Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Satoru Mochizuki Tetapkan 13 Pemain Timnas Wanita Tampil di Piala Asia Wanita U 17
Olahraga
16 jam yang lalu
Satoru Mochizuki Tetapkan 13 Pemain Timnas Wanita Tampil di Piala Asia Wanita U 17
2
Indonesia Melaju ke Final Piala Uber 2024, Komang Ayu Jadi Bintang
Olahraga
15 jam yang lalu
Indonesia Melaju ke Final Piala Uber 2024, Komang Ayu Jadi Bintang
3
Ginting Kalahkan Chou Tien Chen, Indonesia Unggul 1-0
Olahraga
14 jam yang lalu
Ginting Kalahkan Chou Tien Chen, Indonesia Unggul 1-0
4
Meski Cerai, Ria Ricis dan Teuku Ryan Tetap Jaga Hubungan Baik
Umum
12 jam yang lalu
Meski Cerai, Ria Ricis dan Teuku Ryan Tetap Jaga Hubungan Baik
5
Indonesia Raih Tiket Final Piala Thomas 2024, Jojo: Fajar/Rian Penentu
Olahraga
11 jam yang lalu
Indonesia Raih Tiket Final Piala Thomas 2024, Jojo: Fajar/Rian Penentu
6
Ed Sheeran Pilih Fokus Tur, Belum Mau Rilis Lagu Baru Tahun Ini
Umum
12 jam yang lalu
Ed Sheeran Pilih Fokus Tur, Belum Mau Rilis Lagu Baru Tahun Ini
Home  /  Berita  /  GoNews Group
Internasional

Belum 40 Tahun, Macron Jadi Presiden Prancis Termuda

Belum 40 Tahun, Macron Jadi Presiden Prancis Termuda
Emmanuel Macron. (republika.co.id)
Senin, 08 Mei 2017 10:41 WIB
PARIS - Penasihat pemerintah yang tidak dikenal,Emmanuel Macron, terpilih menjadi Presiden Prancis. Usia Macron belum genap 40 tahun, sehingga dia merupakan Presiden Prancis termuda.

Tokoh sayap tengah itu menemui massa ketika terjadi gelombang nasionalisme ekonomi dan politik setelah Inggris memutuskan untuk keluar dari Uni Eropa dan Donald Trump terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat.

Terpilihnya Macron juga menandai adanya perubahan generasi pada politik Prancis yang telah lama ditunggu-tunggu. Setelah wajah lama mendominasi (politik Prancis) selama beberapa tahun.

Ia juga akan menjadi pemimpin negara termuda di antara anggota G7. Ini juga menghasilkan perbandingan antara pemimpin muda masa lalu dan sekarang. Dari Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau ke mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair dan bahkan Presiden AS John F. Kennedy.

Banyak hal dari Macron yang menjawab kerinduan mendalam akan wajah segar di pemerintahan Peancis. Ditambah  dengan semangat optimismenya yang dianggap langka di negara yang telah lama mengalami penurunan nasional.

''Kampanyenya seperti terapi kelompok, untuk mengubah rakyat Prancis menjadi optimis,'' kata penulis Michel Houellebecq, Senin (8/5).

Kekalahan tak terduga para rivalnya mengejutkan banyak pihak. Akan tetapi tak dipungkiri Macron juga memiliki taktik dalam pemenangan ini. Macron seperti ditakdirkan untuk terus meningkatkan pendirian Prancis ketika dia memutuskan untuk menerapkan keahliannya sebagai bankir pembuat kesepakatan investasi ke dunia politik.

Meskipun dia cukup menelan kekecewaan untuk menyuarakan pesan anti-kelompok mapan yang kuat, saat dia hanya menjabat Menteri Ekonomi selama dua tahun.

Namun dia telah berjanji untuk menyingkirkan sistem di mana dia berasal. Di mana dia telah mengenyam pendidikan di sekolah-sekolah paling bergengsi di Prancis, menjadi perantara dalam akuisisi perusahaan senilai 10 miliar dolar AS, dan melayani pemerintahan Sosialis di bawah Presiden Francois Hollande.

''Prancis telah terblokade oleh kecenderungan melayani sendiri elitnya,'' katanya saat pidato di hadapan pendukungnya di selatan kota Pau.

''Dan saya akan sedikit bercerita, (sambil menurunkan suaranya), saya tahu itu, saya adalah bagian dari itu,'' ujarnya melanjutkan.

Macron lahir di Amiens, Rust Belt utara, dari keluarga dokter. Dia menikah saat usianya masih 15 tahun, dengan janda yang terpaut 24 tahun dengannya, Brigitte Trogneaux. Ia adalah seorang guru drama yang telah memiliki tiga anak dari suami pertamanya. Pernikahan keduanya yang dianggap tak biasa cukup menghebohkan masyarakat.

Usai menyelesaikan sekolah menengah, ia pindah ke Paris dan melanjutkan di akademi Sciences-Po dan Ecole Nationale d'Adminiatration (ENA), tempat para elit politik belajar. Ia juga pernah menjadi asisten peneliti filsuf Paul Ricoeur.

Setelah menyelesaikan sekolahnya, Macron bekerja di sektor pelayanan publik. Lalu bergelut di perbankan di bidang akuisisi bank investasi Rothschild. Ia telah membantu Nestle mengakuisisi divisi makanan bayi Pfizer yang membuatnya mendapatkan banyak uang.

Lalu setelah di Rothschild, ia menjadi staf Hollande di Elysee pada 2012. Tak lama kemudian dia diangkat  menjadi Menteri Ekonomi. ''Dia selalu ingin berada di dunia politik, dipilih. Dia selalu membicarakannya,'' kata teman sejawatnya di ENA Gaspard Gantzer.

Di pemerintahan, Macron sudah mulai mengubah beberapa model sosial Prancis. Seperti peraturan 35 jam kerja per pekan, perlindungan kerja yang kuat, dan budaya pekerjaan pegawai negeri sipil yang berlaku seumur hidup.

Kemenangan Macron dianggap sebagai pesan yang membuatnya mendapatkan popularitas yang mengejutkan. Di mana Prancis biasa meremehkan mantan bankir, pekerja keuangan. Ini juga sebagai penghinaan bagi tradisionalis kiri. Di mana tokoh sayap kiri Francois Ruffin pernah menuliskannya pada pekan lalu dalam surat terbuka, ''Anda sudah dibenci bahkan sebelum menginjakkan kaki di Elysee.''***

Editor:hasan b
Sumber:republika.co.id
Kategori:GoNews Group, Politik
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/