Panglima: TNI Tak Bisa Dipisahkan dengan Ulama dan Santri
Hal itu ditegaskan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo. Dijelaskan Gatot, ratusan tahun perjuangan di Indonesia masih bersifat kedaerahan dan dilakukan sendiri-sendiri. Beberapa tokoh perjuangan seperti Cut Nyak Dhien, Tuanku Imam Bonjol, Sisingamangaraja, berjuang untuk daerahnya masing-masing.
Namun saat para ulama merapatkan barisan, umat disatukan bersama-sama dengan Sumpah Pemuda. Gatot menyebut di situ ada fatwa dan perintah ulama agar santri juga bersatu.
Bahkan menurutnya, sebelum TNI lahir perjuangan rakyat dipimpin para ulama. Dengan gotong royong, berkat perjuangan dari tahun 1928 sampai tahun 1945, Indonesia dapat merdeka.
''Ini yang saya katakan tidak bisa dilepaskan antara TNI dengan para ulama di manapun juga,'' kata Gatot saat melakukan safari Ramadan di lapangan Grup 1 Kopassus, Kota Serang, Jumat (16/6/2017).
Saat Indonesia merdeka, para santri dan ulama kemudian kembali ke pesantren. Namun ada yang tetap ditugaskan menjaga keamanan rakyat dalam wadah yang disebut Badan Keamanan Rakyat.
Bukti lain mengenai TNI, ulama dan santri tidak bisa dipisahkan adalah saat didirikannya TNI, pimpinan pertamanya adalah seorang santri. Jenderal Soedirman menurutnya adalah seorang guru agama.
Selanjutnya, saat kedatangan sekutu kembali ke Indonesia, ulama dan santri menurut Gatot juga berperan dalam perjuangan. Apalagi ada Kiai Hasyim Asy'ari yang mengeluarkan fatwa jihad waktu itu.
''Cikal bakal TNI dan Polri adalah para ulama. Ini yang harus kita sama-sama ingatkan lagi,'' katanya.
Dalam safari Ramadan Panglima TNI di Banten kali ini, hadir Gubernur Banten Wahidin Halim, ulama karismatik pengurus pesantren Cidahu Pandeglang Abuya Muhtadi Dimyathi. Selain itu hadir para santri dan santriwati se-Banten.***
Editor | : | hasan b |
Sumber | : | detik.com |
Kategori | : | Umum, GoNews Group |