Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Semangat Claudia Scheunemann untuk Garuda Pertiwi
Olahraga
15 jam yang lalu
Semangat Claudia Scheunemann untuk Garuda Pertiwi
2
Borneo FC Jalani Latihan Perdana Hadapi Championship Series
Olahraga
14 jam yang lalu
Borneo FC Jalani Latihan Perdana Hadapi Championship Series
3
Tak Kesulitan Adaptasi, Sonny Stevens Pernah Jadi Striker
Olahraga
14 jam yang lalu
Tak Kesulitan Adaptasi, Sonny Stevens Pernah Jadi Striker
4
Bali United Fokus Persiapan Leg Pertama Championship Series
Olahraga
14 jam yang lalu
Bali United Fokus Persiapan Leg Pertama Championship Series
5
Elias Dolah Ingin Belajar Surfing
Olahraga
14 jam yang lalu
Elias Dolah Ingin Belajar Surfing
6
Ketum PITA: Tiga Penghargaan Bappenas Bukti Kinerjanya Heru di DKI Moncer
Pemerintahan
15 jam yang lalu
Ketum PITA: Tiga Penghargaan Bappenas Bukti Kinerjanya Heru di DKI Moncer
Home  /  Berita  /  Sumatera Utara

Tombak Sulu-sulu, Gua Muasal Kelahiran Sisingamangaraja I

Tombak Sulu-sulu, Gua Muasal Kelahiran Sisingamangaraja I
Sabtu, 12 Agustus 2017 09:01 WIB

Humbahas-Salah satu situs budaya yang ada di Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas) adalah tombak sulu-sulu. Tombak ini ini adalah sebuah gua batu yang dalam keyakinan sebagian orang Batak (Toba) merupakan muasal kelahiran Sisingamangaraja.

Salah satu situs budaya yang ada di Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas) adalah tombak sulu-sulu. Tombak ini ini adalah sebuah gua batu yang dalam keyakinan sebagian orang Batak (Toba) merupakan muasal kelahiran Sisingamangaraja.

Dalam folklore yang berkembang di masyarakat Humbahas, disebutkan di sanalah ibunda Sisingamangaraja I, yakni Boru Pasaribu menerima “wahyu” dari Tuhan.

Dalam cerita rakyat itu dikisahkan Boru Pasaribu sengaja datang ke gua itu untuk berdoa meminta anak laki-laki. Ia pun melakukan tapa demi tujuannya itu.

Tak berapa lama ia pun bermimpi kelak akan mendapat seorang anak laki-laki. Mimpinya terbukti. Boru Pasaribu melahirkan seorang anak laki-laki. Dikatakan ia akan melahirkan seorang anak laki-laki yang kelak akan menjadi seorang raja di Bakkara.

Diduga hal itu terjadi kurang lebih pada abad ke 16 M. Anak laki-laki itu kemudian diberi nama Manghuntal. Manghuntal inilah yang dikenal sebagai Sisingamangaraja I. Dari sinilah trah Sisingamangaraja dimulai. Mereka memerintah negeri Bakkara. Trah ini berakhir pada Sisingamangaraja XII yang gugur di tangan Belanda pada 1907.

Cerita ini juga diakui Raja Tonggo Sinambela, cicit Sisingamangaraja XII. Menurutnya, cerita-cerita rakyat seperti itu adalah bagian dari sejarah masyarakat itu sendiri.

“Yang harus dilihat adalah nilai dan kearifan yang ada di dalamnya,” ujar Raja Tonggo.

Secara fisik, tombak sulu-sulu termasuk unik. Ia dililit akar-akar pohon besar yang menjuntai. Pohon itu dalam bahasa lokal disebut pohon sangka madeha. Posisi gua batu berada di tebing jurang. Tepat di kaki bukit dengan posisinya tersembunyi. Lokasinya jauh dari pemukiman. Untuk menuju ke sana, harus melewati sejumlah perkampungan dan persawahan. Memasuki tombak sulu-sulu, seolah memasuki kawasan hutan yang gelap dan dingin.

Dalam terminologi bahasa Batak Toba, tombak sulu-sulu memiliki arti tersendiri. Terdiri dari dua kata. Yakni tombak dan sulu-sulu.

Tombak dalam bahasa Indonesia berarti hutan belantara. Sedangkan sulu-sulu adalah obor atau penerang. Dalam arti tombak sulu-sulu adalah hutan belantara yang memancarkan setitik cahaya.

Selain tombak sulu-sulu, ada beberapa situs sejarah-budaya yang berkaitan dengan dinasti Sisingamangaraja lainnya yang ada di Baktiraja. Antara lain, Aek Sipangolu, Kompleks Istana Sisingamangaraja (I-XII).

Di kompleks istana sendiri ada terdapat sejumlah situs budaya yang berkaitan dengan dinasi Raja Sisingamangaraja. Antara lain, Makam Sisingamangaraja XI, batu siungkap-ungkapon, tikar 7 lapis, rumah bolon dan bale pasogit (rumah ibadah Sisingamangaraja dan pengikutnya).

Catatan Geologis
Terlepas dari cerita itu, tombak sulu-sulu ternyata juga memiliki catatan geologis. Menurut Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Sumatera Utara, Gagarin Sembiring, tombak sulu-sulu merupakan batuan karst yang telah berumur 250 juta tahun. Batuan ini terbentuk akibat pergeseran lempeng bumi.

Ia menjelaskan, ada kesamaan antara tombak sulu-sulu dengan gugus batuan di Bahorok. “Batuan yang sama juga ditemukan di Bukit Sabaganding, Prapat,” kata Gagarin.

Berdasarkan penelitian geologis, dalam sejarahnya Gunung Toba pernah meletus sebanyak 3 kali. Letusan ini oleh sejumlah penelitian telah menguubah iklim dunia.

Letusan pertama terjadi sekitar 800.000 tahun silam. Yang kedua meletus 300.000 tahun kemudian. Yang ketiga terjadi pada 74.000 tahun silam. Letusan ketiga dianggap paling dahsyat. Letusan itu telah mengangkat dasar Kaldera Toba ke permukaan menjadi daratan yang disebut Pulau Samosir.

Ditambahkan geolog yang merupakan bagian dari tim percepatan Geopark Kaldera Toba ini, tombak sulu-sulu merupakan jejak geologis letusan Gunung Toba yang pertama.

Menurut penelitian geologis, letusan pertama itu telah menyebabkan batuan dasar Kaldera Toba terangkat. Batuan dasar itu telah berusia 250 juta tahun. Salah satu batuan yang terangkat itu adalah tombak sulu-sulu.

“Namun saat Gunung Toba itu meletus sebagian besar batuan dasar ini tertutupi abu vulkanik yang tebal. Abu vulkanik ini kemudian membatu. Sehingga sebagian besar batuan dasar Kaldera Toba di kawasan ini terdiri dari lapisan-lapisan, termasuk tombak sulu-sulu,” jelas Gagarin.

Editor:Wen
Sumber:medanbisnis
Kategori:Sumatera Utara, Pendidikan, Umum
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/