Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Lestarikan Warisan Budaya Batak Lewat Konser Musik Anak Ni Raja
Umum
22 jam yang lalu
Lestarikan Warisan Budaya Batak Lewat Konser Musik Anak Ni Raja
2
Veddriq Juara di Shanghai, Panjat Tebing Selangkah Lagi Tambah Tiket Ke Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
23 jam yang lalu
Veddriq Juara di Shanghai, Panjat Tebing Selangkah Lagi Tambah Tiket Ke Olimpiade 2024 Paris
3
Rakor PON XXI di Medan, Menpora Dito Sebut Kesiapan Sumatera Utara Sudah Matang
Olahraga
23 jam yang lalu
Rakor PON XXI di Medan, Menpora Dito Sebut Kesiapan Sumatera Utara Sudah Matang
4
Srikandi PLN Mengajar, Mahasiswa LP3I Jakarta Gali Lebih Dalam Peran Humas di Era Digital
Umum
9 jam yang lalu
Srikandi PLN Mengajar, Mahasiswa LP3I Jakarta Gali Lebih Dalam Peran Humas di Era Digital
5
Tampil di Kandang, Borneo FC Lebih Percaya Diri Hadapi Madura United FC
Olahraga
8 jam yang lalu
Tampil di Kandang, Borneo FC Lebih Percaya Diri Hadapi Madura United FC
6
Hadapi Borneo FC di Leg Kedua Semifinal, Rakhmat Basuki: Ada Energi Positif
Olahraga
8 jam yang lalu
Hadapi Borneo FC di Leg Kedua Semifinal, Rakhmat Basuki: Ada Energi Positif
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Rapat Pleno ke-13, Lembaga Pengkajian MPR RI Bahas Perekonomian Nasional

Rapat Pleno ke-13, Lembaga Pengkajian MPR RI Bahas Perekonomian Nasional
Kesenjangan sosial (ilustrasi)
Selasa, 11 April 2017 20:25 WIB
JAKARTA - Lembaga Pengkajian MPR RI, Selasa (11/4/), di Ruang GBHN, Gedung Nusantara V, Kompleks Gedung MPR/DPR/DPD, Senayan, Jakarta menggelar Rapat Pleno ke-13 dengan bahasan utama soal Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial Berdasarkan UUD NRI Tahun 1945.

Rapat yang dipimpin oleh Ketua Lembaga Pengkajian Rully Chairul Azwar ini menampilkan tiga narasumber utama yang membahas soal perekonomian nasional dan kesenjangan sosial yakni, Prof. Dawan Rahardjo, Dr. Subiakto Tjakwawerdaja dan Dr. Ichsanuddin Noorsy.

Para pakar ekonomi tersebut satu persatu memaparkan pemikirannya soal perekonomian nasional Indonesia. Prof. Dawam Rahardjo mengatakan dengan memgutip perkataan seorang ekonom Indonesia Prof. Dr. Sarbini Sumawinata bahwa sistem perekonomian Indonesia pada intinya adalah untuk memberantas kemiskinan dan pengangguran.

“Untuk mewujudkan hal tersebut, ada tiga modus yang beliau lakukan yakni pembangunan yang dilakukan dari desa, kedua monetisasi perekonomian.  Jadi harus ada monetisasi di pedesaan. Ketiga adalah penggunaaan teknologi tepat guna termasuk IT,” ungkapnya.

Dalam kesempatan yang sama, Dr. Subiakto Tjakrawerdaja daalam salah satu pembahasan dalam makalahnya mengungkapkan bahwa Sistem Pancasila adalah harus melihat beberapa kaidah antara lain Hakikat Manusia Pancasila yakni, manusia Pancasila bukan individu terasing yang bebas dari ikatan masyarakat dan semata-mata mencari keuntungan pribadi.

“Kaidah lainnya adalah Negara Kekeluargaan ciri-cirinya diantaranya adalah Antara rakyat dan negara tidak terdapat perbedaan kepentingan, Yang berdaulat adalah seluruh rakyat Indonesia bukan individu dan Kebebasan manusia adalah kebebasan relasional,” katanya.

Sedangkan pakar ekonomi Ichsanuddin Noorsy menegaskan bahwa perekonomian nasional harus kembali kepada Ekonomi Konstitusi 1945.  Dengan tegas Ichsanuddin Noorsy mengatakan bahwa bangsa ini selama ini Idnoensia selalu menjadi objek kebijakan perekonomian bangsa lain atau objek lembaga multilateral.

''Banyak sekali kaidah-kaidah perekonomian bangsa kita yang tegas nyata-nyata ada dalam konstitusi ternyata banyak dipakai secara tidak senagaja atau diadopsi bangsa lain.  Konsep dan pemikiran sistem perekonomian kita sesuai konstitusi ternyata dibahas oleh dunia seharusnya kita menyadari hal tersebut,'' tandasnya. ***

Editor:Hermanto Ansam
Kategori:DKI Jakarta, Ekonomi, GoNews Group
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/