Buku Harun Keuchik Leumiek Penyelamat Warisan Budaya Diluncurkan
Jum'at, 17 November 2017 09:16 WIB
BANDA ACEH - Atas perhatian terhadap penyelamatan benda-benda bersejarah yang dilakukan oleh Harun Keuchik Leumik selaku kolektor, buku 'Harun Keuchik Leumiek Penyelamat Warisan Budaya' pun diluncurkan di Kantor Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Aceh, Banda Aceh, Kamis (16/11/2017).
"Beliau adalah seniman, wartawan, pengusaha, kolektor dan budayawan yang banyak menyelamatkan benda bersejarah warisan budaya Aceh. Ini sangat langka dan layak menjadi inspirasi," ujar penulis buku biografi tersebut, Nab Bahany AS.
?Dalam kesempatan itu, turut hadir Wakil Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, mantan Wali Kota Banda Aceh, Illiza Saaduddin Djamal, sejumlah anggota DPRA, tokoh ulama dan masyarakat serta pihak terkait lainnya.
?Nab Bahany AS mengungkapkan, alasan dirinya membuat buku tersebut adalah karena perhatiannya Harun Keuchik Leumik terhadap benda-benda bersejarah, di samping berprofesi sebagai jurnalis dan pengusaha sukses di Aceh.
"?Awalnya beliau masih ragu akan kelayakan dirinya sebagai penyelamat benda sejarah di Aceh. Namun, kita yakinkan bahwa penyematan itu berdasarkan masukan dari sejumlah tokoh, akhirnya Pak Harun menyetujuinya," ungkapnya.
?Diakuinya, dalam penulisan autobiografi tersebut hanya melihat dari satu sisi saja, yakni pengabdian Harun sebagai kolektor dan penyelamat benda budaya Aceh. "?Dari sisi profesinya sebagai jurnalis, sebenarnya banyak yang menonjol dan layak diteladani," katanya.
?Selain itu, keunikan yang dimiliki sosok Harun ini menurutnya tidak banyak dimiliki oleh orang lain. Karena, Harun bukan hanya sekedar kolektor, tetapi juga pemahaman filosofi dari benda koleksinya itu juga dikuasai dan dipahami secara detil. Dengan itulah, Harun juga dikenal sebagai budayawan Aceh.
"?Bukan hanya sebagai kolektor, tetapi filosofi benda itu juga dipahaminya. Saya kira ini sebuah keunikan karena tidak mudah memahami benda bersejarah peninggalan budaya," jelas Nab Bahany AS.
?Sementara itu, Harun Keuchik Leumiek mengatakan, buku yang ditulis tersebut sangat membantu dirinya dalam menceritakan biografinya. Menurutnya, menulis kisah diri sendiri menjadi sebuah buku merupakan hal yang sulit.
"?Apalagi dalam buku itu bercerita tentang pentingnya merawat nilai budaya. Kalau bukan kita yang memelihara budaya, siapa lagi?" katanya.
?Selama ini, katanya, banyak warga asing yang mencari benda bernilai budaya tersebut, bahkan ada yang meminta beli hasil koleksinya itu untuk dibawa pulang. Benda-benda antik dan bersejarah, terutama yang ada di Aceh, sudah dikumpulkan sejak tahun 1980, seperti koin emas (dirham), perhiasan, senjata api zaman Belanda, senjata tajam dan lain-lain yang dikoleksi di tempat tinggalnya.
?"Tahun 2013 lalu, saya juga membeli lagi 300 koin peninggalan masa kerajaan dulu yang ada di Gampong Pande, Kecamatan Meuraxa, Banda Aceh. Saya sangat berharap di Museum Aceh dapat mengumpulkan benda bernilai sejarah yang ada di Aceh, agar kedepannya para generasi muda dapat mengenal beragam benda bernilai sejarah dan budaya," tambahnya.
?Sementara, Nova Iriansyah sangat mengapresiasi dengan buku yang dibuat ini. Menurutnya, menulis sebuah buku adalah hal yang sulit. "Khazanah keilmuan itu ada dalam buku. Bukan hanya isinya, tetapi memegang bukunya juga penting. Orang luar negeri setiap berada dimana saja, mereka memegang buku," katanya.
?Dirinya meminta kepada Dinas Perpustakaan dan Arsip untuk bisa menempatkan karya anak bangsa di Aceh bisa diperlakukan khusus. "Karena nanti bisa dimanfaatkan oleh generasi kedepan kita. Kita berharap kepada Pak Harun, agar tetap berkarya lewan tulisan dan lainnya agar bisa diwariskan kepada generasi muda," tambahnya. [HFZ]