaya kita bisa paksakan semua konten yang ada dalam undang-undang minerba ke dalam kontrak karya," pungkasnya. ***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/