Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Manager Timnas Putra dan Timnas Wanita Indonesia Terisi
Olahraga
1 jam yang lalu
Manager Timnas Putra dan Timnas Wanita Indonesia Terisi
2
Bambang Asdianto Bicara Kesiapan Pemain Timnas Basket Indonesia Jelang SEABA U-18 Women’s di Thailand
Olahraga
1 jam yang lalu
Bambang Asdianto Bicara Kesiapan Pemain Timnas Basket Indonesia Jelang SEABA U-18 Women’s di Thailand
Home  /  Berita  /  GoNews Group

"Kampung warna-warni" Jodipan Malang, Dulu Jorok dan Kumuh, Sekarang Jadi Tujuan Para Wisatawan Mancanegara

Kampung warna-warni Jodipan Malang, Dulu Jorok dan Kumuh, Sekarang Jadi Tujuan Para Wisatawan Mancanegara
Kampung "Warna-warni" Jodipan. (Muslikhin/GoNews.co).
Minggu, 30 Juli 2017 00:45 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy
MALANG - Kampung Wisata Jodipan awalnya adalah kawasan kumuh, terkenal jorok di Kota Malang, Jawa Timur. Namun saat ini, kesan jorok, kumuh di kampung yang sekarang terkenal dengan "Kampung Warna-warni" sudah tak bisa anda jumpai.

Pasalnya, kampung tersebut sudah disulap menjadi objek wisata yang hampir setiap akhir pekan diperkirakan jumlah pengunjung yang datang mencapai ratusan orang, bahkan ribuan.

Wartawan GoNews.co, yang kebetulan turut serta dalam acara "Press Gathering" Koordintoriat Wartawan Parlemen, di Kota Malang, mencoba menelusuri kampung tersebut, Sabtu (29/7/2017).

Dari pantauan disana, tampak sejumlah wisatawan baik lokal maupun mancanegara tampak berkeliling melalui gang-gang sempit di dalam kampung yang berada bantaran Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas.

Meski begitu, warga di sana tetap beraktivitas seperti biasa. Meskipun para pengunjung gaduh, tertawa dan ngobrol sambil foto suasana kampung ataupun berselfie ria.

Selain gang-gang sempit, para wisatawan termasuk rombongan wartawan parlemen, juga sekali-sekali memanfaatkan jembatan, sungai atau dinding-dinding yang didesain dengan gambar-gambar unik untuk jadi baground foto.

"Indah dan rapi, kalau dari cerita warga ini dulu kumuh dan kotor, tapi kok bisa cantik seperti ini ya," ujar Marlens Sitompul yang merupakan wartawan dari Jurnas.com.

Sementara itu, dari pemaparan Walikota Malang A. Anton kepada GoNews.co, mengatakan, selain Kampung Jodipan, sebenarnya, masih ada lokasi yang hampir sama di Kota Malang.

"Selain Jodipan, ada juga namanya Kampung Tridi (3D), konsepnya sama warna-warni. Kemudian satu lagi namanya "Kampung Putih", nah ini nuansanya memang catnya putih semua," ujar Walikota Malang.

Warga Bingung Kenapa Kampungnya Jadi Ramai

Dengan ramainya pengunjung ke Kampung Jodipan, ternyata selain membawa berkah bagi warganya, juga membuat ikon Kota Malang semakin tenar bahkan sampai ke luar negeri.

Namun siapa sangka, warga disana justeru masih bingung hingga sekarang. Seperti yang diungkapkan langsung Ketua RW 2 Kelurahan Jodipan, Soni Parin.

Dirinya mengaku masih bingung, kampungnya yang dulu dikenal sebagai permukiman kumuh sekarang malah menjadi obyek wisata alternatif.

"Ya warga disini bingung, saya yang punya kampung juga bingung sendiri, awalanya ya kami bertanya-tanya, apa ya yang mereka lihat. Sampai ada orang Belanda, Australia, Jerman dan lain-lain sampai kemari," cerita pria berbadan gemuk saat diwawancara beberapa wartawan.

Di Kampung ini kata Sono, ada sekitar 107 rumah yang di cat warna-warni dengan gambar beraneka ragam. Seperti bunga, kartun, juga berbagai gambar lainnya.

"Awalnya kampung saya ini sangat kotor, saat itu adek-adek mahasiswa dari Universitas Muhammaidyah Malang yang tergabung dalam kelompok guyspro datang kesini meminta salah satu rumah warga di cat. Dan seiring berjalannya waktu, dari satu menjadi dua, tiga dan seterusnya. Setelah di cat, ternyata kelihatan rapi, warga yang awalnya buang sampah sembarangan, dengan sendirinya sadar, rumah sudah bagus mosok jorok to," paparnya.

Hingga akhirnya kata dia, lama kelamaan warga banyak yang sadar akan manfaat kebersihan. Perilaku warga di bantaran sungai yang membuang sampah ke sungai, Jodipan akhirnya berangsur hilang.

Apalagi, lokasi kampung tersebut juga terlihat jelas dan memiliki lanskap yang bagus dilihat dari jembatan Jalan Gatot Subroto.

"Saat itu, ada sekitar 30 tukang cat yang mengubah kampung kumuh Jodipan menjadi seperti ini. Dan warga termasuk saya, juga tak menyangka Jodipan kemudian menjadi tujuan wisata," tandasnya.

Selain mahasiswa kata dia, proses pengecatan juga dilakukan oleh masyarakat dengan bantuan tentara dan juga bantuan salah satu produsen cat di Malang pada Juni 2016.

"Warga membantu secara sukarela, ya membantu mengecat ada yang membantu konsumsi," kata Soni.

Kampung ini mulai dikenal luas sejak fotonya dibagikan ke media sosial. Meski secara fisik kondisi rumah warga di kampung ini sudah diperbaiki dan temboknya dicat warna-warni, tetapi masalah utama di permukiman ini yaitu sanitasi belum dapat teratasi pada awalnya. Soni mengatakan tak semua rumah memiliki toilet dan warga sering membuang sampah di sungai. Tetapi rupanya, kedatangan para wisatawan justru mengubah perilaku warga.

Sebuah toilet umum digunakan warga secara bergantian. "Dulu membuang sampah ya ke sungai, sekarang malu banyak orang datang kesini mas. Dan alhamdulillah, ternyata hal ini disambut baik oleh Pemerintah Kota Malang, dengan melakukan upaya promosi melalui Dinas Pariwisata," tukasnya.

Sejumlah tempat sampah untuk menampung sampah warga dan pengunjung. Sampah-sampah itu akan diangkut petugas kebersihan setiap hari.

Biaya untuk mengangkut sampah itu didapat dari 'tiket masuk' seharga RP2.000 per pengunjung. Selain untuk sampah uang tersebut juga digunakan untuk perawatan lingkungan.

Sementara itu, Ketua Koordinator Wartawan Parlemen, Rhomdony Setiawan mengatakan, pihaknya sengaja mengajak seluruh awak media dalam Press Gathering ke Kampung Jodipan, tak ada tujuan lain untuk memenuhi rasa penasaran, dan mengekplore kembali destinasi wisata di Indonesia.

"Sebenarnya bukan hanya Kampung Jodipan, kita disini juga mengeksplorasi wisata Bromo, dan setiap Gathering kita memastikan selalu mendatangi lokasi-lokasi wisata baik itu yang alami, maupun buatan. Kedua kita juga ingin lebih mengenal serta mendekatkan diri dengan masyarakat yang ada di daerah," tandas Dony. ***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/