Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Indonesia Tertinggal 0-2 dari China, Fadia/Ribka: Hasilnya Belum Sesuai
Olahraga
18 jam yang lalu
Indonesia Tertinggal 0-2 dari China, Fadia/Ribka: Hasilnya Belum Sesuai
2
Indonesia Tertinggal 0-1 dari China, Gregoria Sampaikan Permohonan Maaf
Olahraga
19 jam yang lalu
Indonesia Tertinggal 0-1 dari China, Gregoria Sampaikan Permohonan Maaf
3
Indonesia Gagal Juara Piala Uber 2024, Ester Sudah Tunjukkan Perlawanan Maksimal
Olahraga
14 jam yang lalu
Indonesia Gagal Juara Piala Uber 2024, Ester Sudah Tunjukkan Perlawanan Maksimal
4
Jalani Sosialisasi VAR, Skuat Pesut Etam Antusias
Olahraga
13 jam yang lalu
Jalani Sosialisasi VAR, Skuat Pesut Etam Antusias
5
Antusiasme Alberto Rodriguez Jajal Championship Series Lawan Bali United
Olahraga
13 jam yang lalu
Antusiasme Alberto Rodriguez Jajal Championship Series Lawan Bali United
6
Ciro Alves dan Pengorbanan Untuk Persib Bandung Catat Statistik Apik
Olahraga
13 jam yang lalu
Ciro Alves dan Pengorbanan Untuk Persib Bandung Catat Statistik Apik
Home  /  Berita  /  GoNews Group

E.E. Mangindaan: Tantangan Kita Menjaga Kemajemukan dan Rasa Persatuan

E.E. Mangindaan: Tantangan Kita Menjaga Kemajemukan dan Rasa Persatuan
Wakil Ketua MPR, EE Mangindaan. (dok. MPR RI).
Sabtu, 07 Oktober 2017 12:13 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy
JAKARTA - Tantangan utama bangsa Indonesia saat ini bukanlah melawan penjajah atau pemberontak. Bukan pula melawan gejala kuat untuk mengubah dasar negara atau bentuk negara seperti yang pernah terjadi dalam sejarah kehidupan berbangsa di Indonesia. Tantangan bangsa kita saat ini adalah menjaga kemajemukan dan rasa persatuan yang merupakan kekayaan dan kekuatan bangsa Indonesia.

Demikian dikatakan Wakil Ketua MPR E.E. Mangindaan ketika membuka seminar nasional bertema "Merawat Kebhinnekaan dalam Meneguhkan Ke-Indonesiaan" di Balairung Kirana, Hotel Kartika Chandra, Jakarta, Sabtu (7/10). Seminar ini diselenggarakan Fraksi Partai Demokrat MPR RI.

Menurut Mangindaan, bangsa Indonesia membutuhkan kebersamaan dan persatuan dalam menghadapi dinamika masyarakat.

"Untuk itu perlu kesadaran dan komitmen seluruh bangsa untuk menghormati kemajemukan bangsa Indonesia dalam upaya mempersatukan bangsa demi tegaknya NKRI," katanya.

Mangindaan menjelaskan konstruksi ke-Indonesiaan pada dasarnya terbangun dari ruh dan elemen-elemen masyarakat yang heterogen baik secara suku, budaya, agama, bahasa, maupun alamnya. The founding father sangat menyadari bahwa kebijakan harus selalu didasarkan pada prinsip demokrasi yang berbasis kebhinnekaan.

"Keberagaman karakteristik suku, bahasa, daerah, dan budaya, tidak menjadi penghalang bagi pendiri bangsa untuk menjatuhkan pilihannya pada bentuk negara kesatuan," paparnya.

Berdirinya negara kesatuan Republik Indonesia, lanjut Mangindaan, melalui perjuangan dengan berbagai peristiwa dan catatan sejarah.

"Jas Merah, jangan sekali-sekali melupakan sejarah. Pesan itulah yang harus kita pahami dalam praktik kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini. Sejarah bangsa jangan sampai dilupakan," imbuhnya.

Mangindaan menambahkan pengalaman masa lalu mengajarkan kepada kita bahwa kita perlu menjadikan keragaman dan segala perbedaan untuk mempererat serat-serat kebangsaan yang kerap rapuh terputus.

"Perlu peran perawat kebhinnekaan untuk membangun kebersamaan dan menjadikan keberagaman sebagai mutiara kebangsaan. Kita harus menghayati bahwa perjalanan NKRI mempunyai ciri khas yaitu kebhinnekaan suku, budaya, dan agama," pungkasnya.

Seminar dihadiri anggota MPR Hj Melani Leimena Suharli dan Fandi Utomo. Narasumber seminar antara lain Muslim (anggota Badan Pengkajian MPR), Nuning Rodiyah (KPI), Masyhuril Khamis (tokoh agama), Andy Ventriyani (Komisioner Komnas Perempuan 2010 -2014).***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/