Kritikus Film Bisa Memajukan Dunia Perfilman Indonesia
MEDAN-Pembukaan Workshop penulisan kritik film dan artikel film non-kritik apreasiasi film Indonesia diikuti 46 peserta dari media massa, akademisi, komunitas film dan kritikus yang diselenggarakan dari tanggal 7 s/d 8 September 2017 di Hotel Four Point By Sheraton Medan.
Dalam sambuntannya Ketua Pojka Kritik Film Indonesia, Wina Armada mengatakan tujuan dari Workshop penulisan kritik film dan artikel film non-kritik apreasiasi film Indonesia diikuti 46 peserta dari media massa, akademisi dan kritikus film diselenggarakan dikarena sebelum adanya kesenjangan dalam perfilman di Indonesia.
"Workshop ini untuk memperkecil kesenjangan dan banyaknya kritikus yang lahir yang membuat perfilman Indonesia banyak mendapat apreasiasi positif sehingga dunia perfilman Indonesia semakin maju," katanya.
Dan, Workshop penulisan kritik film dan artikel film non-kritik sudah dilaksanakan di Jakarta dan mereka telah membentuk komunitas baru bagi insan kritikus dalam membangun perfilman di Indonesia saat ini.
Sementara, dalam sambutannya mewakili Kepala Pusat Pengembangan Perfilman Indonesia, Jefri mengatakan pusat pengembangan film saat ini sudah berusia 2 tahun di mana berdiri sejak 2015 dibawah Sekretariatan Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI dengan program-program yang dikembangkan yaitu sub bidang izin film, apresiasi dan penghargaan serta apresiasi tenaga kerja perfilman.
"Oleh sebab itu, Workshop ini sebagai bentuk apresiasi kepada pelaku film dalam menumbuhkan literasi masyarakat terhadap film Indonesia, Sejak tahun ini program-program dijalankan seperti lomba kritik film agar arah perfilman kita sesuai dengan yang tercantum di dalam UUD 1945 yang dicita-citakan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, mensejahterakan dan menjada perdamaian dunia," jelasnya.
Dia menegaskan jika ada sebuah film yang menyesatkan dan tidak mendidik pihak kritikus harus mampu memberikan kritikan agar film tersebut tidak berdampak terhadap masyarakat luas. Seperti film "Laskar Pelangi" sebagai contoh sebagai film pencerahan dan film "Aisah biarkan kami bersaudara" di mana keragaman daerah di dalam film ini diceritakan dalam kehidupan sehari-hari.
"Jadi sebuah film bisa mencerdaskan, mensejahterakan masyarakat dan menjaga perdamain dunia. Film juga bisa menjadi jembatan pengembangan suatu daerah antara masyarakat satu dengan masyarakat lainnya. Oleh sebab itu, hendaknya kritikus film bisa menjadi harapan dalam memajukan dunia perfilman Indonesia saat ini," tambahnya.
Editor | : | Wen |
Kategori | : | Sumatera Utara, Umum |