Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Semangat Claudia Scheunemann untuk Garuda Pertiwi
Olahraga
13 jam yang lalu
Semangat Claudia Scheunemann untuk Garuda Pertiwi
2
Borneo FC Jalani Latihan Perdana Hadapi Championship Series
Olahraga
12 jam yang lalu
Borneo FC Jalani Latihan Perdana Hadapi Championship Series
3
Tak Kesulitan Adaptasi, Sonny Stevens Pernah Jadi Striker
Olahraga
12 jam yang lalu
Tak Kesulitan Adaptasi, Sonny Stevens Pernah Jadi Striker
4
Bali United Fokus Persiapan Leg Pertama Championship Series
Olahraga
13 jam yang lalu
Bali United Fokus Persiapan Leg Pertama Championship Series
5
Elias Dolah Ingin Belajar Surfing
Olahraga
12 jam yang lalu
Elias Dolah Ingin Belajar Surfing
6
Ketum PITA: Tiga Penghargaan Bappenas Bukti Kinerjanya Heru di DKI Moncer
Pemerintahan
13 jam yang lalu
Ketum PITA: Tiga Penghargaan Bappenas Bukti Kinerjanya Heru di DKI Moncer
Home  /  Berita  /  Umum

Pewaris Raja Aceh Sesalkan Proyek Pengolahan Tinja di Situs Sejarah

Pewaris Raja Aceh Sesalkan Proyek Pengolahan Tinja di Situs Sejarah
Pewaris raja-raja Aceh bersilaturahmi dan meninjau proyek IPAL di perbatasan Gampong Pande-Gampong Jawa, Kecamatan Kutaraja, Banda Aceh, Minggu (10/9/2017). [Hafiz Erzansyah]
Senin, 11 September 2017 07:36 WIB
Penulis: Hafiz Erzansyah
BANDA ACEH - ‎Keluarga besar pewaris raja-raja Aceh dan keluarga besar Tuanku melakukan pertemuan di Gampong Pande, Kecamatan Kutaraja, Banda Aceh, yang merupakan titik nol kota Banda Aceh, Minggu (10/9/2017).
 

Salah satu tujuan silaturahmi ini dilakukan untuk mengkritisi proyek pembangunan Isntalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), di perbatasan Gampong Pande dan Gampong Jawa, Kecamatan Kutaraja, Banda Aceh.

?Salah satu keturunan Raja Kuala Batee, Teuku Raja Nasruddin, dalam sambutannya mengatakan, gampong Pande merupakan tempat yang dulunya pernah menjadi kota besar semasa kerajaan Aceh. "?Banyak situs-situs sejarah dan makam-makam keturunan raja dan ulama yang bersemayam di tempat tersebut," ujarnya dalam sambutan pada kegiatan tersebut.

?Secara pribadi, dirinya menyesalkan sikap pemerintah yang membangun tempat pembuangan limbah atau tinja di lokasi yang bersejarah tersebut. Menurutnya, tindakan tersebut sebagai bentuk tidak menghormati pendahulu Aceh. "?Tempat ini tidak layak dijadikan atau dibangun tempat pembuangan limbah. Masih ada tempat-tempat atau lahan lain yang bisa digunakan pemerintah," tegasnya.

?Ia menjelaskan, menjaga situs bersejarah bukan hanya menjadi kewajiban keturunan para raja atau ulama, tetapi menjadi kewajiban seluruh masyarakat Aceh khususnya. Karena, sambung Nasruddin, situs bersejarah tersebut merupakan bukti sejarah jika Aceh? pernah jaya di masa lalu.
 
"?Ini bukan hanya kewajiban keturunan para raja-raja Aceh, tetapi menjadi kewajiban semua bangsa Aceh. Situs ini wajib dan harus dipelihara oleh nusantara," katanya.

?Pantauan GoAceh, dalam kesempatan tersebut turut dihadiri oleh keluarga besar Ulee Balang, Habib atau Alawiyin Aceh. Selain itu, tampak hadir anggota DPR RI asal Aceh Nasir Djamil, Arkeolog Aceh Husaini Ibrahim, serta puluhan mahasiswa FKIP Sejarah Unsyiah. Kegiatan tersebut berlangsung khitmad, dengan mendapat pengawalan dari puluhan personel Polsek dan Posramil Kutaraja, serta para relawan RAPI Banda Aceh.

Dalam kesempatan itu, keluarga pewaris raja Aceh dan lainnya turut berziarah di lokasi penemuan nisan makam keturunan raja yang berada di lokasi pembangunan proyek instalasi pembuangan air limbang tersebut. Tampak para peserta membacakan doa dan salawat di lokasi proyek tersebut.

Editor:Kamal Usandi
Kategori:Umum
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/